Senin, 19 Oktober 2009

CATET : Saya Ligwina Hananto. Saya TIDAK membeli asuransi unitlink :P

Saya tertarik dengan blog seorang konsultan keuangan yang sedang tenar-tenarnya Ligwina Hananto. Di blognya dikatakan CATET “Saya tidak membeli asuransi unit link”. Saya pun tertarik untuk membacanya dan hasilnya saya jadi tergoda untuk ikut berkomentar blog tersebut.

Sah-sah saja dong,dia berkomentar soal asuransi unit link, dan saya berkomentar blog nya,hehehe. Bedanya CATET ya, Ligwina seorang konsultan keuangan yang cukup tenar, dan saya hanya seorang konsultan asuransi yang setelah lulus langsung terjun di dunia asuransi dan belum terkenal seperti Mba Ligwina.hehehe

Baik langsung saja ke blognya; (Nanti komentar saya di bawah jawaban Mba Ligwina”

CATET : Saya Ligwina Hananto. Saya TIDAK membeli asuransi unitlink :P

Ada beberapa ’teman’ yang tanya kenapa saya TIDAK BELI unitlink. Banyak banget alasannya Boss Smile. Mungkin ya... kalau ada teman-teman yang mau seperti saya Tongue outjawaban seperti di bawah ini bisa membantu heuheuheu...

Mbak, produk kami adalah produk unitlink dari perusahaan ternama XYZ.

“Gak mau Mas, saya gak perlu unitlink.”

Klo jawaban ini tentu hanya seorang financial planning yang terpikir jawab “Gak mau Mas,saya gak perlu unitlink”. Sebagian besar masyarakat Indonesia, meskipun agen asuransi berterbaran di mana-mana belum paham unit link itu opo iki...dan klo dijelasin mala bilang “Wa saya bingung,yang sederhana saja...” Dijelaskan secara sederha takut orang-orang seperti Mba Ligwina nuduh kita memanipulasi konsumen lagi,,,hehehehe


Tapi kan perlu investasi Mbak.

“Sudah investasi dong Mas. Untuk investasi saya pakai beberapa reksadana, beberapa bisnis, properti dan saham”

Wah hebat ya Mba Ligwina,memang benar-benar konsultan keuangan sejati. Saya pun akan lakukan demikian jika sudah memiliki penghasilan yang cukup. Artinya bukankah investasi seperti itu akan baik dilakukan jika fondasi dasar seperti kebutuhan hidup, tabungan, dan asuransi sudah terpenuhi dengan baik. Namun klo soal reksadana kyaknya sekali lagi orang-orang yang benar-benar paham soal keuangan baru mengerti de,,,coba de Mba Ligwina datang ke engko2 di Tanah Abang, nanya punya reksadana gak? Pasti sebagian besar jawabnya “Apaan tuh?Saham?” Padahal properti dan bisnis nya di mana-mana dan duit banyak seperti Mba Ligwina.hehehe


Tapi reksadana kan ada risikonya Mbak.

“Unit investasi dalam unitlink itu kan reksadana juga Mas. Resiko investasinya sama saja, tergantung jenis instrumen di dalamnya.”

Betul Mba, semua punya resiko, menyewa mba Ligwina sebagai konsultan keuangan pribadi pun juga punya resiko. Tapi seberapa besar resiko itu. Setahu saya, unit link merupakan salah satu alternatif biar orang yang siap berinvestasi di reksadana namun belum paham benar mereka menyerahkannya ke lembaga keuangan ya semacam management assetlah...Mba Ligwina lebih paham de...Asuransi dengan unit link adalah salah satu alternatifnya.


Unitlink kan ada asuransinya… dengan 1 juta / bulan, UP nya besar lho Rp 280 juta.

“No thank you. Rp280 juta gak cukup Mas. Itu cuma seharga mobil suami saya. Masak nilai nya suami saya disamain sama mobilnya? Kami sudah fully covered Mas, Uang Pertanggungannya Rp 1M, cuma bayar Rp 4 juta / tahun. Uang Pertanggungan Rp 4M,cuma bayar Rp 13 juta /tahun. Jauh kan? (FYI, asuransi jiwa term life 10 tahun untuk seseorang berusia sekitar 30 tahun, dengan Uang Pertanggungan di bawah Rp 400 juta, paling-paling preminya hanya Rp 750 ribu / tahun)”

Nah klo yang ini,agen asuransi nya yang kurang training. Ya iyalah, masa Mba Ligwina disuruh nabung Rp.1juta/bulan??? Cari dong kebutuhan Mba Ligwina apa..Betul gak Mba?


Dalam unitlink ada waiver dan rider yang sangat berguna lho Mbak. Jadi kalau ada apa-apa dan tidak dapat membayarkan premi nya lagi, perusahan asuransi akan melanjutkan investasinya. Jadi di tahun ke 13, uang sekolah S1 nya dapat tetap tercapai.

“UP asuransi jiwa kami sudah sangat memadai. Jadi kalau ada apa-apa, justru UP ini yang harusnya langsung keluar, gak usah nunggu 13 tahun lagi dan kami investasikan kembali sekarang. (Money today is worth more than money 13 years from now!) Target dana S1 anak saya 13 tahun lagi Rp 1,5 M, kalau UP nya 4M artinya didepositokan juga sudah cukup. Kalau sampai perusahaan asuransinya gak mau membayarkan klaim dengan UP jiwa ini pun, aset yang ada masih dapat dikelola agar menghasilkan nilai yang optimal.”

SIP! Betul Mba,agen nya payah ni...Tapi Mba Ligwina klo yang dimaksud agen tersebut apa-apa adalah sakit kritis di mana mati tak mau hidup pun segan, butuh biaya pengobatan yang besar, sehingga UP (Uang Pertanggungan---kan gak semua orang Indonesia paham UP,jadi dijelasin dulu bahwa UP itu uang yang akan dibayarkan perusahaan auransi jiwa jika nasabah meninggal) belum keluar, bisa-bisa keluarga sudah panik, siap dana sana dana sini, ehhh lupa de bayar asuransinya karena gak d waiver,bisa-bisa jika sudah passed away asuransinya hangus karena lupa dibayar. Ini kan kegunaan waiver mba? Mba lebih pahamlah...Trus jika sampai perusahaan asuransi jiwa tidak membayarkan klaim bukannya mumbajir mba?,mba kan konsultan keuangan harusnya berpikir efektif dan efisien jangan sampai uang yang kita keluar mala tidak ada gunanya..hehehe sekali lagi Mba lebih paham dari saya lah...




Yang ini ada investasinya lho Mbak.

“Unit investasi dalam unitlink itu sama saja dengan reksadana. Jadi investasinya langsung aja di reksadana Mas. Jadi kalau investasinya Rp 500ribu per bulan atau Rp 6 juta /tahun. Terus asuransinya dibeli terpisah dengan asuransi jiwa term life 10 thn (beserta asuransi kecelakaan), UP Rp 1 M, premi Rp 4 juta /tahun. Jadi dengan bayar Rp 10 juta / tahun saya dapat UP lebih besar, investasi saya di reksadana cuma dipotong 0% - 2% subscription fee. Tadi Mas kasih saya ilustrasi Rp 12 juta /tahun, UP cuma Rp 280 juta, unit investasi dipotong fee 5% dan tahun-tahun pertama gak langsung masuk ke unit investasinya.”

Betul sekali mba,seperti awal yang saya bilang unit link itu untuk mereka yang sudah siap investasi namun belum paham betul tentang reksadana sehingga perusahaan asuransi mencoba membuat produk tersebut. Ya karena perusahaan harus menggaji orang untuk urus alokasi dana ya masa fee 5% diributkan??? Itung-itung uang repotlah. Jika mba Ligwina berkata demikian, mungkin akan bermanfaat untuk mereka yang masih mau luangkan waktu belajar lebih dalam tentang reksa dana. Sayangnya masyarakat di Indonesia belum siap banget. Makanya orang yang lumayan (dari segi uang dan pendidikan) mau bayar mahal Mba Ligwina untuk jadi konsultan mereka yang mau belajar. Jadi mba Ligwina bisa menerima manfaat dari fee konsultan dari mereka kan? Hehehe Samalah perusahaan asuransi juga meninta fee untuk menggaji tenaga profesional untuk mengatur alokasi dana investasi nasabah. Jadi sama-sama cari makan ni ceritanya...


Oh Term life, itu kan traditional Mbak. Kami udah gak jual itu.

“Kenapa dong gak mau jual? Mau traditional atau modern gak masalah Mas. Yang penting produknya membuat Financial Plan saya efisien. Dengan mengeluarkan uang yang lebih sedikit, saya dapat lebih banyak coverage dan unit investasi yang saya dapatkan lebih banyak, gak dipotong-potong fee terlalu banyak. Ini belum ngomongin return lho.”

Nah ini dia salah agennya lagi, sapa bilang perusahaan asuransi sudah tidak jual tradisional? Payah ya Mba agennya,hehehe. Perusahaan asuransi masih jualan yang tradisional hanya saja sekali banyak masyarakat Indonesia males beli asuransi karena uang nya hangus. Itu sebabnya asuransi lambat sekali pertumbuhannya waktu itu. Semenjak ada produk asuransi unitlink,tidak bisa kita pungkiri minat masyrakat terhadap asuransi bertumbuh cepat. Coba aja de mba Ligwina jadi agen asuransi jual yang tradisional, pasti ngos-ngossan juga de...pasar lebih suka sesuatu yang bayar sekali dapat dua kali. Makanya tidak heran restoran mulai menyajikan menu paket-paket. Misalnya paket A dapat nasi+ayam+sayur+es teh manis (Rp20rb) akan lebih enak dilihat ketimbang Ayam 10rb nasi 3rb sayur 5rb es teh manis 4rb...asuransi unit link ini hanya mengikuti pasar kok, apa yang diminta ya kami mencoba melakukan inovasi. Mendingan mana,Mba Ligwina sebagai konsultan untuk masyrakat enggan punya polis karena males uang nya hangus, atau punya polis unitlink yang cukup membuat mereka tertarik karena ada nilai investasinya?.Ya ajarkan mereka konsep asuransi dan reksadana terpisah dong! Pasti mau jawabnya gitu, ya benar itu mba, tapi mau sampai kapan? Pemerintah aja ngos-ngosan ningkatkan jamsostek.


Term life kan gak ada nilai tunainya Mbak? Terus kalau sudah tua, umur 55 misalnya, jadi mahal kan preminya Mbak.

“Saya perlu asuransi jiwa untuk perlindungan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Saya tidak beli asuransi untuk cari nilai tunai. Semua nilai tunai tercapai dengan investasi yang sistematik. Saya membuat Financial Plan keluarga saya lengkap dengan Dana Darurat dan investasi dibagi berdasarkan tujuan. Jadi keperluan asuransi pun harus direview tiap tahun.

Umur 55 tahun harusnya sudah siap dengan dana pensiun dong. Jadi gak perlu lagi asuransi jiwa. Kalau pun belum punya dana pensiun, anak-anak harusnya sudah besar-besar. They should take care of themselves, gak perlu lagi nilai tunai atau Uang Pertanggungan asuransi jiwa dari kami. Umur segitu yang saya perlukan jadinya asuransi kesehatan untuk pensiunan dan Dana Pensiun dalam jumlah besar.”

Betul Mba Ligwina, itu karena mba sangat paham soal investasi,tetapi kenapa Mba Ligwina tidak ada di pasar-pasar di mana mereka punya banyak uang namun tidak merencanakan keuangannya dengan baik. Banyak dari mereka tidak punya polis asuransi jiwa. Itu karena mereka tidak belajar financial planning seperti Mba Ligwina. Agen asuransi justru hadir di tengah-tengah mereka meskipun agennya sering ditolak, dimaki-maki, dan dijauhi. Agen asuransi belajar juga kok soal financial planning dan bahkan ada yang memiliki gelar CFP (Certified Financial Planning). Mereka yang tidak tau apa-apa sampai bisa menghitung dana pensiun dengan inflasi serta rumus Future Value. Mereka jelaskan ke masyarakat tanpa terlebih dahulu meminta fee konsultan. Mereka memberi edukasi pentingnya asuransi dan perencanaan keuangan untuk keluarga. Jika mereka sudah jelaskan panjang lebar, yang dijelaskan mengerti, tapi tetap tidak mengambil asuransi dengannya bukankah itu murni edukasi? Jika sama Mba Ligwina boleh gak konsultasi gratis?hehehe


Betul Mbak, kesehatan penting sekali. Yang ini ada untuk penyakit kritisnya Mbak. 40 penyakit kritis yang dicover.

“Permisi ya... coba deh periksa di polis asuransi yang sudah jadi. Asuransi penyakit kritis ini gak akan langsung keluar begitu kena diagnosa. Fungsi asuransi penyakit kritis ini fungsinya seperti asuransi kecelakaan : untuk menggantikan hilangnya penghasilan karena ketika kena penyakit kritis kita gak bisa bekerja normal lagi. Bukan untuk mengobati. Jadi kalo kena diabetes, masih bisa hidup 7 tahun lagi, ya gak keluar tuh UP penyakit kritisnya. Gagal ginjal kedua-duanya dan tidak bisa transplan lagi, baru keluar UP penyakit kritisnya. Stroke, keluar UP nya. Kanker, stadium 4 baru keluar UP nya.”

Emang betul mba...tapi klo ud kena gagal ginjal kan keluar Upnya trus bisa digunakan untuk biaya pengobatan jadi tidak perlu jual asset, ambil tabungan pendidikan anak, dan jika ada weiver yang bebas premi,jadi UP meninggal tinggal tunggu aja klo harus dipanggil Tuhan cepat.


Jadi kalau kena penyakit kritis gimana dong Mbak?

“Harusnya Dana Daruratnya ada tuh Mas kalo cuma mau Rp 280 juta. Kalau kuatir dengan bagaimana mengobati penyakit kritis, kita perlu asuransi kesehatan yang bagus banget – yang mau bayarin biaya berobat rutin untuk penyakit kronis. Terutama yang ada guarantee renewability nya. Nah di Indonesia belum ada aturan yang mengharuskan guarantee renewability, jadi mending ambil asuransi kesehatan yang premium, udah ada kok dari luar negeri. Tinggal dibandingkan mana yang prioritas, beli asuransi premium ini atau investasi. Premi asuransi kesehatan premium itu berkisar antara US$700-US$7000, dengan benefit pembayaran jika sakit yang aduhai juga.”

Ya mba Ligwina, bicara soal luar negeri lagi, perusahaan asuransi di Indonesia memperkejakan banyak orang hingga ratusan ribu jiwa. Jika Mba Ligwina yang notaben nya sudah dikenal banyak orang apa lagi yang sering dengar radio Trax FM sama Hard Rock itu bisa mempengaruhi orang dengan mengatakan asuransi kesehatan di Indonesia secara tidak langsung kurang bagus menyebabkan banyak dari mereka terpengaruh dan tidak siap juga ambil asuransi dari luar negeri jadinya mereka tidak punya apa-apa...Saya bisa analogikan apa yang mba lakukan adalah seperti seorang ketua persatuan garmen, yang mengatakan kain buatan Indonesia masih rendah mari kita import dari kain Cina...wawawa mematikan penghasilan orang ini...


Yang syariah juga ada lho Mbak

“(may be it’s the jilbab thing hehehe) Mas, bukan soal syariah gak syariahnya. Tapi struktur produk unitlink nya ini yang gak nyambung sama sekali dengan Financial Plan saya. Kalau mau cari produk syariah, reksadana juga banyak yang syariah.”

Ya ini no comment lah...


Return unitlink tinggi lho Mbak.

“Kalau mau return tinggi, justru jangan di unitlink Mas. Reksadana Saham tuh resiko tinggi, return juga sekarang lagi tinggi. Sama kan unitlink juga punya kok reksadana saham, disebutnya equity fund, padahal sama aja. Jadi tinggal liat, hayo berapa return equity fund nya?


Itu kan cuma urusan MI mana yang lebih jago aja. Jadi siapa MI nya?

Schroders, Fortis, Manulife, Trimegah, Danareksa? MI-MI itu semua jual reksadananya sendiri lho, beli langsung atau lewat bank juga bisa, subscription fee nya juga lebih rendah 0%-2%, di unitlink 3%-5% kan? Coba deh cek siapa MI nya. Kalau MI ini gak jual reksadananya (baca: unit investasi dari unitlink) kecuali lewat asuransi yang sister companynya, malah gawat dong. Artinya distribusinya terbatas sekali. Ya simple aja, bandingin performance nya dengan MI lain. Kita mempercayakan dana kita dikelola oleh MI, ya harus mau membandingkan MI-MI ini dong.

Tapi, ngapain saya beli reksadananya Schroders, Manulife, Fortis atau Danareksa lewat asuransi kalo saya bisa beli langsung ke mereka atau lewat bank?

(FYI periksa performance MI di unitlink dan reksadana. Harusnya dalam 3 tahun terakhir equity fund dari unitlink dan reksadana dapat menghasilkan return > 40% per tahun. Jadi kalau ada MI yang equity fund nya di tahun 2005 hanya menghasilkan 14%.... tanya kenapa! Yang bener aja, diputerin ke mana tuh uangnya, ngaku aja equity fund, jangan-jangan isinya bukan saham. Gawat gak tuh?)”

MI apa sich mba? Yang ini saya setuju jika mba bicarakan dengan mereka yang ingin lebih banyak belajar dengan Mba Ligwina...berapa fee nya per hour?hheheeh

Sekali lagi untuk masalah ini kan tergantung kepada siapa ini dibicarakan. Perusahaan asuransi memiliki niat baik pastinya yaitu memperbesar omzet premi sehingga banyak orang-orang di Indonesia melek asuransi, ya mungkin karena unitlink inilah asuransi jadi mulai bisa diterima. Mba pernah jadi agen asuransi? Aduh susah banget mba,,,ketemu 10 orang paling 1 yang mau...Klo Mba kan tinggal bicara, 1orang bayar 10 orang dapat ilmu dari mba,hehehe


Ya diversifikasi aja Mbak. Kalau punya uang lebih, bisa ditaro di unitlink.

“Mas, unit investasi dalam unitlink itu sama aja dengan reksadana. Jadi kalau mau diversifikasi bukan lewat unitlink, tapi di jenis instrument nya. Money Market, Fixed Income, Balance or Equity. Jadi diversifikasi bukan liat di struktur asuransi yang digabungkan dengan unit investasi reksadana dong. It doesn’t make sense.”

Yup betul...perusahaan asuransi melalui agen juga sudah memperkenalkan jenis instrument tersebut kepada masyarakat, secara gratis lagi,hehehe Yang jelas unitlink memberi daya tarik sendiri untuk masyarakat Indonesia memiliki polis,jadi jangan dibilang gak masuk akal dong...ini kan tuntutan pasar,dulu orang Indonesia males beli asuransi karena uang hangus,ya mereka berinovasilah,,,masa mereka yang memiliki uang lebih namun gak banyak tapi ingin punya asuransi rangkap reksadana kebingungan gara-gara harus konsultasi pribadi dulu sama Mba Ligwina...hehehe perusahaan asuransi melalui agen saja mau hitungin persiapan dana pensiun secara gratis meskipun nanti jadi ambil polis apa tidak urusan belakangan..di web QMFinance harus hubungin konsultan di sana bisa-bisa nanti ada paket dengan fee nya ni...hehehe ya sekali lagi sama-sama cari makan kan Mba...


Ya tapi kan gak semua orang seperti Mbak Wina…

Lho, kenapa gak? Tell me : Why not? Coba kasih alasan yang bener. Kenapa kita semua gak bisa bikin Financial Plan yang komprehensif – yang lengkap – yang betul-betul memperhatikan semua kebutuhan keluarga kita? Kenapa kita semua gak bisa membuat diri lebih pintar supaya bisa mengerti semua isi dagangan produk-produk investasi atau asuransi yang sedang ditawarkan di depan mata kita?
Kenapa kita semua gak bisa membeli produk keuangan dengan lebih efisien, sehingga gak bayar fee kebanyakan, gak beli produk yang underperforming, dan bisa mencapai lebih banyak tujuan finansial dengan lebih cepat?
Gak ada kan alasan supaya kita gak bisa begitu?

Tell me why I need this??? FrownSeriously...Listen up! Let’s say this together… out loud…

You ARE smart! You continuously gain more knowledge on investment. Check out the numbers and let the numbers speak to you…Numbers don’t lie!

Ligwina Hananto

Ampun Mba Ligwina,semuanya benar,agen nya aja yang usil tu...Namun seandainya saat ini jika banyak dari masyrakat mengantri untuk beli polis asuransi seperti mengantri buka rekening bank, mungkin agen asuransi tidak dihargai, fee pun jadi murah dan bisa melaksanakan sesuai yang mba katakan semua. Hanya saja perusahaan asuransi membutuhkan tenaga profesional, agen yang berdedikasi, siap ditolak, dijauhi bahkan sama teman-temannya sendiri demi membuat banyak masyarakat sadar dan memiliki polis asuransi jiwa. Mereka panas2an, hujan2an, bahkan lebih banyak di lapangan, dan jauh dari ruangan kantor ber AC demi membuat orang memiliki asuransi jiwa yang sangat penting. Pengorbanan mereka inilah membuat perusahaan asuransi jiwa memberi penghargaan yang besar kepada agen asuransi dan mungkin sebagian dari fee yang menurut Mba Ligwina itu besar. Saya suka dengar program mba di radio dan bahkan saya sangat terinspirasi dari ajaran mba, namun kyaknya Mba belum saatnya berkata demikian di mana masih banyak orang takut beli asuransi jiwa karena uangnya hanguslah, takut ditipulah dan sebagainya.

I tell u why u need this,,,No u don’t need this because You are smart! But I tell u, The people don’t care how smart are u, but the people know how care are u...hehehe gtkan inggris nya? Saya kan gak smart..

Denny Dominicus