Kamis, 27 November 2008

Serap Tiap Kata Tabu Tiap Ucap

Sekarang makan pun terasa hambar
Tiap jam terlintas kekalahan
Tiap menit hancurkan hati
Tiap detik matikan rasa
Saat kejujuran justru menghancurkan
Lalu untuk apa lagi?
Berlaga dalam suasana melankolis
Justru dosa ini terbawa hingga kelam
Bahkan tanpa berkata pun,
diri ini hanya manusia gembul tak bermakana
Apa lah hebatnya saya?
Tak terpintar
Tak tersemenawan
Bahkan tak sediam pria
Maka seraplah kata ini
Namun tabukan untuk diucapkan

Rabu, 08 Oktober 2008

Akhirnya SBY melakukan Kegiatan PR yang Oke Lagi

Setelah hati ingin mulai mengkritik mengapa saat film Laskar Pelangi yang begitu dasyat dari pada Ayat-Ayat Cinta, Presiden kita kok gak nonton2 untuk mendukung secara disintensif alias penghargaan akan film yang bermutu untuk generasi bangsa.
Akhirnya malam tadi SBY menonton juga film ini. Saya rasa ini kegiatan PR yang bagus untuk menunjukan bahwa pesan pada film ini sangat dibutuhkan bangsa Indonesia yang kian hari disuguhkan film yang tidak memiliki nilai moral. Film mesum kini kembali bermunculan dengan pesan-pesan pembodohan bangsa. Untung Presiden kita saat ini lebih concern dengan karya anak negeri bermutu seperti Mira Lesmana dan Riri Riza.
Mudah2an selanjutnya bangsa Indonesia juga bisa concern dengan film cerdas ketimbang nonton film2 aneh tak jelas.

Sabtu, 13 September 2008

Pelipur Lara Pecundang

2:04

If my girl friend write this morning, that’s normally because she really difficult to sleep. Ya, entah kenapa sekarang gw yang susah tidur. Biasanya mulai ada rasa melankolis dalam diri gw sehingga gak bisa tidur dan dilampiaskan dengan tidur.
Ada banyak hal yang terjadi dalam hidup gw akhir2 ini. Itu sebabnya kalimat yang sering gw pake adalah gw musisi yang dicundangi oleh 2 laki2 hebat di sana. Ini soal band gw yang harus mulai belajar dewasa kembali. Setelah bermain sedikit berantakan di Viky Sianipar, band BlueMarry harus menerima kehilangan kembali personilnya. Tidak tanggung2 tiga personil meninggalkan band yang gw rintis sejak tahun 2005. Ya, klo mas Dadi Jikustik bilang ama gw inilah seleksi alam yang berlaku. Thx mas Dadi menyadarkan gw bahwa musik bukan hanya sekedar permainan namun ada kerja keras yang harus kita lakukan agar tidak tergeser dari seleksi alam.
Gw gak kan mengurangi kinerja profesionalisme band gw, band BlueMarry tetap manggung di Mall of Indonesia klp. Gading nanti pada tanggal 14 September dengan personil yang hebat. Gw gak kan banyak menaruh harapan dengan personil baru namun yang jelas selama gw berpegang pada keyakinan ini lah yang akan terjadi.

Sakin melankolisnya gw coba tulis dengan gaya sastrawan yang pernah gw baca buku2 para sastrawan hebat,hehehehe

Mati tersungkur dalam kelam ketiadaan itulah kegagalan mutlak
Saat darah ini terpacu oleh banyaknya pekerjaan sehingga liburan terasa mahal
Semahal-mahalnya berlian maka itulah kegagalan mutlak
Pernah seorang kawan menyatakan bahwa akulah teman baiknya
Setan macam apa rasa ini rasuki keyakinan akan kesetiaannya
Meludah saja tak pantas dalam kalbu yang paling dalam saat dirinya tinggali diriku dalam kegagalan mutlak
Terlalu sempit matanya, maaf bukan karena dirinya keturunan cina karena bukan itu yang kumaksud sebab akulah cina sejati juga
Mata yang sempit ini membuat dia muda berkata tanpa memandang ada mata yang keluarkan air matanya untuk minta berhenti bicara sebab akulah kegagalan mutlak. Kegagalan mutlak!!! Sekali lagi akulah akulah kegagalan mutlak!!!
Kini saat sang wanita berpesan jangan diriku masuk dalam dendam
Masuk dalam dunia kebencian
Istana kemurkaan
Pulau ketidak yakinan
Samudera apatis
Hutan pesimistis
Lihat kawan kau
Ku katakan kawan kau bukan teman baik kau
Menderita untuk mu kau biarkan
Berkorban untuk mu kau lepaskan
Ajak lah dia sekali-kali untuk bertemu dan tertawa bersama kau
Dia menunggu di persimpangan jalan Senen Raya
Iya, aku malu akan kemunafikan
Kalah dalam harga diri
Membunuh jiwa ini hanya untuk keahlian yang sebenarnya tunggu waktu saja aku dapati
Kegaglan mutlak kini jadikan kegagalan mutlak untuk teman baik diriku
Bukan kawan ku

Rabu, 03 September 2008

Di Balik Mogoknya Supir Busway dan Kepekaan PR

Di Balik Mogoknya Supir Busway dan Kepekaan PR

Hari pertama puasa seharusnya menjadi hari yang penuh hikmat bagi umat muslim. Masa di mana kesabaran diuji, pintu maaf dibukakan, dan terlebih menghindari dendam dengan sesama. Namun mungkin tidak untuk para pegawai dan supir busway koridor Pulo Gadung dan Kali Deres yang menjadi koridor II dan V.
Mereka pada mogok kerja pada hari pertama puasa, pada tanggal 1 September. Masalahnya adalah pemotongan gaji oleh pihak manajemen TransJakarta. Mungkin pemogokan ini banyak orang menganggap wajar dilakukan para pegawai jika terjadi pemotongan gaji. Namun bagaimana pun juga perusahaan yang mengalami pegawainya mogok kerja mencerminkan perusahaan itu memiliki ‘jarak’ yang jauh antara pihak top manajemen dengan bawahannya yang seharusnya tidak berlaku lagi hal demikian bagi perusahaan modern atau jaman sekarang.
Perusahaan sehat jaman sekarang ini harus menghilangkan ‘jarak’ dari atasan dan bawahan terutama dalam hal komunikasi (Tentu dengan kaidah dan organisasi yang berlaku). Menghilangkan jarak bukan berarti bawahan bisa kurang ajar dengan atasan melainkan adanya hubungan harmonis di mana para pekerja secara sadar paham bahwa siapa yang harus dihormati dan disegani. Dan semua ini tidak melulu menjadi tugas pihak direktur. PR dapat mewujudkannya.
Setahu saya Trans Jakarta memiliki orang-orang PR sendiri terbukti adanya majalah dan koran untuk pegawai dan penumpang Busway. Itu salah satu tugas dari PR. Waktu itu saya sangat memuji dengan cara kerja PR Trans Jakarta bahkan dikatakan kagum bahwa akhirnya ada juga angkutan publik yang dengan berhasil menjalankan PR dengan baik di Jakarta. Lama menunggu bus datang tak jadi soal sebab ada kerjaan yaitu membaca koran dari Trans Jakarta.
Kekaguman saya seketika hilang saat mendengar pegawai dan supir Trans Jakarta mogok kerja dan menelantarkan penumpang karena pemotongan gaji. Parahnya lagi pihak manajemen mengaku tidak tahu menahu soal aksi mogok ini.
Jika saja PR Trans Jakarta peka, hal pemogokan bisa saja tidak terjadi. Tidak mungkin aksi pemogokan ini dapat disimpan rapi rahasianya karena saya yakin pegawai Trans Jakarta bukan intel yang luar biasa dapat mengkoordinasikan aksi mogok diam-diam.
Pihak manajemen Trans Jakarta jika memahami manajemen konflik pasti saat ada desas-desus akan ada aski mogok kerja sebaiknya langsung diadakan pertemuan dengan pihak atasan dan pegawai yang ingin mogok kerja. Jika soalnya pemotongan gaji yang hematnya menurut pihak manajemen pasti tidak bakal diterima berarti benar-benarlah pihak manajemen Trans Jakarta belajar banyak soal PR.
Saya akui saya belum terjun langsung menjadi praktisi PR namun saya banyak belajar dari praktisi PR.
Ada salah satu perusahaan legendaris diceritakan oleh dosen masalah PR. Waktu itu krisis moneter dan perusahaan ini mengalami kerugian besar sehingga perlu adanya PHK besar-besaran. Kemudian pihak manajemen perusahaan tersebut mengadakan pertemuan seluruh pegawai dan berkata “Kalian tahu bahwa krisis moneter sedang menghancurkan perekonomian dan perusahaan kita tidak dapat lagi bertahan jika tidak mengambil tindakan untuk menyelamatkan perusahaan. Kami memutuskan untuk mengambil tindakan melakukan PHK hampir 50% seluruh karyawan. Kami tahu ini sangat buruk dan pihak perusahaan mencoba untuk menghindari hal itu terjadi maka hal yang paling terburuk adalah pemotongan gaji sebesar 20% berlaku untuk semua jabatan hingga manajer agar terhindar PHK tersebut. Silahkan anda memilih pemotongan gaji atau PHK”
Hasilnya luar biasa, semua pegawai tersebut memilih dipotong gajinya sebesar 20%. Seandainya saja PR Trans Jakarta dapat peka dan membangun arus komunikasi yang baik maka aksi pemogokan bahkan adu mulut di depan kameramen peliputan berita tidak akan terjadi. PR bukan melulu mengenai sesuatu yang bersifat kaku melainkan luwes dan memiliki nilai manusiawi.

Kamis, 28 Agustus 2008

Humas Mabes Polri Perlu Belajar PR di London School

Humas Mabes Polri Perlu
Belajar PR di London School

Banyak media menyalahkan kerja Polisi yang salah menangkap tersangka pembunuhan Asrori. Masalah salah tangkap itu menjadi hal yang wajar mengingat polisi juga manusia. Namun apakah polisi anti dengan minta maaf? Apakah polisi tidak sanggup bekerja dengan sedikit sisi manusiawi kalau mau dikatakan bahwa polisi juga manusia?

Polisi tidak memiliki hak memaksa tersangka mengaku perbuatan. Inilah yang dilakukan polisi terhadap kasus Asrori.

Namun yang digaris di bawahi adalah keterangan yang diberikan oleh Humas Mabes Polri yang sama sekali tidak ada kata ‘maaf’. Mala ‘Humas’ (dikutip karena tidak pantas dikatakan humas) menantang keluarga yang menjadi korban salah tangkap untuk menuntut balik. Berikut ‘Humas’ itu berkata;

“Silahkan kalu mau nuntut balik, ini kan negara hukum kita punya hukum”

Tidak ada kata maaf. Jika polisi tidak bekerja secara manusiawi sedikit aja mungkin kita perlu menganggap polisi adalah alien yang harus kita jauhi berurusan dengannya.

Dalam dunia humas yang selama ini saya pelajari, jika lembaga atau perusahaan yang melakukan kesalahan wajib hukumnya mengatakan MAAF. Setelah itu barulah menjelaskan secara pintar dan bijakasana bagaimana kesalahan itu bisa terjadi dan ini bagian yang penting yaitu katakan sesuatu yang membuat masyarakat dapat memaafkan.

Mungkin Humas Mabes Polri perlu belajar ini. Mungkin kalau butuh rekomendasi London School bisa mengajari nya...

Selasa, 01 Juli 2008

Sex and the City dan Politik Indonesia

SEX and the City
Dan
Politik Indonesia

Marilah ikut alur pada tulisan ini maka mungkin kau akan mengerti maksud dari judul blog ini.
Selasa malam tepat awal Juli saya dan Lani (Tentu kau tahu dia) sudah memutuskan untuk berkencan. Meski Selasa merupakan hari yang kurang baik (Banyak dari semua orang merasa begitu) untuk berkencan namun bagi kita kapan saja tidak masalah selama uang mendukung. Kencan hari ini pun tidak jauh-jauh yaitu ke mall dan nonton di XXI. Sex and the City menjadi pilihan Lani saat memutuskan untuk memilih film (Sebenarnya sudah jauh hari dia memutuskan karena drama series itu yang memakan ber season-season pun dia udah sikat abis). Saya tidak pernah melirik sekalipun drama itu memuat adegan sex atau wanita seksi yang suka dilihat seorang pria pada umumnya namun apa boleh buat tidak ada salahnya untuk mencoba melihat film tipikal wanita sekali ini.
Kami beli tiket untuk jam tayang 18.15 dan kita sudah membelinya pada jam 15.00..Ya terlalu cepat memang. Akhirnya kita memutuskan untuk duduk di food court dan menikmati es krim.
“Bagaimana menurut kamu jika Indonesia harus mengutang lagi pada negara asing namun semua utang itu untuk sektor kebijakan sistem pendidikan di Indonesia?” Saya mulai membuka topik seperti biasanya.
“ Ah..ehm memang benar si pendidikan adalah salah satu jalan untuk majunya suatu negara, namun apa iya ada negara meminjamkan modal untuk kemajuan negara lain, saya rasa tidak ada” Lani akan panjang lebar menjelaskan ini nanti. Dan saya pun mulai mendengarkan penjelasan dia.
“Begini, Indonesia sejak pemerintahan Soeharto, terlalu mengandalkan utang untuk pembangunan. Negara-negara maju begitu baik (Terlihatnya begitu di mata Soeharto) meminjamkan modal untuk pembangunan Indonesia. Dan Soeharto yang bukanlah belatar belakang potikus masuk dalam perangkap iming-iming kemajuan yang akan dicapai Indonesia dengan modal pinjaman intu. Dan Indonesia saat itu adalah negara di dunia yang bisa menciptkan banyak wadah yang beranggotakn negara-negara maju agar di minata meminjamkan modal. Sehingga tiap tahun Indonesia (Soeharto) menarik uang dari wadah itu. Lalu apa yang terjadi sudah kita ketahui. Niat baik negara itu adalah sebenarnya niat jahat untuk menghancurkan Indonesia secara cerdik karena mereka takut Indonesia akan menjadi ancaman bagi negara-negara barat mengingat mereka trauma sekali dengan Indonesia pada saat jaman Soekarno” Saya tetap memperhatikan dan Lani mulai menjelaskan lagi
“ Akhirnya apa? Indonesia yang merupakan penghasil minyak hingga 400.000 barel per hari hanya menikmati 45% saja untuk konsumsi nasional tidak heran antrian BBM masi terjadi saat ini. Aset-aset negara kebanyakan dipegang pihak asing”
“Namun masalah aset-aset negara dipegang pihak asing saya rasa tidak masalah sebab mungkin kita sebagai bangsa masi kurang mampu melakukan sistem manajemen terhadap aset-aset kita,toh mungkin kita tetap mendapatkan keuntungan dari bagi hasil. Daripada ngotot dipergang sendiri mala berantakan seperti PLN saat ini’ Saya mencoba beragumen meskipun saya pun tidak yakin dengan argumen saya hanya ingin meluaskan topik saja. Dan apa jawab Lani? Cukup bijak dan pintar. “ Gak bisa brot” (Maksudnya gembrot karena begitulah saya dipanggil dia, entan mungkin dia juga memanggil simpanan gembrot biar tidak keceplosan memanggil nama,hehehe ada tips selingkuh untuk memanggil pasangan dan pasangan selingkuh dengan nama panggilan yang sama biar tidak keceplosan) Baik kembali ke topik..
“ Gak bisa brot, lo tahu ga? PLN itu bukan karena kesalahan manajemen dari pihak kita namun 90% hasil batu bara kita itu fi ekspor sehingga PLN kewalahan membagi 10% sisa batu bara untuk penyaluran listrik maka krisis listrik itu karena tidak adanya sumber daya alamnya” Saya pun mulai diam dan membiarkan dia menjelaskan lagi.
“ Inilah kesalahan pemerintah kita dulu yang terlanjur menandatangankan kontrak berpuluh-puluh tahun terhadap pihak asing sehingga kita sekarang tidak dapt berbuat apa-apa untuk menyelamatkan aset-aset bangsa. Waktu saya ikut kuliah umum Bapak Rizal Ramli (yang saya anggap penjilat sejati) mengaku pernah berbicara dengan Pak SBY mengenai keberangkatan dia menuju US untuk bertemu dengan Bush” Mendengar nama “Bush’ rasanya saya ingin menambagakan huruf ‘U dan K’ sehingga menjadi terdengar busuk. Baik kembali ke penjelasan Lani
“ Pak Rizal Ramli menggap Pak SBY itu pengecut sebab saat Pak SBY bertanya bagaimana ni nanti saya bertemu dengan Bush pasti disuruh memperpanjang kontrak blok cepu. Jelas saya katakan pada Pak SBY klo bapak bersedia saran saya (Rizal) katakan pada Bush untuk apa lagi blok cepu toh Irak, kuwait, dan Arab Saudi sudah dipegang US untuk Blok Cepu yang penghasilan mkinyak nya tidak seberapa. Namun apa yang terjadi, setelah pulang ke Indonesia blok cepu tetap menjadi miliki US. Namun saya tidak yakin dia berbicara demikian kepada Pak SBY sebab saat ditanya mengenai kebijakan apa yang akan bapak ambil jika bapak jadi presiden, dia hanya menjawab itu pertanyaan yang perlu dijawab dengan hipotesis yang mendalam” (Lalu saya katakan klo gitu mungkin sebelum kita terima mentah cerita dia perlu ada hipotesis yang medalam untuk setuju dengan apa yang dia bicarakan) Saya dan Lani tertawa kecil dan diam sejenak. Kemudian Lani mulai siap bicara lagi. “ Entah mengapa setiap kali gw mulai sayang dengan Bapak SBY ada saja yang datang dan mengatakan bahwa Pak SBY itu pemimpin bodoh, tidak bisa apa-apa dan hanya pandai wacana saja dan menyanyi serta menciptakan lagu” Saya pun merasa demikian namun selama belum ada pemimpin muda dan fresh mungkin pemilu 2009 tetap SBY dulu. Kenapa? Saya mulai jelaskan ini juga ke Lani dari sisi komunikasi massa (Sebab itulah bidang saya)
“Lan, apakah saya salah atau tidak, bangsa ini memang bangsa yang ingin serba cepat dan instan. Padahal jika memang benar Pak Soeharto itu dianggap petani dan bukan politikus mungkin sebagai seorang petani pun beliau tidak pantas sebab beliau tidak mengerti sebuah arti proses yang sangat ada dalam pertanian. Mungkin Pak Harto terlalu takur rakyatnya kelaparan takut Indonesia terjajah lagi maka dia butuh sesuatu yang cepat untuk mengatasi masalah ini sehingga tawaran yang menggiurkan dan terlihat menguntungkan padahal tidak diterimanya dan inilah awal dari bangsa instan ini. Jika ada yang cepat mengapa memilih yang lama. Kita terlau dibuai. Lo pernah katakan bahwa pada tahun ‘70an di mana dunia krisis minyak Indonesia negara yang tidak terkena dampak itu justru banyak meraup keuntungan karena minyak kita berlimpah saat itu. Namun inilah ketidak sadaran kita bahwa bukan saatnya lagui kita menyalahkan sejarah atau jaman dulu, mengapa Wiranto, Megawati, Amin Rais, dan mungkin juga Rizal itu doyannya mengkritik pemerintahan? Mereka mau instan untuk jadi presiden dan tidak sabar menunggu 2009. Mengapa kerusuhan seperti di Atma kemarin terjadi? Karena ditunggangi politikus busuk yang ingin instan secara poltik. Kerusuhan itu terlihat sangat jelas ingin mengulang kejadian 10 tahun lalu tepatnya 21 Mei. Namun kenapa tidak berhasil? Sebab jubir dan ahli komunikasi maju bersama untuk kepentingan bangsa ini dimana mereka menggunakan kata-kata diplomasi yang menjelaskan keadaan dan kondisi negara kita dan memang ini yang diperlukan rakyat yaitu penjelasan dari semua apa yang terjadi. Bapak Andi Maralngeng berkata sudah saatnya yang disubsidi orang bukan barang dan jangan mengahalangi orang miskin untuk terima subsidi. Klo di PR ini merupakan kata-kata yang lura biasa meredam kemarahan rakyat atas kenaikan BBM. Masyarakat mulai berpikir logis bahwa apalh artinya kenaikan sebesar 1500 rupiah toh rakyat kecil pun teriman subsidi. Namun apa yang terjadi? Lawan politik brengsek ngoporin rakyat dan lalu mengatasnamakan rakyat untuk menentang pemerintahan. Tindakan anarkins pun terjadi. Ini yang saya katakan mahasiswa Indonesia tidak akan cerdas klo masi dipegang kendali oleh golongan tertentu dan diimingi uang serta harta. Di mana dosen kamu yang mengajari kamu cara diplomasi (Budiman Sutjaminko bersama isrtinya mala buat partai baru) terbukti mereka malas diplomasi dengan partai yang sudah ada untuk kepentingan rakyat sehingga praktis dan instan saja yaitu buat partai baru,Wiranto mantan anggota Golkar pun demikian praktis instan saja buat partai baru agar cepat menjadi pemimpin di Indonesia. Senior kamu, yang memiliki keahlian luar biasa mala ikut Prabowo yang jelas-jelas tidak jelas tujuannya karena duait sekian juta. Inilah penyakit para ahli ilmu sosial dan politik mereka serba instan. Sedangkan maaf bukanya menyombongkan berbeda dengan ahli komunikasi, PR personal mulai bergabung mencari solusi dari masalah yang ada untuk bangsa Indonesia tidak membawa kepentingan golongan atau partai seharusnya itu yang diperlukan. Jika memang aset kita terlanjur jadi milik asing harusnya para jago diplomasi turun untuk mencarai solusi agar aset itu kembali bukan hanya sekedar kritik saja” mLani gantian mendengar penjelasan logika saya.
“Bapak SBY itu sudah sedikit-sedikit merealisasikan janjinya hanya saja memang butuh tenaga ekstra untuk mencapai keberhasilan,lihat kantong mata beliau sudah berat dan tampak lelah. Mengapa sebentar istirahat dari kepenatan dengan bermain musik dan menciptakan lagu menjadi masalah besar seakan-akan bapa SBY sedang melakukan pesta besar atau ekstrimnya pesta sex. Kenapa tidak bangga dengan Pak SBY seorang pemimpin yang memiliki jiwa seni juga, raja Thailand Bhumibol Adulyadei juga penggubah lagu dan disukai rakyatnya,Jan Ignasy PM Polandia adalah pianis legendaris,dan masih banyak lagi pemimpin dari negara lain yang memiliki jiwa seni mengapa di Indonesia justru menjadi masalah besar? Inilah ketidak jelasan apa tujuan para politikus itu mau menyelamatkan bangsa atau hanya untuk kepuasan hasrat saja? Pantas saja Mnir tidak tertarik masuk anggita DPR demikian juga Soe Hok Gie, Efendi Ghajali, Paulus Wirutomo, dan temanya Imam Prasodjo mereka lebih tertarik bergerak langsung dengan rakyat daripada anggota DPR yang pria gendut dan main wanita atau yang wanita berkerudung munafik. Maaf tapai jika tidak merasa demikian buktikan dan jangan tangkapa saya karena saya klo tidak salah ada di negara demokratis dan setidakn ya saya tidak pernah mebakar mobil polisi dan berbuat anarkis lainnya”.
Waktu nmenunjukan 18.00 dan kita harus masuk bioskop untuk menonton film Sex and the City movie. Bagaimana dengan film itu?
Ya awalnya saya tidak tertarik namun saya makin mengerti ada baiknya para kaum pria mulai paham bahwa wanita memang memiliki sudut pandang lain yaitu dari tas, sepatu, baju, dan hingga gaun untuk pernikahan nanti. Mengertilah bahwa mereka membutuhkan cita rasa fashion seperti para pria menyukai mobil sport atau baju olah raga atau video games. Dan sangat sangat yakin bahwa wanita yang menonton film itu akan sering berkomentar di hati “Wah bagus banget sepatunya tasnya”(ya saya hanya mengingat Louis Verton atau Vera Wang) “Gaunnya indah banget mau de” atau “Baju-bajunya SEMUANYA MAU!!!!” Ya sebab selama film itu berlangung saya merasakan dan melihat mata yang berbinar dari para wanita di sana yang menonton dan termasuk...Lani. Namun ingat hati-hati dengan pola pikir 4 tokoh wanita dalam film itu...Sebab tidak semua di film sama dengan realita dan tidak semua realita tidak ada di film..Jadi bijaklah dan resapi sebelum menerima pesan-pesan daripada film itu.

Jumat, 28 Maret 2008

ayat-Ayat yg Salah

“Ayat-Ayat Cinta” Ditonton Bapak SBY
(Kegiatan PR yang Salah Alamat)
Pada tanggal 28 Maret 2008 dapatlah kabar bahwa Bapak Presiden kita SBY menonton film Ayat-Ayat Cinta di XXi EX dengan hampir 40 pejabat entah DUBES atau apalah yang pasti orang ‘penting’.
Perlu dilihat di sini bahwa apa yang dilakukan Bapak Presiden untuk memamerkan film nasional yang bermutu kepada pejabat terkait apalagi dari pejabat luar memang dipatut wajar hanya saja kenapa sekan-akan terlalu memaksa ya?
Begini, waktu Bapak Presiden melaunching album perdana nya, saya sebagai warga negara patut bangga karena memilki Presiden yang memiliki cita rasa seni. Saya anggap apa yang dilakukan Bapak Presiden adalah sah-sah saja karena disamping kesibukan berpolitik yang begitu padat perlulah hiburan untuk penyegaran otak kanan. Setelah penyegaran tentu bekerja lagi.
Waktu film Naga Bonar Jadi dua heboh,kembali lagi Bapak Presiden melakukan kegiatan PR (Public Relations) yang sangat bagus. Menghargai film yang memilki pesan politik. Luar biasa saya kagum pada Presiden saya ini. Menghargai sekaligus berlibur dari kepenatan selama berpolitik.
Waktu Piala Asia dilaksanakan di Indonesia, Bapak SBY lagi2 melakukan kegiatan PR yang bagus banget dan manis. Terharu saya melihat Bapak Presiden mendukung langsung TIMNAS kita bertanding di stadion.
Dari kegiatan2 PR ini saja hujan kritik bermunculan. Ada yang mengatakan dasar Presiden Te-Pe alias Tebar Pesona. Bahkan ada yang terang-terangan mengatakan “Sebaiknya Presiden jangan kerjanya bernyanyi dan bermain gitar saja”. Tentu saya rasa kritik ini sebagai resiko negara demokrasi namun saya mengukur ini juga terlalu berlebihan jika kegiatan Presiden untuk hiburan semata dikritik begitu sinis. Saya rasa yang memberi kritik belum memahami kegiatan PR-nya.
NAAAMUNNN....Saat saya mendengar Bapak Presiden kembali melakukan kegiatan PR yang kali ini saya anggap kegiatan PR yang ‘salah alamat’ yaitu menonton film “Ayat-Ayat Cinta”. Kenapa?
Bukan karena filmnya namun kegiatannya..
Padahal rakyat sudah memaklumi kegiatan PR sebelumnya yaitu menonton film Naga Bonar Jadi 2 yang film bergenre komedi dengan bumbu pesan moral karena dianggap memang film itu memilki pesan moral untuk pejabat. Berikutnya untuk melaunching album lagu Presiden ini juga mendapat sambutan baik karena memang sudah sepatutnya kesenian dan budaya dilirik pemerintah karena akhir-akhir ini kita krisis kepercayaan diri akan budaya kita. Lihat saja banyak kita lebih suka import musisi asing untuk datang ke Negara kita yang katanya lagi ‘krisis’ ini. Namun dalam seminggu bisa ada 2 musisi asing datang mengadakan konser bahkan dengan harga tiket yang tergolong murah untuk event internasional ini sekitar Rp.300ribu (Konser 3Diva saja 2-5 jutaan). Jelas 2 kegiatan PR ini mendapat publikasi yang baik menutup kritik-kritik pedas.

Kurang Berpikir Panjang
Seharusnya saat kegiatan PR Presiden tadi sudah mendapat sambutan baik dengan publikasi yang baik, jangan lakukan kegiatan PR lagi dalam waktu yang berdekatan. Karena imej mencari muka justru mala yang akan terjadi. Apalagi kegiatan PR nya pernah dilakukan sebelumnya yaitu menonton bersama. Terlebih film ‘Ayat-Ayat Cinta’ sama sekali tidak ada hubungannya dengan isu-isu sosial saat ini tidak seperti film Naga Bonar Jadi 2. Jelas seakan kegiatan ini justru maaf seakan Presiden kurang berpikir panjang untuk kegiatan PR macam ini.
Padahal film “Ayat-Ayat Cinta” ini heboh karena ceritanya yang lura biasa sedih dan jarang sekali film bertemakan cinta yang dibuat sutradara Indonesia mengahasilkan buah air mata sebagian banyak penonton. Itu saja kelebihan film dari Ayat-Ayat Cinta.
Jika masalah seting nya luar negeri itu sudah biasa, membawa cinta dengan bumbu agama itu juga sudah banyak di sinetron. Jadi hanya pandai dikemas dengan menarik.
Seharusnya banyak hal kegiatan PR lain yang lebih pantas dilakukan Bapak Presiden SBY ketimbang duduk layaknya “ABG” nonton bioskop dengan pasangannya sampe2 bioskop XXi EX ditutup tidak boleh pengunjung nonton di sana (Klo ada yang sudah jauh2 datang mau nonton pasti kasian ya). Plis deh dirumah gak da home teater Pak?
Sebaiknya Bapak Presiden bisa saja melaukan kegiatan PR yang lebih tepat seperti memberi penghargaan untuk acara program seperti Republik Mimpi yang dilakoni Efendi dan kawan2nya. Pamerkan kepada dubes2 sana bahwa ini ada program yang menggambarkan demokrasi banget. Atau memberi penghargaan pada Iwan Fals karena lagu2nya demokrasi banget. Atau memberi penghargaan pada film Gie yang memperlihatkan mahasiswa Indonesia sebenarnya hebat dan harus sepatutnya seperti Soe Hok Gie. Andai saja Bapak Presiden mau memberikan penghargaan pada komunikator politik yang tentative ini bukan hanya Bapak Presiden terlihat peduli saja pada anak bangsa namun terbangun imej bahwa selama ini Bapak Presiden juga mendengarkan kritik-kritik dan saran-saran yang dituang dengan kreatif dan memilki selera humor yang tinggi.
Sayang blog ini hanya menjadi suara hati saya saja.

Kamis, 27 Maret 2008

Pernah Berpikir Sebentar?

Harusnya kita bisa berpikir sebentar mengenai kenapa Indonesia kian hari tak kunjung berhasil? Berpikir dengan pikiran terbuka bukan berpikir untuk menghibur diri semata sehingga menyalahkan nasib atau sering kita ungkapkan "Indonesia sebenarnya kaya akan alam,Indonesia bisa maju" Tapai kapan?
Setelah dipikir sejenak memang kita sebagai bangsalah yang tidak bisa maju. Tidak dapat terbuka.
Hal kecil saja.
Baru-baru ini dosen saya mengajak mahasiswanya untuk membuat blog. Ini sebagai nilai tugas di kampus. Apa yang terjadi? Mereka yang pandai bicara,mereka yang berlaga pintar atau memang sudah merasa modern bertanya "Bagaimana buat blog?"
Apa? Mahasiswa kah ini? Saya pun yang merasa bahwa diri tidak sehebat mereka mengerti membuat blog sejak semester satu kuliah saya diberi tahu oleh teman saya dan mulai membuatnya. Namun yang ngakunya berintelektual saja merasa bingung untuk membuat blog. Memang tidak semua. Ada yang bisa membuat padahal dia kadang diremehkan teman-temannya.
Ini baru dari mahasiswanya. Bagaimana dengan pemimpin kita?
Sama saja..Terlewat bodoh dan saya pun jadi ikut bodoh karena pemimpin yang mau tidak mau saya harus patuh dengan berlandaskan "Demi negara dan hukum yang berlaku untuk ketertiban bersama"
Coba untuk berpikir sejenak saja...

Sabtu, 15 Maret 2008

Komunikasi Politik

MAKALAH KOMUNIKASI POLITIK“KHALAYAK KOMUNIKASI POLITIK”DI SUSUN OLEH : DENNY DOMINICUS SAVIO(THE LONDON SCHOOL OF PUBLIC RELATIONS-JAKARTA)PRAKATADalam rangka mendapatkan nilai kredit dari mata kuliah komunikasi Politik di semester V ini melalui makalah berharap bukan nilai semata yang dicari. Agar makalah ini juga dapat menjadi acuan refrensi dalam kepustakaan sangat diharapkan. Terlebih ulasan mengenai Khalayak Komunikasi Politik masih sedikit secara khusus di tuang dalam bentuk literatur.Banyak buku komunikasi politik terbit dan banyak artikel-artikel dari media cetak maupun media online dipublikasikan, sayang sekali pembahasan mengenai Khalayak Komunikasi Poltik hanya dijadikan selipan di dalamnya. Sehingga sulit sekali mencari bahan secara khusus berbicara tentang Khalayak Komunikasi Politik.Semoga saja makalah ini setidaknya dapat mempermudah bagi pemerhati bidang komunikasi politik terutama mahasiswa yang ingin mendapatkan bahan tentang Khalayak Komunikasi Politik. Meski saya sadar, makalh ini masih dari jahu sempurnha dan ilmiah.Tidak lupa saya ucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa membimbing dan memberi inspirasi setiap malam dalam merangkum makalah ini. Saya berusaha menyelesaikan makalah ini dari sela-sela kesibukan sehari-hari.Terimah kasih untuk teman-teman diskusi, Tio Lani dari FISIP Moestopo, Hendrik dari F-Komp Bina Nusantara, Melina Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Daniel Maruli Fakultas Hukum Unpad, dan lain-lainnya yang tidak dapat disebut satu-satu. Tanpa kalian mungkin pemikiran ini akan terbatas.Akhir kata, saya harap makalah ini dapat berguna bagi teman-teman mahasiswa dan pemerhati komunikasi poltik. Saran dan kritik sangat ditunggu.Jakarta, 28 Oktober 2007Denny Dominicus Savio
Daftar IsiJudul Makalah iPrakata iiDaftar Isi iiiBab I Pendahuluan 1Bab II Isi 3Berdasarkan Teori Tipe 4Teori Fenomenologis 6 Massa 7Publik 8Bab III Penutup 11Daftar Pustaka 13

BAB 1Pendahuluan
Banyak politisi yang sekarang ini memaksimalkan media advertising untuk mendapatkan dukungan dari massa (khalayak) dalam berpolitik suatu negara. Hal ini disebabkan massa atau masyarakar, atau juga dalam dunia politik disebut khalayak politik sangat mempengaruhi posisi seorang politikus nantinya.Sebut saja di Indonesia pada waktu masa-masa Pemilu 2004, iklan-iklan politik bermunculan. Dari PDI-P dengan slogan “Coblos Moncong Putih-nya” atau Prabowo yang memberi rasa bangga sebagai bangsa Indonesia dari ikalnnya. Dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FISIP Universitas Airlangga, Surabaya dikatakan bahwa iklan-iklan tersebut cukup menarik perhatian masyarakat.Hasilnya? Dapat kita ketahui sekarang ternyata iklan-iklan mereka yang pasti membutuhkan dana yang tidak kecil tidak menjamin keberhasilan mereka mendapatkan simpati masyarakat. Justru Bapak Susilo Bambang Yudhoyono-lah menjadi pemenang dalam pemilu waktu itu.Kenapa? Menurut Henry Subiakto Direktur Lembaga Konsumen Media, Dosen Pascasarjana Studi Media dan Komunikasi Universitas Airlangga dalam mendapatkan pendukung dari masyarakat Indonesia bukan hanya dari iklan-iklan mahal dan kreatif namun juga dari penampilan dan publisitas media massa.Menurut Henry, naiknya popularitas Susilo Bambang Yudhoyono pada dasarnya juga dibangun oleh publikasi. Selama menjabat Menko Polkam di masa pemerintahan Megawati Yudhoyono sering tampil di media massa sebagai tokoh yang menangani persoalan terorisme, separatisme Aceh, maupun konflik SARA. Ia tampil dengan postur tubuhnya yang gagah, bahasa lisannya yang santun, mimik wajah yang serius, dan ucapan yang terukur dengan bicara seperlunya. Publisitas itu berhasil memunculkan image tentang kinerjanya, kewibawaan, dan ketegasannya.Megawati saat itu enggan berbicara dengan wartawan dan juru bicara Presiden tidak ada pada waktu itu sehingga Menko Polkam-lah yang menangani segala pertanyaan wartwan. Publisita Susilo Bambang Yudhoyono telah lama terbentuk akhirnya. Hal ini tampaknya menguatkan teori Al Ries, publikasi memang jauh lebih potensial meningkatkan popularitas seseorang dibandingkan dengan iklan. Publisitas lebih dipercaya dan lebih diperhatikan masyarakat. Apalagi dilakukan dalam waktu yang relatif lama, akan membentuk image tersendiri, bahkan mampu menyentuh afeksi atau perasaan khalayak (The Fall of Advertising & The Rise of PR,2003).Lalu? Menjadi sukses tidak perlu melewati kegagalan atau melakukan kesalan dahulu cukup mempelajari kesalahan orang lain kita dapat banyak belajar. Maka, komunikasi politik tidak dapat hanya melalui iklan saja namun perlunya strategi-strategi lainnya seperti mendapatkan publisitas dari media massa, mendapatkan simpati dari masyarakat, dan tampil dengan tepat sesuai kondisi masyarakat.Strategi dapat didapatkan dengan cara memahami dahulu karakter khalayak yaitu massa dalam menilai suatu tokoh pemimpin (Politikus). Daripada itu, kita harus dapat berhasil mempesuasikan kepada masyarakat dengan memperhatikan tingkat kedewasaan mereka dalam berpolitik. Sebab, kaum intelektual pasti berbeda dengan kaum petani dalam menilai pesan-pesan politik.Pemahaman khalayak dapat menggunakan teori tipe, medan dan fenomenologis. Banyak nilai-nilai yang terkandung dalam teori-teori tersebut. Misalnya saja, dikatakan bahwa teori medan ternyata dapat mempelajari tentang karakter bangsa dalam berpolitik.BAB IIISIKita sudah mengetahui bahwa khalayak komunikasi politik bukanlah wadah yang pasif dan menerima saja apa yang dikatakan para politikus. Khalayak justru akan sangat aktif dengan keadaan sekarang. Mereka akan lebih teliti dalam menerima pesan dan lebih pandai dalam beranalisis dengan membandingkan pesan dan keadaan kenyataan.Misalnya saja pada tahun 2002 di mana Presiden Megawati mengeluarkan kebijakan menaikan harga BBM. Dalam kasus ini sangat jelas bahwa Presiden Megawati tidak paham akan khalayak yang aktif. Terlebih saat Presiden Megawati mengatakan “Kenaikan harga BBM semata-mata hanya agar rakyat lebih mandiri tidak tergantung pada pemerintah, hidup sederhana, dan saatnya mengencangkan ikat pinggang”Bagaimana Presiden Mega bicara soal hidup sederhana sedang dalam satu bulan ia menyelenggarakan dua pesta (ulang tahun Taufiek Kiemas dan PDI-P di Bali) dengan amat megah dan mewah, belum lagi saat memborong 50-an tiket konser F4 yang harganya selangit? Maka pesan komunikasi yang dimaksudkan untuk menyejukkan suasana malah membuat suasana kian panas, karena ketegangan psiko-kognitif khalayak memuncak.Demonstrasi besar-besaran pun akhirnya dilakukan oleh khalayak. Ini cukup membuktikan khalayak tidaklah wadah yang pasif, justru tidak henti memperhatikan keadaan politik. Hanya saja sekarang sudah pada tahap titik jenuh dimana pesan komunikasi politik para politikus sudah kehilangan kepercayaan dari khalayak.Khalayak sudah menganggap pesan yang disampaikan hanyalah janji belaka. Dalam hal ini seperti kata Nimmo, tidak lebih hanya strategi komunikasi politik "pesan sebagai proyek lupa". Terlihat jelas dari peserta yang ikut pemilu maupun pilkada yang makin menurun.Berdasarkan Teori TipeKhalayak komunikasi politik itu dapat berupa individu, kelompok atau masyarakat. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa khalayak sangat menentukan posisi politikus. Sebab dari itu khalayak menjadi sasaran dalam penyampaian pesan komuniksi. Politikus atau pemimpin harus mengetahui siapa khalayak itu, bagaimana sifat dan prilaku khalayak itu, dan kenapa khalayak itu diperlakukan sedemikian rupa?Teori tipe mengklasifikan orang ke dalam kategori-kategori berdasarkan. karakteristik yang dominan atau tema pokok yang timbul berulangkali dalam perilaku politik mereka. Maka seorang politikus harus paham khalayak dari karakteristiknya dalam menanggapi politik. Meskipun kebanyakan upaya untuk menguraikan kepribadian politik telah menerapkan teori tipe berfokus pada karakter dan gaya pemimpin politik, di sini perhatian kita adalah pada mereka yang telah menggunakan teori tipe untuk memperhitungkan bagaimana khalayak komunikasi politik belajar menanggapai dengan berbagai cara.Dalam teori ini berdasarkan perbedaan dalam pengaruh orang tua terhadap kepribadian seseorang terbadi pada beberapa tipe golongan, diantaranya:(1) Golongan Inaktif adalah sesorang yang berpartisipasi dalam organisasi politik atau sosial di suatu tempat, mereka sama memiliki tipe asuhan orang tua yang sama. Orang tua mereka mengkhawatirkan kesehatan, konformitas, dan kepatuhan akan tuntutan orang tua. Di Indonesia para masyarakat masih sangat kental dengan kepatuhan kepada orang tua. Orang tua pun juga demikian ingin anak mereka patuh bukan kemandirian. Maka ada baiknya ini menjadi perhatian. (2) Golongan kovensionalis terdiri dari anggota perkumpulan laki-laki dan perempuan. Orang yang relatif sedikit keterlibatannya dalam politik dan merupakan stereotif “Orang Biasa” yang konvensional, orang tua yang konvensional pada umumnya setia kepada nilai sosial tradisional seperti tanggung jawaban, konformitas, prestasi, dan kepatuhan serta menuntut perilaku yang patut secara sosial dari anak-anak mereka. Orang tua ini menggunakan hukuman fisik fisik dan psikologis dalam mendidik anak-anak mereka.(3) Golongan konstruktivis bekerja pada proyek pelayanan sosial, tetapi jarang menjadi peserta protes yang terorganisasi; orang tua mereka menekankan disiplin, prestasi, dan keandalan, pengungkapan diri yang terbatas, dan menggunakan hukuman nonfisik. Mereka lebih diakrab anak-anak mereka ketimbang orang tua golongan konvensionalis.Indonesia lebih ke arah konvensionalis.(4) Golongan aktivis mengajukan protes atau kekecewaan mereka terhadap kejelekan masyarakat yang dipersepsi dan juga turut dalam proyek pelayanan masyarakat untuk memperbaiki keburukan itu, orang tua mereka mendorong anak-anak merela untuk independen dan bertanggungjawab, mengiring ekspresi diri berupa jenis agresi fisik, dan kurang menekan disiplin jika dibandingkan dengan kelompok yang diuraikan diatas. Namun mereka mengenang hubungan dengan orang tua sebagai hubungan yang kaku. Indonesia tidak ada di area ini.(5) Golongan penyingkin (disenter) adalah yang hanya terlibat dalam protes-protes terorganisasi. Orang tua golongan ini tidak konsisten dalam melaksanakan pendidikan anak. Mereka serba membolehkan (permisif) dalam bidang tertentu,dan sangat ketat (restriktif) dalam bidang lain, mereka kurang menekankan indenpedensi dan kedewasaan yang dini dibandingkan dengan orang tua yang lain, namun menuntut prestasi melalui persaingan. Golongan pengingkar jauh lebih cenderung untuk memprotes sebagai bentuk pemberontakan terhadap orang tua daripada dalam golongan yang lain.Berdasarkan teori tipe, membuat kita merefleksikan diri bagaimana sebenarnya diri kita dalam berpolitik. Memang hal ini sengaja dilakukan para sarjana untuk memahampi karakter khalayak melalui dari diri sendiri.Teori FenomenologisTeori fenomenologis adalah pandangan bahwa peran kepribadian dalam perilaku (termasuk kepribadiandalam politik) paling mudah dipahami dengan melukiskan peranan langsung orang –yaitu proses yang digunakan oleh mereka yang memeprhatikan dan memahami fenomena yang disajikan langsung oleh mereka. Maka banyak individu yang menilai pesan-pesan komunikasi politik dengan memperbandingkan berdasarkan pengalaman yang subjektif, merasakan dampak yang pernah dirasakan, dan membayangkan objek dari komunikasi politik itu.Dua garis utama berpikir merefleksikan pendekatan fenomenalogis yaitu:(1) Teori Gestalt tentang persepsi. Penganut teori ini berargumentasi bahwa aspek utama kepribadian ialah bagaimana orang menyusun pengalaman ke dalam pola atau konsfigurasi. Mereka menekankan prinsip kesederhanaan dalam menyusun persepsi. Untuk para elit politik Indonesia belum menyadari pentingnya menyederhanakan pesan komunikasi politik. Efendi Gazali dosen pasca sarjana Universitas Indonesia menyadari ini sehingga program acara Republik BBM sebagai contoh penyederhanaan pesan politik yang ingin disampaikan.(2) Teori medan. Teori ini berargumentasi bahwa kepribadian (pola perilaku yang kekal dan diperoleh dengan belajar) saja tidak dapat menerangkan bagaimana orang berprilaku. Setiap orang memilki ruang hidup yang tersusun dari medan gaya. Dalam bertindak, individu mendekati atau menghindari gaya dan objek dalam ruang hidupnya sebagaiamana ia memahami gaya itu saat bertindak.Jelas bahwa perilaku tiap individu dalam menilai pesan komunikasi tidak hanya sebatas dari pendidikan yang dia dapat seperti pada teori tipe. Justru semata-mata menjadikan pengalaman untuk menilai suatu keadaan. Pengalaman pasti mengalami pembaharuan sehingga suatu saat dapat saja penilaina akan berbebeda nantinya seiring waktu.Misalnya saja, kenaikan BBM pada tahun 2002 dengan sekarang ditanggapi dengan cara yang berbeda. Jika dulu ditanggapi dengan demonstrasi besar-besaran, justru sekarang dianggap wajar karena melihat toh pemerintah memang masih belum memihak rakyat.Pengalaman sangat menentukan penilaian pesan komuniksai politik. Pengalaman menjadi bagian dari sejarah sehingga banyak para ilmuwan sosial mengacu pada teori medan untuk menilai karakter bangsa. Sebab bangsa terbentuk juga dari pengalaman sejarah.Banyak sebenarnya teori-teori yang hadir mengupas tentang karakter dari khalayak dalam berpolitik. Sebut saja teori psikoanalitik dan lainnya, hanya saja 2 teori yang disebut diatas lebih mempengaruhi keadaan khalayak sekarang meskipun dari satu teori dengan teori lainnya sangat berpengaruh.MassaKita harus paham perbedaan antara massa dengan crowd dalam ilmu sosiologis. Khalayak komunikasi politik adalah massa. Massa menjadi sasaran komunikasi politik maka setelah memahami teori-teori di atas dapat pula kita menginditifikasi dari karakter massa itu sendiri.Massa adalah orang banyak yang tidak perlu berada dalam satu tempat tertentu. Maka ini yang membuat beda dengan crowd yang berada pada tempat tertentu. Meskipun crow dan massa memiliki sifat yang sama yaitu, tentang banyak orang dan tidak ada hubungan timbal balik di antara anggotanya.Massa selalu ada dan tersebar dimana-mana dengan sifat yang heterogen. Meskipun demikan massa memiliki tujuan yang sama dan menanggapi pesan komunikasi politik bersama-sama meskipun tetaplah dari individu-individu massa berdiri sendiri.Misalnya saja saat mulai Parpol mengungumkan tentang calon presiden 2009, massa mulai bersama-sama menilai dan membentuk opini tentang pesan dari parpol itu. Apakah opini yang keluar menganggap terlalu ambisius atau pertimbangan yang belum pada waktunya yang penting massa telah memberi penilaian dari komunikasi dan mempunyai harapan sama yaitu semoga Capres 2009 ada yang lebih baik.Hadirnya teori-teori yang telah dijelaskan di atas (Tipe dan Fenomenologis) sangat membantu para kominkator politik memilih cara penyampaian pesan komunikasi politik kepada massa. Mengingat massa bersifat anonim yaitu individu-individu yang hadir umumnya tidak dikenal secara pribadi oleh komunikator.Menurut McQuail, massa tidak memiliki eksitensi yang berlanjut kecuali hanya diperhitungkan sebagai objek perhatian dari mereka yang ingin memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. Terlihat banyak hadir Ormas-ormas non-politik ini merupakan kegiatan unjuk gigi bahwa mereka meiliki massa dengan tujuan yang berbeda-beda.PublikPublik terbentuk tanpa sengaja karena dari individu-individu massa yang tertarik dengan masalah-masalah sosial terutama yang dilontarkan oleh media massa. Mereka merasa perlu adanya permasalahan yang harus diatasi bersama-sama. Maka publik menjadi khalayak yang sangat mempengaruhi pesan-pesan komunikasi politik.Menurut McQuail, publik menjadi bagian penting dalam khalayak komunikasi politik. Eksitensi publik sangat kuat dengan interaktif, aktif, dan dapat bekerja sama dengan media namun tidak tergantung pada media.Publik menjadi bagian yang penting dalam khalayak komunikasi karena sifatnya yang kritis dan pandai dalam melihat suatu masalah. Maka sekarang banyak parpol mulai mencari pendukung dari publik yang biasa disebut opinion leader.Tidak jarang publik dalam beropini menjadikan opini itu sebagai opini sebagain besar massa. Tidak menutup kemungkinan ada perbedaan namun sangat kecil. Maka opini publik sangat menjadi penting untuk mendapatkan dukungan politik bagi komunikator.Tiap-tiap individu pada massa mempunyai tingkat kepandaian dan pendidikan yang berbeda. Publik yang menjadi bagian dari massa tentu memiliki kepandaian yang berbeda dalam menilai suatu masalah. Terkadang mereka punya cara sendiri. Kepercayaan pada suatu publik berbeda-beda. Dan keberuntungan pada suatu publik pun berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada.Ada publik yang terus berdiskusi terhadap masalah namun belum memiliki jaringan untuk menyampaikan hasil diskusi pada pemerintah. Sehingga mereka tidak memiliki channel distribusi, ini sering terjadi dalam dunia kampus.Leader-shipOpinionPublic AttentiveGeneral PublicNamun tak jarang banyak opini publik yang tersampaikan dalam badan pemerintahan karena sudah memliki hubungan dengan elit politik.Leader-shipOpinionPublic AttentiveGeneral PublicLeader-shipOpinionPublic AttentiveGeneral PublicDari bawah yaitu general public, seperti yang dijelsakan diatas bahwa bagian ini adalah publik yang tidak memiliki kesempatan dalam menyampaikan aspirasi ke kalangan badan pemerintah. Mereka hanya bisa berdiskusi saja dan kurang ada tindak lanjut dari diskusi.Attantive publik adalah publik yang penuh perhatian. Mereka berusaha mencari informasi tentang apa saja pesan daripada kominkator. Buah hasil kerja keras mereka mendapatkan kenalan dan bahakan telah berhubungan dengan elit politik.Bagian ini amatlah penting mengingat mereka telah menjalin hubungan dengan elit politik sehingga mereka dapat dengan mudah menyampaikan opini secara antar-pribadi. Bagi komunikator mereka adalah kunci untuk mendapatkan dukungan khalayak dan mereka mempertimbangkan arus opini yang hadir di khalayak melaui mereka.Persaingan Cagub DKI Jakarta pada waktu itu rajin sekali berkunjung ke komunitas-komunitas untuk mendengar dan mendapatkan saran dari komunitas tersebut. Meski tujuan akhir mendapatkan dukungan.Pada lapisan yang paling atas adalah kategori khalayak yang disebut sebagai pemimpin opini (Opinion Leader). Di sini mereka terlibat langsung dalam pengambilan keputusan karena mereka sudah ada pada bagian dari lembaga pengambilan keputusan. Kalangan publik ini paling aktif hanya saja terkadang keputusan yang diambil suka tidak selaras dengan publik dari sebelumnya.

BAB IIIPENUTUP
Freud berpendapat tentang proses yang menjadi pokok berfungsinya kepribadian:(1) Id, yaitu proses orang yang berusaha memaksakan keinginnanya akan hal yang menyenangkan. Setiap manusia mempunyai tujuan yang hendak dicapai.(2) Ego, alat yang digunakan untuk menliai sekitar orang itu, atau realitas.(3) Superego, yaitu gagasan orang diturunkan (biasanya melalui pengalaman dengan orang tuanya) tentang apa baik dan buruk.Sehingga cara mencapi tujuan berbeda. Dalam pendapat Freud maka jelas setiap orang akan memiliki cara sendiri untuk mencapai tujuan sendiri. Kahlayak yang merupakan kumpulan orang-orang tentu tidak tinggal diam jika tujun yang ingin dicapai ternyata jauh didapat oleh karena elit politik. Maka sangatlah sering terjadi pemberontakan atau justru tindakan apatis rakyat terhadap pemerintah.Perlunya memahami khalayak komunikasi politik agar para komunikator dapat menjalankan pemerintahan dengan mendapatkan dukungan rakyat. Se idealnya menjauh dari tindakan menyimpang seperti politik uang dan korupsi.Khalayak komunikasi politik memiliki perhatian terhadap perkembangan politik yang terjadi sekeliling mereka. Akses untuk medapatkan informasi terkini mat menentukan sikap khalayak dalam menanggapi fenomena politik sekitar. Maka tak jarang ada pemerintah yang menyimpang selalu menutup erat-erat akses informasi ini. Baru-baru ini terjadi di Myanmar dengan kasus Junta-nya atau sering terjadi di negara-negara Afrika karena perang saudara.Kahlayak dapat mempengaruhi arah kebijakan politik jika memiliki rasa peduli yang tinngi dan solid dalam publik. Sebab, kepedulian dan berpartisipasi dalam pemerintahan akan melancarkan proses demokrasi dan memimalisasikan penyimpangan yang dapat saja terjadi. Oleh sebab itu publik dengan tingkat atentif dianggap idela sebab mereka murni memperjuangkan kepentingan rakyat. Sedangkan opinion leader kurang kredibel sebab sudah menjadi bagian pengambilan keputusan sehingga penuh sarat kebohongan.Di Indonesia kita memiliki publik yang atentif seperti komunitas Nurani Dunia milik Bapak Imam Prasodjo seoran sosiolog atau Bapak Efendi Gazali dengan progarm acara televisinya yaitu Republik BBM, dan masih banyak lagi yang terlibat aktif memberikan masukan namun tidak ada pada bagian dari bandan pemerintahan (pengambilan keputusan).Dengan posisi mereka sebagai publik yang atentif sebagai warga negara yang dapat bersikap rasional dan kritis, maka partisipasi poilitik dalam mempengaruhi keputusan pemerintah menjadi jembatan antara kepentingan leadership opinion dan general public.

Daftar Pustaka
Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Jakarta, 1982Dan Nimmo, Komunikasi Politik, Rosda Bandung, 1982Mulyana, Deddy.Dr, M.A.2005 Nuansa-Nuansa Komunikasi.Bandung: PT Remaja Rosda Karya.Dan Nimmo, 2001 Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosda KaryaAdi Suryadi Culla.Dr,msi. 2005 Study Guide Political Communications. Jakarta: STIKOM LSPR.Makalah Romli. Ikhtisar perkuliahan “Komunikasi Politik” Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Al-Ghiffari (Unfari) Bandungwww.kompas.com/Kampanye Capres dan Budaya Komunikasi Henry Subiakto Direktur Lembaga Konsumen Media, Dosen Pascasarjana Studi Media dan Komunikasi Universitas Airlangga/Jumat,30 April 2004www.kompas.com/ Politik dan Pemilu dalam Perspektif Pemasaran Oleh AB Susanto Konsultan Manajemen Pemasaran dan Managing Partner The Jakarta Consulting Group/ Rabu, 18 Februari 2004www.kompas.com/ Desonansi Komunikasi Politik Mochtar W Oetomo Staf Pengajar Fak Ilmu Komunikasi Universitas Dr Soetomo, Direktur Surabaya Media School/ Rabu, 22 Januari 2003www.suaramerdeka.htm / Memetakan Pemilih dan Positioning Kandidat dosen Ilmu Komunikasi FISIP Undip, peneliti Institute for Media & Local Democracy (Imeld) Semarang./ Senin, 16 April 2007www.suaramerdeka.htm/ Media dalam Komunikasi Politik Muchamad Yuliyanto,dosen komunikasi FISIP Undip, mahasiswa pascasarjana di UNS Surakarta/ Jumat, 18 Mei 2007

Diceritakan kembali oleh Apriyadi blog

Ruangan *intensive care* RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut.Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi.Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa—dan sebab itu banyakdigila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup.Tiada lagi wajah gantengnya.Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwaracun telah menyebar ke mana-mana.Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan.Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan kering.Sebentar-sebentar bibirnya gemetar.Menahan sakit.Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu.Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya.Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata.Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang palingdicintainya ini."Pak, Pak, ini Ega…"Senyap.Ayahnya tak bergerak.Kedua matanya juga tidak membuka.Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu.Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati.Tapi dia tidak mampu membuka matanya.Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puterisulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis.Tangannya kembali terkulai.Soekarno terdiam lagi.Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul.Air matanya yang sedari tadi ditahan kini menitik jatuh.Kian deras.Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan.Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung.Mega segera dipapah keluar.Jarum jam terus bergerak.Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol.Dia coma.Antara hidup dan mati.Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini.Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati.Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasilmembuka matanya.Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah."Hatta.., kau di sini..?"Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih.Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar.Sedikit tersenyum menghibur."Ya, bagaimana keadaanmu, No?"Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu.Tangannya memegang lembut tangan Soekarno.Panasnya menjalari jemarinya.Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa Belanda.Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal."*Hoe gaat het met jou…?*"Bagaimana keadaanmu?Hatta memaksakan diri tersenyum.Tangannya masih memegang lengan Soekarno.Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil.Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan.Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya.Pertahanannya bobol.Airmatanya juga tumpah.Hatta ikut menangis.Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah.Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi.Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini.Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani."No…"Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya.Hatta tidak mampu mengucapkan lebih.Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya.Bahunya terguncang-guncang.Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru (baca: Soeharto) yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini.Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.Jarum jam terus bergerak.Merambati angka demi angka.Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot.Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya.Suhu badannya terus meninggi.Soekarno kini menggigil.Peluh membasahi bantal dan piyamanya.Malamnya Dewi Soekarno dan puterinya yang masih berusia tiga tahun,Karina, hadir di rumah sakit.Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.Minggu pagi, 21 Juni 1970.Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin.Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasienistimewanya ini.Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno.Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangankanannya, memegang lengan dokternya.Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini.Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai.Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya.Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka.Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi.Kini untuk selamanya.Situasi di sekitar ruangan sangat sepi.Udara sesaat terasa berhenti mengalir.Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar.Kehampaan sepersekian detik yang begitu mencekam.Sekaligus menyedihkan.Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi.Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya.Namun semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa.Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad.Manusia itu kini telah tiada.Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokterkepresidenan.Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi:Soekarno telah meninggal.
NB : Bandingkan dengan Soeharto Mantan Presiden RI ke dua!

Jumat, 22 Februari 2008

Pekak Dalam Lembu

Diam!!!
Banyak bicara
Hancurkan saja kepekaan hati
Sayat pisau saja tidak cukup
bersihkan kesalahan dengan darah
Pekak lembu itu
Aliran mata-mata pengharapan
Pernah bersujudkah kau?
Hati sampai tegah berkilah
Kalau saja semua bisa sadar
Benih benci ini tidak akan tumbuh
Namun sekatang kalau-kalau kini dendam
Lembu saja yang pekak lebih baik
Diam!!!

Jumat, 08 Februari 2008

POEM

Buai hati Bias Cinta
Tabu bicara tentang cinta
Tabu pula bicara tentang bercinta
Banyak bertanya muda
Apa bedanya cinta dengan bercinta
Banyak pula tua tak menjawab pertanyaan
Hanya berkata tabu atau belum saatnya
Saat kepalang muda terlanjur terjatuh
Saat mudi telah mengandung
Tua marah tak tahan emosi
Maka tua tidak salahkan diri
Tua salahkan muda mudi
Muda mudi bingung apa yang salah
Saat muda bertanya apa bedanya cinta dan bercinta
Tua tak menjawab atau belum saatnya
Saat telah tiba bukan dihari yang baik
Mudi mengandung tanpa sebuah ikatan janji si tua
Maka muda mudi dibenci
Maka mereka yang muda menanggung cerca nista
Tua masi menganggap berjasa dan telah mengajar
Apa yang diajarnya?
Hanya berkata belum saatnya
Begitulah, yang muda mudi dianggap sebelah mata
Buai hati terlelap
Bias-bias cinta menjadi kabur







Anyaman Hati Menjadi Luka
Klo disakiti itu biasa
Ditinggal tanpa pesan adalah wajar dalam hidupku
Kesepian yang membuat hidupku ini tidak sepi
Lha setianya adalah sepi tanpa teman cinta
Setiap mulai menganyamkan cinta
Bambu-bambu runcing lukain hati ku
Mana sebenarnya yang baik?
Sahabat timur berkata baiknya kita berpasangan paham akan lainnya nanti
Sahabat barat berkata baiknya kita bebas bagai burung sebab hakikatnya kita tidak suka diikat
Mana yang benar
Aku mau berpasangan namun aku tak mau diikat
Aku mau berpasangan namun akau mau seperti burung
Namun saat hati sudah mantap berpasangan mala menjadi luka
Luka yang mendalam sebab dia yang tak dapat hargai arti cinta


















Hitam Kelabu Putih Senja
Hitam, hitam mana saja kau kemarin?
Aku terlalu girang kemarin
Membutuhkan kau saat itu
Agar tak mabuk aku akan kegirangan ku
Putih,putih mana saja kau lusa kemarin?
Aku terlalu duka lusa kemarin
Membutuhkan kau saat itu
Kini aku makin jatuh terpuruk
Aku terlalu sedih saat itu
Dendam membara pelecehan terhadap aku
Putih penghibur bijakasana mala tak ada saat itu
Kemarin akau tertimpa rejeki
Saat kemarin mabuk suka cita rupanya aku
Namun hitam pengingat segala petaka
Tak ada satu pun lampu kuning untuk ku
Akhirnya kuhancur saat ini
Ku masuk kesuksesan namun ku siap belajar dari duka
Hilang bijaksana akhirnya
Lepas kendali aku di sana
Sungguh saat itu kelabu
Sungguh saat senja itu aku terjatuh










Jembatan Mata Dua
Setan mana yang suka akan kebaikan?
Neraka penuh dengan kejahatan
Semua orang tahu akan hal itu
Setiap kulewat jembatan hidup ini
Selalu ada dua mata yang melihat ku
Mata pertama melihat ku dengan berharap aku ini baik
Mata kedua rupanya tidak suka aku baik
Saat ku ikut mata pertama
Kubantu orang lain pinjamkan rejeki ku
Ditipu rupanya baik ku ini
Kesal kepalang bukan tandingan lagi
Kulewat jembatan bermata dua itu lagi
Ku benci mata pertama sambutlah mata kedua
Ku maki penipu sial itu
Tak pelak aku lihat anak perempuan 7 tahun si sial itu
Kurus kecil lusuh dan menangis
Rupanya sang Ibu telah dipanggil sang Khalik
Rupanya anak perempuan itu menggantung harapan pada si sial itu,Ayahnya
Bangga si perempuan itu hilang sekejap pada Ayahnya
Tak lagi si perempuan kecil dengar nasihat Ayahnya karena ku maki penipu
Liar lah anak perempuan
Lacurlah dia dijalan saat kulewat jembatan bermata dua itu untuk 13 tahun lamanya
Hancurlah aku kenapa si baik dan buruk ada?
Tak berani lagi kutolak si baik dan si buruk
Ku hancurkan diri dan banyak hidup karena menolak mata pertama ataupun kedua

Antrosentrisme

Takut kehidupan yang antrosentrisme
Bicara tentang kerusakan lingkungan hidup
Berarti bicara masalah lama dan hangat
Pedulikah kita terhadap lingkungan hidup?
This question as The APPs’ theme for pre-Easter 2008
Aksi Puasa dan Pembangunan atau APP adalah bagian dari program gereja katolik untuk menyambut pantang puasa pra-paskah 40 hari
Ternyata Katolik melalui KAJ sebagai keuskupan agung jakarta sekaligus keuskupan se-Indonesia suka sekali memilih isu hangat di sekitar sebagai tema APP-nya.
Pernah ada tema “Korupsikah aku?” , “Bersyukurkah aku?”, dll
May be this point as one of my reasons why Catholic as my religion
Dulu, gereja katolik sangat kental dengan suasana antrosentrismenya
Antrosentrisme adalah manusia di bumi ini adalah pusat dari segalanya
Gereja menganggap manusia adalah sempurnah dan berhak melakukan apa saja demi kebaikan manusia
Tidak heran, Paus gereja katolik tugas utamanya adalah keselamatan manusia
Maka, ekosentrisme kini mulai masuk dalam kubu gereja katolik
Mereka mulai memperhatikan keseimbangan antara manusia dengan alam
Mungkin telat sekarang karena memang ada rasa takut bahwa ekosentrisme akan kembalinya umat manusia akan kepercayaan akan pohon-pohon atau binatang-binatang
Padahal ekosentrisme bukan demikian
Ekosentrisme adalah bagaimana manusia hidup dengan memenuhi kebutuhan sehari-hari namun ikut menjaga rantai makanan lingkungan sekitar
Jika anda pernah nonton film animasi kartun kelas Hollywood yaitu “Happy Feet” mungkin anda akan mengerti maksud dari ekosentrisme secara gamblang
Atau mereka yang sudah berintelektual tak perlu lagi nonton film anak-anak itu dan mungkin tidak akan membaca blog ini

Sabtu, 02 Februari 2008

Masih Tentang Soeharto

7 Hari Meninggalnya Pak Harto

Biasanya kebanyakan tradisi budaya di Indonesia 7 hari setelah meninggalnya seseorang akan diadakan entah itu sebuah rasa syukur karena keluarga yang ditinggalkan sudah tabah atau sebagai wujud penghormatan bahwa keluarga tidak melupakan almarhum. Itu menurut logika saya. Namun yang terpenting adalah bagi saya acara seperti itu adalh wujud kita masi punya budaya yang penuh saling menghormati bahkan yang sudah meninggal pula.
Sayang sekali, kebudayaan yang tertanam tampaknya ternoda demi sebuah bisnis atau entah ketenaran. Banyak liputan mengenai Alm. Bapak Soeharto di televisi yang tampaknya hilang dari asas saling menghormati ini. Banyak justru disamping memuji jasa beliau, tidak banyak yang mulai agak sedikit kurang ajar. Infotainment justru menguaka kembali kasus perselingkuhan yang melibatkan anak almarhum dengan Mayang Sari. Apa sih hubunganya dengan kepergian Bapak Soeharto. Kasus-kasus korupsi yang kadang muncul kadang hilang sekarang dikritik lebih pedas dari biasanya oleh para yang mengaku sebagai aktivis.
Apakah bangsa ini masi bisa dianggap saling menghormati? Bukankah kasus korupsi itu memang sudah ada dan tinggal ditangani saja secara hukum (Jika Bangsa Indonesia ini memang masih punya hukum). Masalah perselingkuahan Mayang Sari dengan Bambang apa perlu dibicarakan di depan kuburan beliau? Jangan bicarakan aib orang di depan makam orang yang sekarang masih dianggap punya aib dong...
Seharusnya bangsa ini mulai belajar menjadi orang yang berintelektual dengan rsa damai. Terlepas dari saya adalah orang yang paling bodoh dalam masalah politik terlebih bisnis televisi mungkin ada baiknya ajarkan saya kaum muda ini bagaimana seharusnya bersikap dengan orang yang buat salah. Budiman Sutjaminko, aktivis yang pernah dipenjara 3 tahun pada jaman Soeharto saja bisa memaafkan dan menyatakan semua biarkan hukum yang berjalan.
Biarkan yang mati menjadi mati. Ada baiknya setelah kita ditinggal Mantan Ditaktor Presiden RI ke 2 Bapak Soeharto mendaptkan pelajaran. Beritakan yang positif sebagai wujud saling menghormati. Terima kasih kepada media yang masih punya asa saling menghormati. Wujudkan bahwa kita ini bangsa yang terpelajar dengan mau belajar dari kesalahan. Jangan seperti anak kecil yang meributkan bhawa saya benar dia yang salah lalu kemudian ngambek saling meledek. Saya yakin bangsa Indonesia dapat menjadi lebih baik sebab lihatlah, perubahan pada negara kita ini sudah membaik terlepas dari masalah-masalah yang ada saat ini. Bukankah pemerintah hadir untuk menyelesaikan masalah? Jadi untuk apa kita mengeluh?Lebih baik kita awasi bersama jalannya pemerintahan agar kepentingan bersama terwujud.
Jika anda bertanya apakah saya pernah merasakanm penderitaan pada jaman Pak Harto? Tentu saya jawab tidak. Lalu kenapa saya banyak omong? Sebab saya melihat banyak hal yang luar biasa dari penderitaan yang terwujud masa ORBA.
Pertama, karena ORBA kita menjadi negara yang terbangun dari keterpurukan. Infastruktur pun sangat berkembang, pendidikan mulai memadai, kehidupan politik kini mulai lebih demokratis
Kedua, Pembantaian yang dilakukan pada jaman ORBA membuka hati kita sebgai manusia yanmg beradab.
Ketiga, Ini yang paling oke banget, para aktivis yang dulu melawan pada masa ORBA kini menjadi dikenal public. Diundang seminar sana. Seminar sini. Oke kan?
Keempat, Banyak cara ORBA dalam melakukan pembangunan seperti program KB, PIN, Wajib belajar dan lain-lain sangat membantu pemerintah sekarang sehingga tidak perlu memikirkan lagi program-program baru lainnya karena terbukti efektif
Terakhir, Keluarga Cendana telahg menunjukan kekuasaan dan harta bukan jaminan menjadi keluarga sejahterah. Kasus-kasus yang merusak moral sebuah keluarga hancur karena hanya mengejar kekuasaan dan harta. Maka lebih enak Keluarga yang memilki kekuasaan terbatas dan harta dari kebenaran bukan hasil KKN.
Bagaimana? Mulai siap belajar kawan? Ayo yang generasi muda seperti kta mulai belajar dari kesalahan orang lain..Sudah gak berlaku nasehar belajar dari kesalahn kitsa sendiri.Untuk apa kita melakukan kesalahan namun kesalahan itu pernah dilakukan orang lain juga? Lebih baik kita belar dari kesalahan orang lain dan lakukan yang berbeda.

Senin, 28 Januari 2008

Pak Harto Wafat Kabar Gembira????

Kematian Bapak Haji Moh. Soeharto mantan Presiden RI ke dua kabar gembira tau kabar duka?

Tulisan ini tidak akan menggambarkan apakah saya pro Cendana atau pro aktivis yang ideal. Saya hanya mencoba melihat dari sisi humanis,kemanusiaannya sebagia manusia. Dan tulisan ini bukanlah hanya saya saja yang menyadari namun banyak orang juga menyadari.

Pertama, Tidak ada sebuah kejadian kematian dianggap kabar gembira, kecuali kematian itu dapat menyelamatkan banyak sekali masyarakat. (Yesus misalnya, kematian Dia bisa dikatakan kabar gembira sebab bagi umat kristiani kematian Yesus berarti Dia berhasil menyelamatkan manusia dari dosa)

Bukankah bangsa ini sudah terselamatkan dalam arti demokrasinya sebelum Pak Harto meninggal? Reformasi sudah berjalan sebelum Pak Harto meninggal bukan? Berarti kematian beliau tidak dianggap menyelamatkan bangsa Indonesia sebab bangsa Indonesia sudah berdemokrasi jauh sebelum Pak Harto meninggal.

Para aktvis bebas mengkritik kebijakan pemerintah bukan setelah Pak Harto meninggal.

Kedua, Konon Pak Harto itu saat memimpin suka menutup mulut lawan politiknya dengan cara yang terorganisir dan biadab. Tidak tanggung-tanggung cara membunuh pun dilakukan. Ini yang diakui para mantan aktivis yang menjadi korban.

Ketiga, perlu dibedakan antara Pak Harto langsung melakukan pembunuhan atau Pak Harto hanya memberi tugas kepada Jenderal-Jenderal yang bertanggung jawab. Seandainya Pak Harto hanya berkata “Tolong tangani masalah ini” dan jika para Jenderal yang diberi tugas melaukan pembunuhan terhadap target jelas yang salah adalah para jenderal itu. Lha menangani bukan berarti membunuh.

Lihat dulu, Mao Tje Tung pemimpin partai komunis serta menjadi pemimpin pemerintahan RRC, saat itu dia dengan beraninya menghabisi langsung lawan politiknya bahkan tidak tanggung-tanggung teman seperjuangnya pun dia khianati. Dia terang-terangan keluar dari mulutnya mengenai strategi propaganda politiknya saat itu. Jelas Mao bersalah atas pembantaian itu. Atau Hitler yang lebih gila lagi dengan terang-terangan di piadatonya untuk melakukan penghampusan bersih kaum yahudi. Berapa juta korban manusia tak bersalah hanya karena mereka Yahudi oleh kebijakan Hitler. Jelas dia bersalah.

Betul Pak Harto juga ada kemungkinan melakukan itu namun apakah Pak Harto melakukan itu keluar dari mulutnya sendiri untuk melakukan pembantaian atau hanya berkata “Tolong tangani masalah ini” (Pendapat ini dari Lani, mahasiswi FISIP Moestopo)

Jadi jangan lah kita ikut-ikutan membenci Pak Harto jika kita saja bukan korban dari kebijakannya, kita saja bahkan tidak mengerti politik yang dia jalani lalu kenapa kita ikut membencinya? Terlebih mengatakan sebuah kabar gembira jika Pak Harto kini wafat.

Keempat, jika memang betul Pak Harto melakukan sendiri dari otaknya sendiri untuk melakukan pembantaian dan lainnya, itu biarkan hukum yang bekerja jangan disamakan dengan sisi kemanusiaan kita. Jika kita selalu bersikap tidak dapat membedakan hukum dengan sifar humanis maka tidak heran kasus Pak Harto hingga sekarang belum jelas. Hukum ya legal, Humanis ya morale.

Lihat keluarga Soekarno, diwakili Guru Soekarno Putra dengan jelas mengatakan bahwa keluarga Soekarno dapat memaafkan kesalahan Bapak Soeharto. Padahal Pak Harto notaben nya dulu melakukan pengasingan dan menyiksa ayahnya, Soekarno. Guru pun mengatakan bedakan antara hukum dengan nilai kemanusiaan yang diajarkan agama. Bayangkan korban saja ikut bersedih atas kabar meninggalnya Soeharto kenapa ada yang menganggap itu kabar gembira.

Kelima, kita sebagai bangsa harus bisa berpikir intelektual. Biarkan politik berjalan apa adanya dan jangan campur adukan dengan perasaan yang sebenarnya kita pun tidak mengalami langsung apa yang dilakukan Soeharto.

Jangan sampai kita yang intelektual tidak menggunakan sisi humanis kita sehingga sifat-sifat perasaan kita hilang karena ikut-ikutan membenci beliau yang padahal korbannya saja sudah bisa memaafkan. Jangan kita justru sama saja seperti Pak Harto yang “PINTAR TAPI BIADAB” (Label ini bukan saya yang beri namun mereka yang mengatakan demikian mungkin karena lebih paham akan Soeharto)

Sabtu, 19 Januari 2008

Relasi Dengan Masalah


Relasi Dengan Masalah
Satu dalam kehidupan yang pasti tak dapat kita hindari adalah masalah. ‘Teman’ satu kita ini selalu hadir dalam hidup kita. Bahkan ‘mereka’ hadir bisa berhari-hari. Sungguh menjengkelkan. Bertanyalah kita pada hidup “Kenapa masalah ini harus datang pada hidup ku?”. Pertanyaan yang pernah juga saya lontarkan.
Lambat laun,semakin kita ingin menjauh masalah semakin kuat masalah itu menggerogoti energi kita. Lari dari masalah dapat saja dengan minum-minum di Bar, menggunakan obat-obatan atau bahkan bunuh diri. Hanya saja setelah itu dilakukan muncul masalah baru dan bahkan kita justru menjadi biang masalah bagi orang lain.
Sungguh tidak bijaksana dalam hidup kita,benci masalah namun menjadi sumber masalah untuk orang lain. Banyak mereka yang gagal dalam menghadapi masalah,masalah apa saja! oleh sebab mereka tidak ingin berelasi dengan masalah itu sendiri. Kunci daripada relasi dengan masalah adalah “Masalah adalah teman hidup kita yang sejati, sebab setelah dia kita layani sebagi teman maka dia (masalah) akan mengundang kebaikan untuk berteman dengan kita”.
Memang ini adalah sulit untuk dijalankan. Betapa tidak,bagaimana kita bisa layani masalah seperti bangkrut dalam usaha kerja, nilai-nilai ujian jelek,tidak lulus, dan banyak lagi?. Namun dengan pasti katakan bahwa ini BERHASIL!!! Kebaikan akan ada setelah masalah itu kita layani. Makin kita tidak layani masalah itu makin bermasalah si amsalah itu dalam hidup kita. Jika kita hadapi masalah itu maka si masalah akan mengundang kebaikan.
Ambilah contoh yang relevan, apakah negara Indonesia mendapatkan merdeka karena saat itu rakyat menghindari penjajah agar tidak dapat masalah? Jelas TIDAK!!!! Justru rakyat Indonesia saat itu dengan keterbatasan senjata mencari masalah bahkan tidak memikirkan apakah akan gagal. Meskipun saat itu ada terbesit keraguan namun ditepis dengan keyakinan bahwa perjuangan mendapatkan kemerdekaan akan tercapai jika rakyat Indonesia berani mencari masalah dengan melawan penjajah. Hei...jangan ragu dengan cerita ini sebab inilah yang terjadi. Tidak menjauh dari masalah dan layani masalah maka kebaikan akan datang. Siklus ini akan terus begitu dalam kehidupan.

Sabtu, 05 Januari 2008

100 Tahun Kebangkitan Bangsa
10 Tahun Reformasi
Disusun oleh : Denny Dominicus Savio/Calon PR Bangsa

Tahun 2008, Indonesia khususnya dalam bidang pariwisata akan sibuk dengan program Visit Indonesia 2008. Program ini sebagai perayaan hari kebangkitan bangsa Indonesia 100 tahun (Celebreating 100 Years of Nation’s Awakening).
Seperti biasanya sebuah negara demokrasi segala kebijakan pemerintah ataupun program pemerintah pasti mendatangkan pro dan kontra. Hal ini sudah wajar terjadi. Ada yang menganggap apakah kita sanggup melaksanakanya dan tidak banyak pula yang menyambut optimis Visit Indonesia 2008.
Visit Indonesia 2008 ada karena kita ingin ikut meramaikan kompetisi Olah Raga Terbesar dan tertua yaitu Olimpiade. Kali ini Olimpiade akan diselenggrakan di Cina. Tentu kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki politik bebas dan aktif tidak ingin ketinggalan dalam acara internasional akbar ini.
Lalu apa hubunganya dengan Visit Indonesia 2008? Ya, tentu ada hubungannya. Kita bisa lihat kampanye Incredible India, Dreams come true Singapura, atau Visit Thailand. Kenapa akhir-akhir ini mereka ramai-ramai kampanye negara mereka? Sebab dengan diselenggarakannya Olimpiade di Cina maka dipastikan banyak orang dari penjuru dunia untuk hadir beramai-ramai ingin menyaksikan pertandingan itu. Dan pastinya orang-orang yang hadir di Cina akan melakukan suatu perjalanan wisata juga khususnya di wilayah sekitar yaitu Asia.
Cina di bidang pariwisata mencoba menawarkan paket perjalanan yang tidak hanya mencakup objek wisata Cina saja. Turis-turis yang akan hadir diberikan paket perjalanan wisata ke negara-negara Asia lainnya. Jadi mungkin saja sebelum hadir di Cina turis tersebut dapat melihat danau Toba dulu di Sumatera Utara,lihat-lihat Candi-Candi di Jawa, atau bahkan pemandangan di Papua dan tidak ketinggalan keindahan pantai Bali-Lombok.
Pokoknya berada dalam satu paket wisata negara Asia. Oleh karena itu negara tercinta ini berusaha membuktikan bahwa pariwisata Indonesia masih dapat diandalkan dan mampu bersaing dengan negara-negara tetangga lainnya. Dan bahkan lebih dari negara tetangga lainnya. Kenapa tidak? Singapura punya pusat pembelanjaan mewah yang dibanggakan,Indonesia tepatnya di Jakarta punya Senayan City The luxuriest Mall of South East Asia. Senayan City bahkan setara dengan pusat pembelanjaan di Jepang negara yang merupakan sebagai benchmark fashion Asia. Ini bukan hiperbola! Bayangkan saja brand Banana Republic yang merupakan gerai fashion terkemuka di Amerika Serikat tidak membuka gerai di Singapura ataupun Hongkong, setelah Jepang, Indonesia menjadi pilihannya yaitu di Senayan City.
Thailand memiliki pemandangan yang luar biasa di pantainya, hei hei Bali tetap menjadi World’s Best Island menurut majalah pariwisata terkenal Travel and leisure. Malaysia hanya dapat berbangga dengan Twins Towernya sedangkan kita luar biasa punya gunung-gunung yang tinggi dan luar biasa pemandangan alami asli alam. Ayo,apa lagi yang kita ragukan untuk mendukung Visit Indonesia 2008?
Direktur Pengembangan Pariwisata Indonesia, Syamsul Lussa mengatakan selain bekerja sama dengan biro perjalanan di Cina, juga bekerja sama dengan sejumlah negara Eropa, Asia dan tentu Amerika Serikat. Target yang ingin dicapai adalah 123 juta wisatawan domestik dan 7 juta wisatawan asing. Target yang melewati pertimbangan dan kakulasi yang matang serta profesioanal atas data yang jujur.
Mimpikah Departemen Budaya dan Pariwisata? Melihat tahun-tahun sebelumnya pariwisata kita hanya mampu rata-rata tiap tahunya menggaet 100 juta wisatawan domestik dan 5 juta wisatawan mancanegara. Tidak!!!, jika kita ikut mendukung dengan menjaga kestabilan keamanan negara dengan tidak melulu meributkan segala sesuatu yang berbau politik, tidak provokasi massa untuk berdemo karena tidak sabar ingin menjadi pemimpin. Pasti keamanan akan terjaga dan turis-turis akan lebih percaya untuk berlibur di Indonesia.
Lalu kenapa dianggap perlu Visit Indonesia 2008? Karena sektor wisata, dengan devisa US$ 4,8 miliar sekarang ini, adalah penghasil devisa ke dua setelah migas. Hebatnya lagi, hasil itu dinikmati oleh jutaan rakyat yang terlibat, mulai dari pengusaha hotel, restoran, manajer dan pelayan, pekerja seni,pedagang cendera mata, pemandu wisata, pedagang kecil, hingga sampai tukang andong. Rakyat ketiban rejeki dan Pemerintah mendapatkan pajak untuk pembangunan. Ini membuktikan bahwa berwisata berarti turut ikut memutar perekonomian rakyat.
Namun ada yang aneh dengan orang-orang Indonesia. Setiap pemerintah Indonesia mengeluarkan program atau ikut serta dalam kegiatan Internasional justru menganggap pemerintah sok tahu dan sampai teganya bilang ‘ngurus negara sendiri aja gak becus ngurus-ngurus yang lain’. Apakah Indonesia tidak boleh memiliki program yang dapat bersaing dengan negara lain? Apakah Indonesia tidak boleh ikut kegiatan internasional?Apakah kita ingin menjadi negara egois?Apakah kita mau menjadi negara yang tidak peka dan menjadi apatis pada situasi Internasional?
Jika Indonesia terlibat dalam kegiatan Internasional itu tidak hanya semata-mata ingin menunjukan ke eksisan Indonesia dalam dunia Internasional. Justru dengan ikut terlibatnya kegiatan Internasioanal diharapakan tumbuhnya kepercayaan di mata internasional bahwa Indonesia tetap berdiri dan akan terus berdiri. Investor makin percaya pada Indonesia dan bangsa Indonesia makin dikenal di mata internasional.
Visit Indonesia 2008 merupakan ajang unjuk gigi Indonesia dalam bidang pariwisata, selain itu ikutnya kita sebagai pasukan perdamaian PBB sementara di Libanon sebagai wujud solidaritas masalah konflik internasional, masih aktifnya Gerakan Non Blok, dan banyak lainnya tentu akan memberi dampak baik bagi pembangunan baik ekonomi dan politik di Indonesia. Jadi bukan ingin sok tahu ikut ngurusin masalah orang lain.
100 tahun sudah kebangkitan bangsa dan bertepatan pula dengan umur reformasi yang genap 10 tahun, Indonesia kini terlihat sekali titik terangnya. Dari segi kedewasaan berpolitik mulai tumbuh,masyarakat yang mulai memahami esensi nilai-nilai demokrasi, dan terlihat mulai persaingan politik yang sehat. Terlebih Presiden kita sekarang selalu menyatakan bahwa “my loyalty to my party ends when my loyalty to my country begins”. Sebuah pernyataan yang harus dipegang oleh setiap Presiden RI.
Namun masih saja yang tidak suka akan perkembangan yang positif ini. Masi saja doyannya kritik terus dan terlihat jelas tidak sabar ingin menggantikan kekuasaan. Misalnya bahwa angka kemiskinan yang menurun menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Maret 2007 yang mengatakan bahwa orang miskin berkurang sekitar 2,31 juta orang mala dikritik habis-habisan oleh orang-orang tertentu. Padahal ini seharusnya menjadi informasi yang memberikan keoptimisan kita justru mala dijadikan orang-orang tertentu untuk mengkritik dan menurunkan keoptimisan rakyat akan nasib mereka.
Bagaimana mungkin BPS yang merupakan lembaga survei standar internasional dikriktik karena alasan seakan-akan dibayar pemerintah untuk membuat survei palsu. Lucunya lagi saat hasil survei justru buruk bagi pemerintahan,orang-orang tesebut tidak menanyakan kebenaranya dari mana survei itu, langsung saja digunakan untuk menghantam pemerintahan saat itu.
Padahal, pemerintah khususnya Presiden SBY tidak berbangga dengan hasil itu. Justru beliau mengatakan hasil survei harus menjadi motivasi pemerintah untuk menjadi yang lebih baik dan beliau justru bertanya lalu mana yang kurang lagi? Jika hasilnya negatif beliau menganggap itu adalah masukan yang sangat berarti untuk memperbaiki pemerintahan. (Dikutip dari Buku “Dari Kilometer 0.0” yang ditulis oleh Andi A. Mallarangeng).
Dalam 100 tahun sudah kebangkitan Bangsa dan 10 tahun reformasi harusnya kita sambut dengan optimis. Kenapa tidak? Kita berhasil membayar utang-utang kita di IMF sejak lama, kita berhasil menyelenggarakan pemilu presiden langsung dan berhasil bertahan hingga sekarang dengan gonjang ganjing dari politikus yang tidak sabar menunggu pemilu 2009 akan datang. Namun ini membuktikan stabilitas politik kita sudah hampir matang meski masi ada yang harus diperbaiki. Visit Indonesia 2008 makin membuat kita bangga dengan kekayaan wisata negri kita. Kini kita makin percaya diri dengan dunia wisata kita semenjak kita sering di cap negara teroris namun kita berhasil menepis itu semua di mata internasioanal.
Aceh telah berdamai, Kalimantan mulai tenang, Ambon cinta damai dalam perbedaan, Papua masih milik Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke masi milik Indonesia. Reformasi tidak akan terhenti, hanya saja masih banyak yang harus disempurnahkan. Jangan kita bandingkan dengan negara demokrasi matang seperti Amerika Serikat karena mereka sudah melewati masa krisis yang sedang kita hadapin, jangan kita iri dengan Inggris sebab negara itu yang menciptakan magna charta sehingga tahu persis keinginan rakyatnya sejak lama, jangan kita malu dengan Jepang sebab Jepang seharusnya yang malu pada kita karena mereka maju karena kekayaannya dari menjajah kita.
Indonesia baru berumur 63 tahun dalam negara republik dan mengenal demokrasi sejati sejak reformasi yaitu baru 10 tahun. Jangan berkecil hati. Kita bisa bangkit dengan optimis. Indonesia penuh dengan kekayaan alam, dalam tanah ada minyak, di atas tanah juga ada minyak yaitu kelapa sawit. Bayangkan saja, bangsa ini tidak akan kekurangan energi. Hanya saja butuh pembenahan yang memakan waktu lama.
Kekurangan BBM?Kita mulai mengembangkan BBN yaitu bahan bakar nabati atau biasa disebut biofuel. Sumber BBN dari minyak sawit yang dapat menggantikan solar,ethanol dari tebu dan singkong yang dapat menggantikan premium. Pengembangan ini sudah dilakukan sejak tahun 2006 dan mudah-mudahan berhasil. Sebab jika berhasil kita bisa menghemat BBM dan bahannya pun tidak susah dicari. Kelapa sawit banyak, apalagi tebu dan singkong yang menjadi makanan pokok rakyat Indonesia.
Kekurangan minyak tanah, rakyat masih bisa menggunakan buah jarak. Tinggal petik dari pohonya, dikeringkan bijinya, dan digiling setelah itu diperas. Jadilah minyak jarak untuk memasak. Hal ini sudah dipraktekan di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan. Dan akan menyusul 200 ribu desa lainnya hingga 2009. Jangan takut kita jatuh miskin. Kita masi ada harapan menjadi bangsa yang maju.
Jika masih saja banyak yang berdemo itu merupakan hal yang biasa dalam negara demokrasi. Justru itulah ciri khas negara demokrasi. Jika demo melahirkan kerusuhan dipastikan kesatuan keamanan dari polisi anti huru hara akan bertindak. Lagi pula jangankan di Indonesia, Amerika Serikat yang dianggap sudah matang demokrasinya masih ada huru hara dalam berdemo. Jadi itu bukan masalah yang mengganggu jalannya pemerintahan, hanya butuh penyesuaian saja. Sebab baru 10 tahun kok kita berjalan dalam demokrasi ini jadi ya wajar kita kaget jika terjadi kebentrokan dalam aksi demo. Di Perancis, Inggris, Amerika Serikat tidak kaget lagi sebab mereka sudah mengalami hal ini lebih dari ratusan tahun.
Indonesia biang bencana alam!!!Ya mau diapain lagi? Ini fenomena alam jadi jangan salahkan pemerintah. Masalah keterlambatan datangnya bantuan bagi korban ini disebabkan sulitnya mencapai tempat pengungsian karena rusaknya akses menuju sana. Namun negara pasti tetap akan melindungi rakyatnya yang membutuhkan bantuan. Sabarlah untuk menanti harapan jangan putus asa. Dan korban seharusnya tidak menunggu bantuan pemerintah saja. Contoh warga Jogja setelah gempa mereka secara mandiri bangkit kembali untuk mencapai kehidupan dan harapan baru. Meskipun pemerintah akan tetap selalu membantu.
Kita mungkin sedih dan prihatin melihat akhir-akhir ini dengan bencana banjir dan tanah longsor. Namun pemerintah berupaya semaksimal mungkin membantu para korban dan mengevakuasi warga sekitar. Aneh sekali masih saja ada yang bilang bahwa pemerintah lamban bertindak. Padahal bisa kita lihat berita-berita di radio, televisi dan media cetak jelas-jelas segenap pasukan TNI baik darat,laut dan udara memberikan bantuan. Ada yang melakukan pencarian korban yang hilang karena arus banjir atau tertimbun tanah longsor. Bisa kita lihat angkatan udara melemparkan bantuan makanan. Atau juga obat-obatan. TNI bergerak berdasarkan amanat dari pemerintah yaitu Presiden sebagai komandan tertinggi angkatan senjata. Bahkan Bapak Presiden SBY datang meninjau langsung lokasi bencana tanpa mempedulikan daerah yang banjir dan kotor untuk memastikan semua bantuan tersalurkan.
Jika masih ada yang belum mendapatkan bantuan itu karena seperti yang telah dikatakan bahwa akses menuju lokasi rusak. Hal ini disebabkan lokasi yang masih dikelilingi air deras atau tertutup karena longsor tanah. Sehingga memperlambat menyakurkan bantuan. Namun diakui pemerintah tidak dapat bisa menangani ini sendiri. Bagaimanapun juga bantuan dari masyarakat melalui sukarelawan di LSM-LSM atau secara pribadi tentu sangat dibutuhkan juga. Terima kasih seharusnya kita berikan kepada TNI dan LSM-LSM yang bertindak dengan sigap dan cepat.
Melalui bencana banjir dan longsor tentu yang bertanggung jawab bukan pemerintah RI semata. Semua lapisan masyarakat tentu turut bertanggung jawab. Dari mereka yang buang sampah sembarangan hingga penebang liar pohon. Semoga saja masyarakat Indonesia makin peduli lingkungan.
Indonesia pun dengan adanya konfrensi Perubahan Iklim di Bali merupakan tindak nyata dari kepedulian lingkungan dan sekaligus wujud kepercayaan di mata internasional bahwa Indonesia negara aman. Lihat saja banyaknya isu-isu tsunami justru Bali menjadi tempat yang akan didatangi orang-orang penting dari seluruh negara anggota PBB. Ini menjadi kebanggaan sendiri. Orang luar negri saja percaya kenapa kita sebagai rakyat tidak percaya?
Bagaimana musibah yang terjadi karena kecelakaan? Seperti kasus tenggelamnya KM Senopati Nusantara dan hilangnya pesawat Adam Air. Dalam musibah itu hanya negara yang dapat melakukan penyelamatan. Ini menjadi tugas negara. Hanya saja segala upaya tentu tidak menjamin keselamatan bagi semua korban. Namun perlu dicatat bahwa kapal-kapat TNI AL, pesawat dan helikopter TNI AU, dan kepolisian, serta jajaran Kodim dan Polres serta Pemda setempat dikerahkan untuk mencari pesawat Adam Air yang hilang dan KM Senopati yang tenggelam. Ini membuktikan negara Indonesia masi sanggup melindungi warga negaranya.
Bagaiamana dengan praktik korupsi? Ya korupsi terlihat makin banyak karena penangkapan koruptor itu juga mulai digalakan. Jika dulu terlihat tidak ada yang korupsi karena tidak ditangkap. Sekarang terbuka sekali untuk menangkap koruptor. Kita punya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Hanya saja kita sebagai warga negara juga turut mengawasi sehingga dari pengadilan juga jangan terjadi praktik korupsi pula.
Pemeberantasan korupsi di negara yang memiliki ribuan pulau dan jutaan pejabat pemerintahan tentu tidak mudah diberantas dalam waktu singkat. Hongkong saja yang tidak ada 2/3nya Indonesia perlu 15 tahun dalam memberantas korupsi dinegaranya, Cina perlu tumpah dara dalam pemberantasan korupsi puluhan tahun silam. Tentu kita tidak bisa gunakan cara Hongkong yang pasti tidak efektif untuk negara Indonesia dan tidak cara Cina yang sangat ekstrim. Pemeberantasan korupsi dengan cara Indonesia yang sekarang kita cari.
Pemerintah Indonesia yang jelas telah berupaya memberantas korupsi, terlihat dari perjanjian ekstradisi dengan Singapura, Kita juga sudah memiliki beberapa perjanjian ekstradisi dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, atau Thailand. Berikut rencana dengan Cina dan Kananda. Segala upaya sangat terlihat, pemerintah serius memberantas korupsi dengan cara Indonesia. Hanya saja tinggal kita yang mendukung dan mengawasi.
Kita harus belajar bersyukur menjadi warga negara Indonesia. Heran masi saja ada yang menganggap menjadi warga Indonesia tidaklah membanggakan. Indonesia terdiri dari kepulauan besar, di pisah oleh samudera luas,gunung-gunung, kebudayaan yang berbeda, bahasa daerah yang banyak, namun tetap saja kita bertahan dan bersatu.
Kita lihat, seandainya seluruh bangsa Arab bersatu, mulai dari Afrika Utara, Jazirah, Arabia, kawasan teluk, sampai ke perbatasan Persia dan Turki. Mereka bersatu bangsa, satu bahasa, satu tanah air, dan satu agama pula yaitu Islam dengan jumlah penduduk hampir 200 juta dan kekayaan alam yang melimpah. Tapi itu pasti hanya mimpi.
Hanya di Indonesia bukan menjadi mimpi. Dari Sabang sampai Merauke, berbangsa satu, bahasa satu Indonesia,bertanah air satu. Tugas kita, anak bangsa, untuk menjaganya agar tetap satu. Sepanjang masa.
Mari kita sambut 100 tahun kebangkitan bangsa Indonesia dan 10 tahun reformasi dengan demokrasi yang kian matang penuh sikap optimis. Jangan ada keraguan, terus belajar, dan tanamkan diri sikap untuk menerima segala kritikan dengan dewasa bukan menjadi perpecahan. Bersatu kita membangun Indonesia tercinta ini.