Selasa, 01 Juli 2008

Sex and the City dan Politik Indonesia

SEX and the City
Dan
Politik Indonesia

Marilah ikut alur pada tulisan ini maka mungkin kau akan mengerti maksud dari judul blog ini.
Selasa malam tepat awal Juli saya dan Lani (Tentu kau tahu dia) sudah memutuskan untuk berkencan. Meski Selasa merupakan hari yang kurang baik (Banyak dari semua orang merasa begitu) untuk berkencan namun bagi kita kapan saja tidak masalah selama uang mendukung. Kencan hari ini pun tidak jauh-jauh yaitu ke mall dan nonton di XXI. Sex and the City menjadi pilihan Lani saat memutuskan untuk memilih film (Sebenarnya sudah jauh hari dia memutuskan karena drama series itu yang memakan ber season-season pun dia udah sikat abis). Saya tidak pernah melirik sekalipun drama itu memuat adegan sex atau wanita seksi yang suka dilihat seorang pria pada umumnya namun apa boleh buat tidak ada salahnya untuk mencoba melihat film tipikal wanita sekali ini.
Kami beli tiket untuk jam tayang 18.15 dan kita sudah membelinya pada jam 15.00..Ya terlalu cepat memang. Akhirnya kita memutuskan untuk duduk di food court dan menikmati es krim.
“Bagaimana menurut kamu jika Indonesia harus mengutang lagi pada negara asing namun semua utang itu untuk sektor kebijakan sistem pendidikan di Indonesia?” Saya mulai membuka topik seperti biasanya.
“ Ah..ehm memang benar si pendidikan adalah salah satu jalan untuk majunya suatu negara, namun apa iya ada negara meminjamkan modal untuk kemajuan negara lain, saya rasa tidak ada” Lani akan panjang lebar menjelaskan ini nanti. Dan saya pun mulai mendengarkan penjelasan dia.
“Begini, Indonesia sejak pemerintahan Soeharto, terlalu mengandalkan utang untuk pembangunan. Negara-negara maju begitu baik (Terlihatnya begitu di mata Soeharto) meminjamkan modal untuk pembangunan Indonesia. Dan Soeharto yang bukanlah belatar belakang potikus masuk dalam perangkap iming-iming kemajuan yang akan dicapai Indonesia dengan modal pinjaman intu. Dan Indonesia saat itu adalah negara di dunia yang bisa menciptkan banyak wadah yang beranggotakn negara-negara maju agar di minata meminjamkan modal. Sehingga tiap tahun Indonesia (Soeharto) menarik uang dari wadah itu. Lalu apa yang terjadi sudah kita ketahui. Niat baik negara itu adalah sebenarnya niat jahat untuk menghancurkan Indonesia secara cerdik karena mereka takut Indonesia akan menjadi ancaman bagi negara-negara barat mengingat mereka trauma sekali dengan Indonesia pada saat jaman Soekarno” Saya tetap memperhatikan dan Lani mulai menjelaskan lagi
“ Akhirnya apa? Indonesia yang merupakan penghasil minyak hingga 400.000 barel per hari hanya menikmati 45% saja untuk konsumsi nasional tidak heran antrian BBM masi terjadi saat ini. Aset-aset negara kebanyakan dipegang pihak asing”
“Namun masalah aset-aset negara dipegang pihak asing saya rasa tidak masalah sebab mungkin kita sebagai bangsa masi kurang mampu melakukan sistem manajemen terhadap aset-aset kita,toh mungkin kita tetap mendapatkan keuntungan dari bagi hasil. Daripada ngotot dipergang sendiri mala berantakan seperti PLN saat ini’ Saya mencoba beragumen meskipun saya pun tidak yakin dengan argumen saya hanya ingin meluaskan topik saja. Dan apa jawab Lani? Cukup bijak dan pintar. “ Gak bisa brot” (Maksudnya gembrot karena begitulah saya dipanggil dia, entan mungkin dia juga memanggil simpanan gembrot biar tidak keceplosan memanggil nama,hehehe ada tips selingkuh untuk memanggil pasangan dan pasangan selingkuh dengan nama panggilan yang sama biar tidak keceplosan) Baik kembali ke topik..
“ Gak bisa brot, lo tahu ga? PLN itu bukan karena kesalahan manajemen dari pihak kita namun 90% hasil batu bara kita itu fi ekspor sehingga PLN kewalahan membagi 10% sisa batu bara untuk penyaluran listrik maka krisis listrik itu karena tidak adanya sumber daya alamnya” Saya pun mulai diam dan membiarkan dia menjelaskan lagi.
“ Inilah kesalahan pemerintah kita dulu yang terlanjur menandatangankan kontrak berpuluh-puluh tahun terhadap pihak asing sehingga kita sekarang tidak dapt berbuat apa-apa untuk menyelamatkan aset-aset bangsa. Waktu saya ikut kuliah umum Bapak Rizal Ramli (yang saya anggap penjilat sejati) mengaku pernah berbicara dengan Pak SBY mengenai keberangkatan dia menuju US untuk bertemu dengan Bush” Mendengar nama “Bush’ rasanya saya ingin menambagakan huruf ‘U dan K’ sehingga menjadi terdengar busuk. Baik kembali ke penjelasan Lani
“ Pak Rizal Ramli menggap Pak SBY itu pengecut sebab saat Pak SBY bertanya bagaimana ni nanti saya bertemu dengan Bush pasti disuruh memperpanjang kontrak blok cepu. Jelas saya katakan pada Pak SBY klo bapak bersedia saran saya (Rizal) katakan pada Bush untuk apa lagi blok cepu toh Irak, kuwait, dan Arab Saudi sudah dipegang US untuk Blok Cepu yang penghasilan mkinyak nya tidak seberapa. Namun apa yang terjadi, setelah pulang ke Indonesia blok cepu tetap menjadi miliki US. Namun saya tidak yakin dia berbicara demikian kepada Pak SBY sebab saat ditanya mengenai kebijakan apa yang akan bapak ambil jika bapak jadi presiden, dia hanya menjawab itu pertanyaan yang perlu dijawab dengan hipotesis yang mendalam” (Lalu saya katakan klo gitu mungkin sebelum kita terima mentah cerita dia perlu ada hipotesis yang medalam untuk setuju dengan apa yang dia bicarakan) Saya dan Lani tertawa kecil dan diam sejenak. Kemudian Lani mulai siap bicara lagi. “ Entah mengapa setiap kali gw mulai sayang dengan Bapak SBY ada saja yang datang dan mengatakan bahwa Pak SBY itu pemimpin bodoh, tidak bisa apa-apa dan hanya pandai wacana saja dan menyanyi serta menciptakan lagu” Saya pun merasa demikian namun selama belum ada pemimpin muda dan fresh mungkin pemilu 2009 tetap SBY dulu. Kenapa? Saya mulai jelaskan ini juga ke Lani dari sisi komunikasi massa (Sebab itulah bidang saya)
“Lan, apakah saya salah atau tidak, bangsa ini memang bangsa yang ingin serba cepat dan instan. Padahal jika memang benar Pak Soeharto itu dianggap petani dan bukan politikus mungkin sebagai seorang petani pun beliau tidak pantas sebab beliau tidak mengerti sebuah arti proses yang sangat ada dalam pertanian. Mungkin Pak Harto terlalu takur rakyatnya kelaparan takut Indonesia terjajah lagi maka dia butuh sesuatu yang cepat untuk mengatasi masalah ini sehingga tawaran yang menggiurkan dan terlihat menguntungkan padahal tidak diterimanya dan inilah awal dari bangsa instan ini. Jika ada yang cepat mengapa memilih yang lama. Kita terlau dibuai. Lo pernah katakan bahwa pada tahun ‘70an di mana dunia krisis minyak Indonesia negara yang tidak terkena dampak itu justru banyak meraup keuntungan karena minyak kita berlimpah saat itu. Namun inilah ketidak sadaran kita bahwa bukan saatnya lagui kita menyalahkan sejarah atau jaman dulu, mengapa Wiranto, Megawati, Amin Rais, dan mungkin juga Rizal itu doyannya mengkritik pemerintahan? Mereka mau instan untuk jadi presiden dan tidak sabar menunggu 2009. Mengapa kerusuhan seperti di Atma kemarin terjadi? Karena ditunggangi politikus busuk yang ingin instan secara poltik. Kerusuhan itu terlihat sangat jelas ingin mengulang kejadian 10 tahun lalu tepatnya 21 Mei. Namun kenapa tidak berhasil? Sebab jubir dan ahli komunikasi maju bersama untuk kepentingan bangsa ini dimana mereka menggunakan kata-kata diplomasi yang menjelaskan keadaan dan kondisi negara kita dan memang ini yang diperlukan rakyat yaitu penjelasan dari semua apa yang terjadi. Bapak Andi Maralngeng berkata sudah saatnya yang disubsidi orang bukan barang dan jangan mengahalangi orang miskin untuk terima subsidi. Klo di PR ini merupakan kata-kata yang lura biasa meredam kemarahan rakyat atas kenaikan BBM. Masyarakat mulai berpikir logis bahwa apalh artinya kenaikan sebesar 1500 rupiah toh rakyat kecil pun teriman subsidi. Namun apa yang terjadi? Lawan politik brengsek ngoporin rakyat dan lalu mengatasnamakan rakyat untuk menentang pemerintahan. Tindakan anarkins pun terjadi. Ini yang saya katakan mahasiswa Indonesia tidak akan cerdas klo masi dipegang kendali oleh golongan tertentu dan diimingi uang serta harta. Di mana dosen kamu yang mengajari kamu cara diplomasi (Budiman Sutjaminko bersama isrtinya mala buat partai baru) terbukti mereka malas diplomasi dengan partai yang sudah ada untuk kepentingan rakyat sehingga praktis dan instan saja yaitu buat partai baru,Wiranto mantan anggota Golkar pun demikian praktis instan saja buat partai baru agar cepat menjadi pemimpin di Indonesia. Senior kamu, yang memiliki keahlian luar biasa mala ikut Prabowo yang jelas-jelas tidak jelas tujuannya karena duait sekian juta. Inilah penyakit para ahli ilmu sosial dan politik mereka serba instan. Sedangkan maaf bukanya menyombongkan berbeda dengan ahli komunikasi, PR personal mulai bergabung mencari solusi dari masalah yang ada untuk bangsa Indonesia tidak membawa kepentingan golongan atau partai seharusnya itu yang diperlukan. Jika memang aset kita terlanjur jadi milik asing harusnya para jago diplomasi turun untuk mencarai solusi agar aset itu kembali bukan hanya sekedar kritik saja” mLani gantian mendengar penjelasan logika saya.
“Bapak SBY itu sudah sedikit-sedikit merealisasikan janjinya hanya saja memang butuh tenaga ekstra untuk mencapai keberhasilan,lihat kantong mata beliau sudah berat dan tampak lelah. Mengapa sebentar istirahat dari kepenatan dengan bermain musik dan menciptakan lagu menjadi masalah besar seakan-akan bapa SBY sedang melakukan pesta besar atau ekstrimnya pesta sex. Kenapa tidak bangga dengan Pak SBY seorang pemimpin yang memiliki jiwa seni juga, raja Thailand Bhumibol Adulyadei juga penggubah lagu dan disukai rakyatnya,Jan Ignasy PM Polandia adalah pianis legendaris,dan masih banyak lagi pemimpin dari negara lain yang memiliki jiwa seni mengapa di Indonesia justru menjadi masalah besar? Inilah ketidak jelasan apa tujuan para politikus itu mau menyelamatkan bangsa atau hanya untuk kepuasan hasrat saja? Pantas saja Mnir tidak tertarik masuk anggita DPR demikian juga Soe Hok Gie, Efendi Ghajali, Paulus Wirutomo, dan temanya Imam Prasodjo mereka lebih tertarik bergerak langsung dengan rakyat daripada anggota DPR yang pria gendut dan main wanita atau yang wanita berkerudung munafik. Maaf tapai jika tidak merasa demikian buktikan dan jangan tangkapa saya karena saya klo tidak salah ada di negara demokratis dan setidakn ya saya tidak pernah mebakar mobil polisi dan berbuat anarkis lainnya”.
Waktu nmenunjukan 18.00 dan kita harus masuk bioskop untuk menonton film Sex and the City movie. Bagaimana dengan film itu?
Ya awalnya saya tidak tertarik namun saya makin mengerti ada baiknya para kaum pria mulai paham bahwa wanita memang memiliki sudut pandang lain yaitu dari tas, sepatu, baju, dan hingga gaun untuk pernikahan nanti. Mengertilah bahwa mereka membutuhkan cita rasa fashion seperti para pria menyukai mobil sport atau baju olah raga atau video games. Dan sangat sangat yakin bahwa wanita yang menonton film itu akan sering berkomentar di hati “Wah bagus banget sepatunya tasnya”(ya saya hanya mengingat Louis Verton atau Vera Wang) “Gaunnya indah banget mau de” atau “Baju-bajunya SEMUANYA MAU!!!!” Ya sebab selama film itu berlangung saya merasakan dan melihat mata yang berbinar dari para wanita di sana yang menonton dan termasuk...Lani. Namun ingat hati-hati dengan pola pikir 4 tokoh wanita dalam film itu...Sebab tidak semua di film sama dengan realita dan tidak semua realita tidak ada di film..Jadi bijaklah dan resapi sebelum menerima pesan-pesan daripada film itu.