Rabu, 27 Oktober 2010

Mengkritik Bukan Bearti Tidak Bertindak (Semangat Sumpah Pemuda)

Tiba-tiba saja saya geram dengan orang-orang yang menganggap kritik pemerintah itu adalah mereka yang haus kekuasaan. Padahal kritikus bukan hanya berasal dari praktisi politik mala dari akademis, sosial dan mereka yang bergerak dalam gerakan keadilan masyarakat. Jika sebuah kritik dianggap hanya sebagai orang yang no action saya rasa tidak.

Negara ini butuh kritikus dan mereka yang mengkritik memang harus paham akan apa yang dikritik. Saya sedang tidak bicara soal asal berkoar namun mereka yang tulisannya ada di artikel, mereka yang vokal akan ketidak adilan, mereka yang konsisten menulis meskipun tidak masuk dalam pemerintahan.

Lalu seorang teman menganggap saya hanya berkoar saja tanpa tindakan. Baiklah, saya pernah mengkritik tentang tata bahas dalam mengucapkan kemerdekaan Republik Indonesia yang sering digunakan masyarakat itu salah. Meskipun memang benar tata bahasa di Indonesia dalam percakapan sehari-hari sering tidak diperhatikan namun setidaknya dalam umbul-umbul, spanduk, banner dan iklan di telivisi haruslah pake tata bahasa Indonesia yang benar. Namun ternyata banyak yang tidak sadar. Saya mengkritik ini dan saya tulis dalam sebuah blog. Hasilnya apa? tulisan dalam blog itu pun menjadi tulisan favorit dan menang dalam lomba blog karena memberikan pesan yang baik dan membuat setidaknya mereka yang baca sadar tata bahasa Indonesia untuk pengucapan kemerdekaan selama ini mereka salah :) ini link nya http://nasionalissavio.blogdetik.com/2009/08/17/teriakan-kemerdekaan-dengan-bahasa-indonesia-yang-benar/

Ya saya bukan mau sok2an tetapi setidaknya saya hanya bisa berjuang sesuai dengan porsi saya dan bangsa Indonesia memiliki porsinya masing-masing untuk berjuang. Bagaimana dengan kamu, apakah sudah menggunakan porsi kamu untuk Indonesia?

Semangat Sumpah Pemuda Indonesia :)

Kamis, 21 Oktober 2010

Jika Takut Merubah Maka Tidak Ada Kesempatan


Pada tanggal 20-10-2010 terjadi demonstrasi besar2an di beberapa kota besar di Indonesia. Ya,,,tanggal segitu adalah tanggal di mana Bapak Presiden kita telah 1 tahun bekerja sejak terpilih kembali menjadi presiden pemilu kemarin.

Jujur saat pemilu saya tidak memilih beliau karena saya rasa cukuplah beliau memimpin karena yang terjadi adalah takut krisis kepercayaan akan pemimpin baru di Indonesia. Selain itu tampak terlihat Pak Beye mulai lebih mementingkan citranya dan berpoles ria bersama kawan2 partai lain. Dalam waktu 1tahun ini Indonesia mulai kehilangkan arah dalam pembangunan, kondisi politik sangat terang2an "dagang sapi", kebebasan memeluk agama tidak terlindungi, penggusuran sekolah, dan tegas dilakukan hanya saat demo mengeluarkan isu menggulingkan SBY. Sungguh payah!

Saya memang bukan pakar politik namun apa yang dikatakn pakar politik seperti Yudhie Latf, ahli komunikasi Effen Ghazali, bahkan pakar ekonomi Faisal Basri seakan-akan memiliki pendapat yang sama bahwa pemerintahan SBY kali ini sangat 'politik' sekali. Yang lebih memalukan lagi hingga pakar politik dari Amerika Serikat pun gregetan mengomentari pemerintahan SBY yaitu Jeffrey Winters, dia mengatakan SBY hanya mempercantik diri. Ini saya sangat setuju sebagai pelajar Public relation menurut saya pencitraan SBY sangat berlebihan dan bahkan terlalu tebal make up yang digunakan.

COba perhatikan berapa buku tentang SBY yang keluar 2tahun terakhir ini? Silahkan cek di Gramedia. Lalu cara SBY mempromosikan lagu2 SBY juga sangat tidak tepat. Hal ini membuat SBY terlihat sibuk bersolek dalam pemerintahan ini. Saya memang bukan pakar politik dan komentar saya memang tidak berarti apa2 namun setidaknya saya berbuat sesuatu dengan menulis demi negara Indonesia tercinta ini. Masih ada 4 tahun dan saya masih optimis menunggu perubahan.

"Semua bangsa Indonesia berhak memberi kontribusi demi negara nya meskipun dia hanya mengambil botol air minieral kosong di jalan, mereka pun berhak berkomentar dan mengkritik pemimpinnya"