Senin, 28 Januari 2008

Pak Harto Wafat Kabar Gembira????

Kematian Bapak Haji Moh. Soeharto mantan Presiden RI ke dua kabar gembira tau kabar duka?

Tulisan ini tidak akan menggambarkan apakah saya pro Cendana atau pro aktivis yang ideal. Saya hanya mencoba melihat dari sisi humanis,kemanusiaannya sebagia manusia. Dan tulisan ini bukanlah hanya saya saja yang menyadari namun banyak orang juga menyadari.

Pertama, Tidak ada sebuah kejadian kematian dianggap kabar gembira, kecuali kematian itu dapat menyelamatkan banyak sekali masyarakat. (Yesus misalnya, kematian Dia bisa dikatakan kabar gembira sebab bagi umat kristiani kematian Yesus berarti Dia berhasil menyelamatkan manusia dari dosa)

Bukankah bangsa ini sudah terselamatkan dalam arti demokrasinya sebelum Pak Harto meninggal? Reformasi sudah berjalan sebelum Pak Harto meninggal bukan? Berarti kematian beliau tidak dianggap menyelamatkan bangsa Indonesia sebab bangsa Indonesia sudah berdemokrasi jauh sebelum Pak Harto meninggal.

Para aktvis bebas mengkritik kebijakan pemerintah bukan setelah Pak Harto meninggal.

Kedua, Konon Pak Harto itu saat memimpin suka menutup mulut lawan politiknya dengan cara yang terorganisir dan biadab. Tidak tanggung-tanggung cara membunuh pun dilakukan. Ini yang diakui para mantan aktivis yang menjadi korban.

Ketiga, perlu dibedakan antara Pak Harto langsung melakukan pembunuhan atau Pak Harto hanya memberi tugas kepada Jenderal-Jenderal yang bertanggung jawab. Seandainya Pak Harto hanya berkata “Tolong tangani masalah ini” dan jika para Jenderal yang diberi tugas melaukan pembunuhan terhadap target jelas yang salah adalah para jenderal itu. Lha menangani bukan berarti membunuh.

Lihat dulu, Mao Tje Tung pemimpin partai komunis serta menjadi pemimpin pemerintahan RRC, saat itu dia dengan beraninya menghabisi langsung lawan politiknya bahkan tidak tanggung-tanggung teman seperjuangnya pun dia khianati. Dia terang-terangan keluar dari mulutnya mengenai strategi propaganda politiknya saat itu. Jelas Mao bersalah atas pembantaian itu. Atau Hitler yang lebih gila lagi dengan terang-terangan di piadatonya untuk melakukan penghampusan bersih kaum yahudi. Berapa juta korban manusia tak bersalah hanya karena mereka Yahudi oleh kebijakan Hitler. Jelas dia bersalah.

Betul Pak Harto juga ada kemungkinan melakukan itu namun apakah Pak Harto melakukan itu keluar dari mulutnya sendiri untuk melakukan pembantaian atau hanya berkata “Tolong tangani masalah ini” (Pendapat ini dari Lani, mahasiswi FISIP Moestopo)

Jadi jangan lah kita ikut-ikutan membenci Pak Harto jika kita saja bukan korban dari kebijakannya, kita saja bahkan tidak mengerti politik yang dia jalani lalu kenapa kita ikut membencinya? Terlebih mengatakan sebuah kabar gembira jika Pak Harto kini wafat.

Keempat, jika memang betul Pak Harto melakukan sendiri dari otaknya sendiri untuk melakukan pembantaian dan lainnya, itu biarkan hukum yang bekerja jangan disamakan dengan sisi kemanusiaan kita. Jika kita selalu bersikap tidak dapat membedakan hukum dengan sifar humanis maka tidak heran kasus Pak Harto hingga sekarang belum jelas. Hukum ya legal, Humanis ya morale.

Lihat keluarga Soekarno, diwakili Guru Soekarno Putra dengan jelas mengatakan bahwa keluarga Soekarno dapat memaafkan kesalahan Bapak Soeharto. Padahal Pak Harto notaben nya dulu melakukan pengasingan dan menyiksa ayahnya, Soekarno. Guru pun mengatakan bedakan antara hukum dengan nilai kemanusiaan yang diajarkan agama. Bayangkan korban saja ikut bersedih atas kabar meninggalnya Soeharto kenapa ada yang menganggap itu kabar gembira.

Kelima, kita sebagai bangsa harus bisa berpikir intelektual. Biarkan politik berjalan apa adanya dan jangan campur adukan dengan perasaan yang sebenarnya kita pun tidak mengalami langsung apa yang dilakukan Soeharto.

Jangan sampai kita yang intelektual tidak menggunakan sisi humanis kita sehingga sifat-sifat perasaan kita hilang karena ikut-ikutan membenci beliau yang padahal korbannya saja sudah bisa memaafkan. Jangan kita justru sama saja seperti Pak Harto yang “PINTAR TAPI BIADAB” (Label ini bukan saya yang beri namun mereka yang mengatakan demikian mungkin karena lebih paham akan Soeharto)

Sabtu, 19 Januari 2008

Relasi Dengan Masalah


Relasi Dengan Masalah
Satu dalam kehidupan yang pasti tak dapat kita hindari adalah masalah. ‘Teman’ satu kita ini selalu hadir dalam hidup kita. Bahkan ‘mereka’ hadir bisa berhari-hari. Sungguh menjengkelkan. Bertanyalah kita pada hidup “Kenapa masalah ini harus datang pada hidup ku?”. Pertanyaan yang pernah juga saya lontarkan.
Lambat laun,semakin kita ingin menjauh masalah semakin kuat masalah itu menggerogoti energi kita. Lari dari masalah dapat saja dengan minum-minum di Bar, menggunakan obat-obatan atau bahkan bunuh diri. Hanya saja setelah itu dilakukan muncul masalah baru dan bahkan kita justru menjadi biang masalah bagi orang lain.
Sungguh tidak bijaksana dalam hidup kita,benci masalah namun menjadi sumber masalah untuk orang lain. Banyak mereka yang gagal dalam menghadapi masalah,masalah apa saja! oleh sebab mereka tidak ingin berelasi dengan masalah itu sendiri. Kunci daripada relasi dengan masalah adalah “Masalah adalah teman hidup kita yang sejati, sebab setelah dia kita layani sebagi teman maka dia (masalah) akan mengundang kebaikan untuk berteman dengan kita”.
Memang ini adalah sulit untuk dijalankan. Betapa tidak,bagaimana kita bisa layani masalah seperti bangkrut dalam usaha kerja, nilai-nilai ujian jelek,tidak lulus, dan banyak lagi?. Namun dengan pasti katakan bahwa ini BERHASIL!!! Kebaikan akan ada setelah masalah itu kita layani. Makin kita tidak layani masalah itu makin bermasalah si amsalah itu dalam hidup kita. Jika kita hadapi masalah itu maka si masalah akan mengundang kebaikan.
Ambilah contoh yang relevan, apakah negara Indonesia mendapatkan merdeka karena saat itu rakyat menghindari penjajah agar tidak dapat masalah? Jelas TIDAK!!!! Justru rakyat Indonesia saat itu dengan keterbatasan senjata mencari masalah bahkan tidak memikirkan apakah akan gagal. Meskipun saat itu ada terbesit keraguan namun ditepis dengan keyakinan bahwa perjuangan mendapatkan kemerdekaan akan tercapai jika rakyat Indonesia berani mencari masalah dengan melawan penjajah. Hei...jangan ragu dengan cerita ini sebab inilah yang terjadi. Tidak menjauh dari masalah dan layani masalah maka kebaikan akan datang. Siklus ini akan terus begitu dalam kehidupan.

Sabtu, 05 Januari 2008

100 Tahun Kebangkitan Bangsa
10 Tahun Reformasi
Disusun oleh : Denny Dominicus Savio/Calon PR Bangsa

Tahun 2008, Indonesia khususnya dalam bidang pariwisata akan sibuk dengan program Visit Indonesia 2008. Program ini sebagai perayaan hari kebangkitan bangsa Indonesia 100 tahun (Celebreating 100 Years of Nation’s Awakening).
Seperti biasanya sebuah negara demokrasi segala kebijakan pemerintah ataupun program pemerintah pasti mendatangkan pro dan kontra. Hal ini sudah wajar terjadi. Ada yang menganggap apakah kita sanggup melaksanakanya dan tidak banyak pula yang menyambut optimis Visit Indonesia 2008.
Visit Indonesia 2008 ada karena kita ingin ikut meramaikan kompetisi Olah Raga Terbesar dan tertua yaitu Olimpiade. Kali ini Olimpiade akan diselenggrakan di Cina. Tentu kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki politik bebas dan aktif tidak ingin ketinggalan dalam acara internasional akbar ini.
Lalu apa hubunganya dengan Visit Indonesia 2008? Ya, tentu ada hubungannya. Kita bisa lihat kampanye Incredible India, Dreams come true Singapura, atau Visit Thailand. Kenapa akhir-akhir ini mereka ramai-ramai kampanye negara mereka? Sebab dengan diselenggarakannya Olimpiade di Cina maka dipastikan banyak orang dari penjuru dunia untuk hadir beramai-ramai ingin menyaksikan pertandingan itu. Dan pastinya orang-orang yang hadir di Cina akan melakukan suatu perjalanan wisata juga khususnya di wilayah sekitar yaitu Asia.
Cina di bidang pariwisata mencoba menawarkan paket perjalanan yang tidak hanya mencakup objek wisata Cina saja. Turis-turis yang akan hadir diberikan paket perjalanan wisata ke negara-negara Asia lainnya. Jadi mungkin saja sebelum hadir di Cina turis tersebut dapat melihat danau Toba dulu di Sumatera Utara,lihat-lihat Candi-Candi di Jawa, atau bahkan pemandangan di Papua dan tidak ketinggalan keindahan pantai Bali-Lombok.
Pokoknya berada dalam satu paket wisata negara Asia. Oleh karena itu negara tercinta ini berusaha membuktikan bahwa pariwisata Indonesia masih dapat diandalkan dan mampu bersaing dengan negara-negara tetangga lainnya. Dan bahkan lebih dari negara tetangga lainnya. Kenapa tidak? Singapura punya pusat pembelanjaan mewah yang dibanggakan,Indonesia tepatnya di Jakarta punya Senayan City The luxuriest Mall of South East Asia. Senayan City bahkan setara dengan pusat pembelanjaan di Jepang negara yang merupakan sebagai benchmark fashion Asia. Ini bukan hiperbola! Bayangkan saja brand Banana Republic yang merupakan gerai fashion terkemuka di Amerika Serikat tidak membuka gerai di Singapura ataupun Hongkong, setelah Jepang, Indonesia menjadi pilihannya yaitu di Senayan City.
Thailand memiliki pemandangan yang luar biasa di pantainya, hei hei Bali tetap menjadi World’s Best Island menurut majalah pariwisata terkenal Travel and leisure. Malaysia hanya dapat berbangga dengan Twins Towernya sedangkan kita luar biasa punya gunung-gunung yang tinggi dan luar biasa pemandangan alami asli alam. Ayo,apa lagi yang kita ragukan untuk mendukung Visit Indonesia 2008?
Direktur Pengembangan Pariwisata Indonesia, Syamsul Lussa mengatakan selain bekerja sama dengan biro perjalanan di Cina, juga bekerja sama dengan sejumlah negara Eropa, Asia dan tentu Amerika Serikat. Target yang ingin dicapai adalah 123 juta wisatawan domestik dan 7 juta wisatawan asing. Target yang melewati pertimbangan dan kakulasi yang matang serta profesioanal atas data yang jujur.
Mimpikah Departemen Budaya dan Pariwisata? Melihat tahun-tahun sebelumnya pariwisata kita hanya mampu rata-rata tiap tahunya menggaet 100 juta wisatawan domestik dan 5 juta wisatawan mancanegara. Tidak!!!, jika kita ikut mendukung dengan menjaga kestabilan keamanan negara dengan tidak melulu meributkan segala sesuatu yang berbau politik, tidak provokasi massa untuk berdemo karena tidak sabar ingin menjadi pemimpin. Pasti keamanan akan terjaga dan turis-turis akan lebih percaya untuk berlibur di Indonesia.
Lalu kenapa dianggap perlu Visit Indonesia 2008? Karena sektor wisata, dengan devisa US$ 4,8 miliar sekarang ini, adalah penghasil devisa ke dua setelah migas. Hebatnya lagi, hasil itu dinikmati oleh jutaan rakyat yang terlibat, mulai dari pengusaha hotel, restoran, manajer dan pelayan, pekerja seni,pedagang cendera mata, pemandu wisata, pedagang kecil, hingga sampai tukang andong. Rakyat ketiban rejeki dan Pemerintah mendapatkan pajak untuk pembangunan. Ini membuktikan bahwa berwisata berarti turut ikut memutar perekonomian rakyat.
Namun ada yang aneh dengan orang-orang Indonesia. Setiap pemerintah Indonesia mengeluarkan program atau ikut serta dalam kegiatan Internasional justru menganggap pemerintah sok tahu dan sampai teganya bilang ‘ngurus negara sendiri aja gak becus ngurus-ngurus yang lain’. Apakah Indonesia tidak boleh memiliki program yang dapat bersaing dengan negara lain? Apakah Indonesia tidak boleh ikut kegiatan internasional?Apakah kita ingin menjadi negara egois?Apakah kita mau menjadi negara yang tidak peka dan menjadi apatis pada situasi Internasional?
Jika Indonesia terlibat dalam kegiatan Internasional itu tidak hanya semata-mata ingin menunjukan ke eksisan Indonesia dalam dunia Internasional. Justru dengan ikut terlibatnya kegiatan Internasioanal diharapakan tumbuhnya kepercayaan di mata internasional bahwa Indonesia tetap berdiri dan akan terus berdiri. Investor makin percaya pada Indonesia dan bangsa Indonesia makin dikenal di mata internasional.
Visit Indonesia 2008 merupakan ajang unjuk gigi Indonesia dalam bidang pariwisata, selain itu ikutnya kita sebagai pasukan perdamaian PBB sementara di Libanon sebagai wujud solidaritas masalah konflik internasional, masih aktifnya Gerakan Non Blok, dan banyak lainnya tentu akan memberi dampak baik bagi pembangunan baik ekonomi dan politik di Indonesia. Jadi bukan ingin sok tahu ikut ngurusin masalah orang lain.
100 tahun sudah kebangkitan bangsa dan bertepatan pula dengan umur reformasi yang genap 10 tahun, Indonesia kini terlihat sekali titik terangnya. Dari segi kedewasaan berpolitik mulai tumbuh,masyarakat yang mulai memahami esensi nilai-nilai demokrasi, dan terlihat mulai persaingan politik yang sehat. Terlebih Presiden kita sekarang selalu menyatakan bahwa “my loyalty to my party ends when my loyalty to my country begins”. Sebuah pernyataan yang harus dipegang oleh setiap Presiden RI.
Namun masih saja yang tidak suka akan perkembangan yang positif ini. Masi saja doyannya kritik terus dan terlihat jelas tidak sabar ingin menggantikan kekuasaan. Misalnya bahwa angka kemiskinan yang menurun menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Maret 2007 yang mengatakan bahwa orang miskin berkurang sekitar 2,31 juta orang mala dikritik habis-habisan oleh orang-orang tertentu. Padahal ini seharusnya menjadi informasi yang memberikan keoptimisan kita justru mala dijadikan orang-orang tertentu untuk mengkritik dan menurunkan keoptimisan rakyat akan nasib mereka.
Bagaimana mungkin BPS yang merupakan lembaga survei standar internasional dikriktik karena alasan seakan-akan dibayar pemerintah untuk membuat survei palsu. Lucunya lagi saat hasil survei justru buruk bagi pemerintahan,orang-orang tesebut tidak menanyakan kebenaranya dari mana survei itu, langsung saja digunakan untuk menghantam pemerintahan saat itu.
Padahal, pemerintah khususnya Presiden SBY tidak berbangga dengan hasil itu. Justru beliau mengatakan hasil survei harus menjadi motivasi pemerintah untuk menjadi yang lebih baik dan beliau justru bertanya lalu mana yang kurang lagi? Jika hasilnya negatif beliau menganggap itu adalah masukan yang sangat berarti untuk memperbaiki pemerintahan. (Dikutip dari Buku “Dari Kilometer 0.0” yang ditulis oleh Andi A. Mallarangeng).
Dalam 100 tahun sudah kebangkitan Bangsa dan 10 tahun reformasi harusnya kita sambut dengan optimis. Kenapa tidak? Kita berhasil membayar utang-utang kita di IMF sejak lama, kita berhasil menyelenggarakan pemilu presiden langsung dan berhasil bertahan hingga sekarang dengan gonjang ganjing dari politikus yang tidak sabar menunggu pemilu 2009 akan datang. Namun ini membuktikan stabilitas politik kita sudah hampir matang meski masi ada yang harus diperbaiki. Visit Indonesia 2008 makin membuat kita bangga dengan kekayaan wisata negri kita. Kini kita makin percaya diri dengan dunia wisata kita semenjak kita sering di cap negara teroris namun kita berhasil menepis itu semua di mata internasioanal.
Aceh telah berdamai, Kalimantan mulai tenang, Ambon cinta damai dalam perbedaan, Papua masih milik Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke masi milik Indonesia. Reformasi tidak akan terhenti, hanya saja masih banyak yang harus disempurnahkan. Jangan kita bandingkan dengan negara demokrasi matang seperti Amerika Serikat karena mereka sudah melewati masa krisis yang sedang kita hadapin, jangan kita iri dengan Inggris sebab negara itu yang menciptakan magna charta sehingga tahu persis keinginan rakyatnya sejak lama, jangan kita malu dengan Jepang sebab Jepang seharusnya yang malu pada kita karena mereka maju karena kekayaannya dari menjajah kita.
Indonesia baru berumur 63 tahun dalam negara republik dan mengenal demokrasi sejati sejak reformasi yaitu baru 10 tahun. Jangan berkecil hati. Kita bisa bangkit dengan optimis. Indonesia penuh dengan kekayaan alam, dalam tanah ada minyak, di atas tanah juga ada minyak yaitu kelapa sawit. Bayangkan saja, bangsa ini tidak akan kekurangan energi. Hanya saja butuh pembenahan yang memakan waktu lama.
Kekurangan BBM?Kita mulai mengembangkan BBN yaitu bahan bakar nabati atau biasa disebut biofuel. Sumber BBN dari minyak sawit yang dapat menggantikan solar,ethanol dari tebu dan singkong yang dapat menggantikan premium. Pengembangan ini sudah dilakukan sejak tahun 2006 dan mudah-mudahan berhasil. Sebab jika berhasil kita bisa menghemat BBM dan bahannya pun tidak susah dicari. Kelapa sawit banyak, apalagi tebu dan singkong yang menjadi makanan pokok rakyat Indonesia.
Kekurangan minyak tanah, rakyat masih bisa menggunakan buah jarak. Tinggal petik dari pohonya, dikeringkan bijinya, dan digiling setelah itu diperas. Jadilah minyak jarak untuk memasak. Hal ini sudah dipraktekan di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Ngaringan, Kabupaten Grobogan. Dan akan menyusul 200 ribu desa lainnya hingga 2009. Jangan takut kita jatuh miskin. Kita masi ada harapan menjadi bangsa yang maju.
Jika masih saja banyak yang berdemo itu merupakan hal yang biasa dalam negara demokrasi. Justru itulah ciri khas negara demokrasi. Jika demo melahirkan kerusuhan dipastikan kesatuan keamanan dari polisi anti huru hara akan bertindak. Lagi pula jangankan di Indonesia, Amerika Serikat yang dianggap sudah matang demokrasinya masih ada huru hara dalam berdemo. Jadi itu bukan masalah yang mengganggu jalannya pemerintahan, hanya butuh penyesuaian saja. Sebab baru 10 tahun kok kita berjalan dalam demokrasi ini jadi ya wajar kita kaget jika terjadi kebentrokan dalam aksi demo. Di Perancis, Inggris, Amerika Serikat tidak kaget lagi sebab mereka sudah mengalami hal ini lebih dari ratusan tahun.
Indonesia biang bencana alam!!!Ya mau diapain lagi? Ini fenomena alam jadi jangan salahkan pemerintah. Masalah keterlambatan datangnya bantuan bagi korban ini disebabkan sulitnya mencapai tempat pengungsian karena rusaknya akses menuju sana. Namun negara pasti tetap akan melindungi rakyatnya yang membutuhkan bantuan. Sabarlah untuk menanti harapan jangan putus asa. Dan korban seharusnya tidak menunggu bantuan pemerintah saja. Contoh warga Jogja setelah gempa mereka secara mandiri bangkit kembali untuk mencapai kehidupan dan harapan baru. Meskipun pemerintah akan tetap selalu membantu.
Kita mungkin sedih dan prihatin melihat akhir-akhir ini dengan bencana banjir dan tanah longsor. Namun pemerintah berupaya semaksimal mungkin membantu para korban dan mengevakuasi warga sekitar. Aneh sekali masih saja ada yang bilang bahwa pemerintah lamban bertindak. Padahal bisa kita lihat berita-berita di radio, televisi dan media cetak jelas-jelas segenap pasukan TNI baik darat,laut dan udara memberikan bantuan. Ada yang melakukan pencarian korban yang hilang karena arus banjir atau tertimbun tanah longsor. Bisa kita lihat angkatan udara melemparkan bantuan makanan. Atau juga obat-obatan. TNI bergerak berdasarkan amanat dari pemerintah yaitu Presiden sebagai komandan tertinggi angkatan senjata. Bahkan Bapak Presiden SBY datang meninjau langsung lokasi bencana tanpa mempedulikan daerah yang banjir dan kotor untuk memastikan semua bantuan tersalurkan.
Jika masih ada yang belum mendapatkan bantuan itu karena seperti yang telah dikatakan bahwa akses menuju lokasi rusak. Hal ini disebabkan lokasi yang masih dikelilingi air deras atau tertutup karena longsor tanah. Sehingga memperlambat menyakurkan bantuan. Namun diakui pemerintah tidak dapat bisa menangani ini sendiri. Bagaimanapun juga bantuan dari masyarakat melalui sukarelawan di LSM-LSM atau secara pribadi tentu sangat dibutuhkan juga. Terima kasih seharusnya kita berikan kepada TNI dan LSM-LSM yang bertindak dengan sigap dan cepat.
Melalui bencana banjir dan longsor tentu yang bertanggung jawab bukan pemerintah RI semata. Semua lapisan masyarakat tentu turut bertanggung jawab. Dari mereka yang buang sampah sembarangan hingga penebang liar pohon. Semoga saja masyarakat Indonesia makin peduli lingkungan.
Indonesia pun dengan adanya konfrensi Perubahan Iklim di Bali merupakan tindak nyata dari kepedulian lingkungan dan sekaligus wujud kepercayaan di mata internasional bahwa Indonesia negara aman. Lihat saja banyaknya isu-isu tsunami justru Bali menjadi tempat yang akan didatangi orang-orang penting dari seluruh negara anggota PBB. Ini menjadi kebanggaan sendiri. Orang luar negri saja percaya kenapa kita sebagai rakyat tidak percaya?
Bagaimana musibah yang terjadi karena kecelakaan? Seperti kasus tenggelamnya KM Senopati Nusantara dan hilangnya pesawat Adam Air. Dalam musibah itu hanya negara yang dapat melakukan penyelamatan. Ini menjadi tugas negara. Hanya saja segala upaya tentu tidak menjamin keselamatan bagi semua korban. Namun perlu dicatat bahwa kapal-kapat TNI AL, pesawat dan helikopter TNI AU, dan kepolisian, serta jajaran Kodim dan Polres serta Pemda setempat dikerahkan untuk mencari pesawat Adam Air yang hilang dan KM Senopati yang tenggelam. Ini membuktikan negara Indonesia masi sanggup melindungi warga negaranya.
Bagaiamana dengan praktik korupsi? Ya korupsi terlihat makin banyak karena penangkapan koruptor itu juga mulai digalakan. Jika dulu terlihat tidak ada yang korupsi karena tidak ditangkap. Sekarang terbuka sekali untuk menangkap koruptor. Kita punya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Hanya saja kita sebagai warga negara juga turut mengawasi sehingga dari pengadilan juga jangan terjadi praktik korupsi pula.
Pemeberantasan korupsi di negara yang memiliki ribuan pulau dan jutaan pejabat pemerintahan tentu tidak mudah diberantas dalam waktu singkat. Hongkong saja yang tidak ada 2/3nya Indonesia perlu 15 tahun dalam memberantas korupsi dinegaranya, Cina perlu tumpah dara dalam pemberantasan korupsi puluhan tahun silam. Tentu kita tidak bisa gunakan cara Hongkong yang pasti tidak efektif untuk negara Indonesia dan tidak cara Cina yang sangat ekstrim. Pemeberantasan korupsi dengan cara Indonesia yang sekarang kita cari.
Pemerintah Indonesia yang jelas telah berupaya memberantas korupsi, terlihat dari perjanjian ekstradisi dengan Singapura, Kita juga sudah memiliki beberapa perjanjian ekstradisi dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, atau Thailand. Berikut rencana dengan Cina dan Kananda. Segala upaya sangat terlihat, pemerintah serius memberantas korupsi dengan cara Indonesia. Hanya saja tinggal kita yang mendukung dan mengawasi.
Kita harus belajar bersyukur menjadi warga negara Indonesia. Heran masi saja ada yang menganggap menjadi warga Indonesia tidaklah membanggakan. Indonesia terdiri dari kepulauan besar, di pisah oleh samudera luas,gunung-gunung, kebudayaan yang berbeda, bahasa daerah yang banyak, namun tetap saja kita bertahan dan bersatu.
Kita lihat, seandainya seluruh bangsa Arab bersatu, mulai dari Afrika Utara, Jazirah, Arabia, kawasan teluk, sampai ke perbatasan Persia dan Turki. Mereka bersatu bangsa, satu bahasa, satu tanah air, dan satu agama pula yaitu Islam dengan jumlah penduduk hampir 200 juta dan kekayaan alam yang melimpah. Tapi itu pasti hanya mimpi.
Hanya di Indonesia bukan menjadi mimpi. Dari Sabang sampai Merauke, berbangsa satu, bahasa satu Indonesia,bertanah air satu. Tugas kita, anak bangsa, untuk menjaganya agar tetap satu. Sepanjang masa.
Mari kita sambut 100 tahun kebangkitan bangsa Indonesia dan 10 tahun reformasi dengan demokrasi yang kian matang penuh sikap optimis. Jangan ada keraguan, terus belajar, dan tanamkan diri sikap untuk menerima segala kritikan dengan dewasa bukan menjadi perpecahan. Bersatu kita membangun Indonesia tercinta ini.