Jumat, 28 Maret 2008

ayat-Ayat yg Salah

“Ayat-Ayat Cinta” Ditonton Bapak SBY
(Kegiatan PR yang Salah Alamat)
Pada tanggal 28 Maret 2008 dapatlah kabar bahwa Bapak Presiden kita SBY menonton film Ayat-Ayat Cinta di XXi EX dengan hampir 40 pejabat entah DUBES atau apalah yang pasti orang ‘penting’.
Perlu dilihat di sini bahwa apa yang dilakukan Bapak Presiden untuk memamerkan film nasional yang bermutu kepada pejabat terkait apalagi dari pejabat luar memang dipatut wajar hanya saja kenapa sekan-akan terlalu memaksa ya?
Begini, waktu Bapak Presiden melaunching album perdana nya, saya sebagai warga negara patut bangga karena memilki Presiden yang memiliki cita rasa seni. Saya anggap apa yang dilakukan Bapak Presiden adalah sah-sah saja karena disamping kesibukan berpolitik yang begitu padat perlulah hiburan untuk penyegaran otak kanan. Setelah penyegaran tentu bekerja lagi.
Waktu film Naga Bonar Jadi dua heboh,kembali lagi Bapak Presiden melakukan kegiatan PR (Public Relations) yang sangat bagus. Menghargai film yang memilki pesan politik. Luar biasa saya kagum pada Presiden saya ini. Menghargai sekaligus berlibur dari kepenatan selama berpolitik.
Waktu Piala Asia dilaksanakan di Indonesia, Bapak SBY lagi2 melakukan kegiatan PR yang bagus banget dan manis. Terharu saya melihat Bapak Presiden mendukung langsung TIMNAS kita bertanding di stadion.
Dari kegiatan2 PR ini saja hujan kritik bermunculan. Ada yang mengatakan dasar Presiden Te-Pe alias Tebar Pesona. Bahkan ada yang terang-terangan mengatakan “Sebaiknya Presiden jangan kerjanya bernyanyi dan bermain gitar saja”. Tentu saya rasa kritik ini sebagai resiko negara demokrasi namun saya mengukur ini juga terlalu berlebihan jika kegiatan Presiden untuk hiburan semata dikritik begitu sinis. Saya rasa yang memberi kritik belum memahami kegiatan PR-nya.
NAAAMUNNN....Saat saya mendengar Bapak Presiden kembali melakukan kegiatan PR yang kali ini saya anggap kegiatan PR yang ‘salah alamat’ yaitu menonton film “Ayat-Ayat Cinta”. Kenapa?
Bukan karena filmnya namun kegiatannya..
Padahal rakyat sudah memaklumi kegiatan PR sebelumnya yaitu menonton film Naga Bonar Jadi 2 yang film bergenre komedi dengan bumbu pesan moral karena dianggap memang film itu memilki pesan moral untuk pejabat. Berikutnya untuk melaunching album lagu Presiden ini juga mendapat sambutan baik karena memang sudah sepatutnya kesenian dan budaya dilirik pemerintah karena akhir-akhir ini kita krisis kepercayaan diri akan budaya kita. Lihat saja banyak kita lebih suka import musisi asing untuk datang ke Negara kita yang katanya lagi ‘krisis’ ini. Namun dalam seminggu bisa ada 2 musisi asing datang mengadakan konser bahkan dengan harga tiket yang tergolong murah untuk event internasional ini sekitar Rp.300ribu (Konser 3Diva saja 2-5 jutaan). Jelas 2 kegiatan PR ini mendapat publikasi yang baik menutup kritik-kritik pedas.

Kurang Berpikir Panjang
Seharusnya saat kegiatan PR Presiden tadi sudah mendapat sambutan baik dengan publikasi yang baik, jangan lakukan kegiatan PR lagi dalam waktu yang berdekatan. Karena imej mencari muka justru mala yang akan terjadi. Apalagi kegiatan PR nya pernah dilakukan sebelumnya yaitu menonton bersama. Terlebih film ‘Ayat-Ayat Cinta’ sama sekali tidak ada hubungannya dengan isu-isu sosial saat ini tidak seperti film Naga Bonar Jadi 2. Jelas seakan kegiatan ini justru maaf seakan Presiden kurang berpikir panjang untuk kegiatan PR macam ini.
Padahal film “Ayat-Ayat Cinta” ini heboh karena ceritanya yang lura biasa sedih dan jarang sekali film bertemakan cinta yang dibuat sutradara Indonesia mengahasilkan buah air mata sebagian banyak penonton. Itu saja kelebihan film dari Ayat-Ayat Cinta.
Jika masalah seting nya luar negeri itu sudah biasa, membawa cinta dengan bumbu agama itu juga sudah banyak di sinetron. Jadi hanya pandai dikemas dengan menarik.
Seharusnya banyak hal kegiatan PR lain yang lebih pantas dilakukan Bapak Presiden SBY ketimbang duduk layaknya “ABG” nonton bioskop dengan pasangannya sampe2 bioskop XXi EX ditutup tidak boleh pengunjung nonton di sana (Klo ada yang sudah jauh2 datang mau nonton pasti kasian ya). Plis deh dirumah gak da home teater Pak?
Sebaiknya Bapak Presiden bisa saja melaukan kegiatan PR yang lebih tepat seperti memberi penghargaan untuk acara program seperti Republik Mimpi yang dilakoni Efendi dan kawan2nya. Pamerkan kepada dubes2 sana bahwa ini ada program yang menggambarkan demokrasi banget. Atau memberi penghargaan pada Iwan Fals karena lagu2nya demokrasi banget. Atau memberi penghargaan pada film Gie yang memperlihatkan mahasiswa Indonesia sebenarnya hebat dan harus sepatutnya seperti Soe Hok Gie. Andai saja Bapak Presiden mau memberikan penghargaan pada komunikator politik yang tentative ini bukan hanya Bapak Presiden terlihat peduli saja pada anak bangsa namun terbangun imej bahwa selama ini Bapak Presiden juga mendengarkan kritik-kritik dan saran-saran yang dituang dengan kreatif dan memilki selera humor yang tinggi.
Sayang blog ini hanya menjadi suara hati saya saja.

Kamis, 27 Maret 2008

Pernah Berpikir Sebentar?

Harusnya kita bisa berpikir sebentar mengenai kenapa Indonesia kian hari tak kunjung berhasil? Berpikir dengan pikiran terbuka bukan berpikir untuk menghibur diri semata sehingga menyalahkan nasib atau sering kita ungkapkan "Indonesia sebenarnya kaya akan alam,Indonesia bisa maju" Tapai kapan?
Setelah dipikir sejenak memang kita sebagai bangsalah yang tidak bisa maju. Tidak dapat terbuka.
Hal kecil saja.
Baru-baru ini dosen saya mengajak mahasiswanya untuk membuat blog. Ini sebagai nilai tugas di kampus. Apa yang terjadi? Mereka yang pandai bicara,mereka yang berlaga pintar atau memang sudah merasa modern bertanya "Bagaimana buat blog?"
Apa? Mahasiswa kah ini? Saya pun yang merasa bahwa diri tidak sehebat mereka mengerti membuat blog sejak semester satu kuliah saya diberi tahu oleh teman saya dan mulai membuatnya. Namun yang ngakunya berintelektual saja merasa bingung untuk membuat blog. Memang tidak semua. Ada yang bisa membuat padahal dia kadang diremehkan teman-temannya.
Ini baru dari mahasiswanya. Bagaimana dengan pemimpin kita?
Sama saja..Terlewat bodoh dan saya pun jadi ikut bodoh karena pemimpin yang mau tidak mau saya harus patuh dengan berlandaskan "Demi negara dan hukum yang berlaku untuk ketertiban bersama"
Coba untuk berpikir sejenak saja...

Sabtu, 15 Maret 2008

Komunikasi Politik

MAKALAH KOMUNIKASI POLITIK“KHALAYAK KOMUNIKASI POLITIK”DI SUSUN OLEH : DENNY DOMINICUS SAVIO(THE LONDON SCHOOL OF PUBLIC RELATIONS-JAKARTA)PRAKATADalam rangka mendapatkan nilai kredit dari mata kuliah komunikasi Politik di semester V ini melalui makalah berharap bukan nilai semata yang dicari. Agar makalah ini juga dapat menjadi acuan refrensi dalam kepustakaan sangat diharapkan. Terlebih ulasan mengenai Khalayak Komunikasi Politik masih sedikit secara khusus di tuang dalam bentuk literatur.Banyak buku komunikasi politik terbit dan banyak artikel-artikel dari media cetak maupun media online dipublikasikan, sayang sekali pembahasan mengenai Khalayak Komunikasi Poltik hanya dijadikan selipan di dalamnya. Sehingga sulit sekali mencari bahan secara khusus berbicara tentang Khalayak Komunikasi Politik.Semoga saja makalah ini setidaknya dapat mempermudah bagi pemerhati bidang komunikasi politik terutama mahasiswa yang ingin mendapatkan bahan tentang Khalayak Komunikasi Politik. Meski saya sadar, makalh ini masih dari jahu sempurnha dan ilmiah.Tidak lupa saya ucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa membimbing dan memberi inspirasi setiap malam dalam merangkum makalah ini. Saya berusaha menyelesaikan makalah ini dari sela-sela kesibukan sehari-hari.Terimah kasih untuk teman-teman diskusi, Tio Lani dari FISIP Moestopo, Hendrik dari F-Komp Bina Nusantara, Melina Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Daniel Maruli Fakultas Hukum Unpad, dan lain-lainnya yang tidak dapat disebut satu-satu. Tanpa kalian mungkin pemikiran ini akan terbatas.Akhir kata, saya harap makalah ini dapat berguna bagi teman-teman mahasiswa dan pemerhati komunikasi poltik. Saran dan kritik sangat ditunggu.Jakarta, 28 Oktober 2007Denny Dominicus Savio
Daftar IsiJudul Makalah iPrakata iiDaftar Isi iiiBab I Pendahuluan 1Bab II Isi 3Berdasarkan Teori Tipe 4Teori Fenomenologis 6 Massa 7Publik 8Bab III Penutup 11Daftar Pustaka 13

BAB 1Pendahuluan
Banyak politisi yang sekarang ini memaksimalkan media advertising untuk mendapatkan dukungan dari massa (khalayak) dalam berpolitik suatu negara. Hal ini disebabkan massa atau masyarakar, atau juga dalam dunia politik disebut khalayak politik sangat mempengaruhi posisi seorang politikus nantinya.Sebut saja di Indonesia pada waktu masa-masa Pemilu 2004, iklan-iklan politik bermunculan. Dari PDI-P dengan slogan “Coblos Moncong Putih-nya” atau Prabowo yang memberi rasa bangga sebagai bangsa Indonesia dari ikalnnya. Dari penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FISIP Universitas Airlangga, Surabaya dikatakan bahwa iklan-iklan tersebut cukup menarik perhatian masyarakat.Hasilnya? Dapat kita ketahui sekarang ternyata iklan-iklan mereka yang pasti membutuhkan dana yang tidak kecil tidak menjamin keberhasilan mereka mendapatkan simpati masyarakat. Justru Bapak Susilo Bambang Yudhoyono-lah menjadi pemenang dalam pemilu waktu itu.Kenapa? Menurut Henry Subiakto Direktur Lembaga Konsumen Media, Dosen Pascasarjana Studi Media dan Komunikasi Universitas Airlangga dalam mendapatkan pendukung dari masyarakat Indonesia bukan hanya dari iklan-iklan mahal dan kreatif namun juga dari penampilan dan publisitas media massa.Menurut Henry, naiknya popularitas Susilo Bambang Yudhoyono pada dasarnya juga dibangun oleh publikasi. Selama menjabat Menko Polkam di masa pemerintahan Megawati Yudhoyono sering tampil di media massa sebagai tokoh yang menangani persoalan terorisme, separatisme Aceh, maupun konflik SARA. Ia tampil dengan postur tubuhnya yang gagah, bahasa lisannya yang santun, mimik wajah yang serius, dan ucapan yang terukur dengan bicara seperlunya. Publisitas itu berhasil memunculkan image tentang kinerjanya, kewibawaan, dan ketegasannya.Megawati saat itu enggan berbicara dengan wartawan dan juru bicara Presiden tidak ada pada waktu itu sehingga Menko Polkam-lah yang menangani segala pertanyaan wartwan. Publisita Susilo Bambang Yudhoyono telah lama terbentuk akhirnya. Hal ini tampaknya menguatkan teori Al Ries, publikasi memang jauh lebih potensial meningkatkan popularitas seseorang dibandingkan dengan iklan. Publisitas lebih dipercaya dan lebih diperhatikan masyarakat. Apalagi dilakukan dalam waktu yang relatif lama, akan membentuk image tersendiri, bahkan mampu menyentuh afeksi atau perasaan khalayak (The Fall of Advertising & The Rise of PR,2003).Lalu? Menjadi sukses tidak perlu melewati kegagalan atau melakukan kesalan dahulu cukup mempelajari kesalahan orang lain kita dapat banyak belajar. Maka, komunikasi politik tidak dapat hanya melalui iklan saja namun perlunya strategi-strategi lainnya seperti mendapatkan publisitas dari media massa, mendapatkan simpati dari masyarakat, dan tampil dengan tepat sesuai kondisi masyarakat.Strategi dapat didapatkan dengan cara memahami dahulu karakter khalayak yaitu massa dalam menilai suatu tokoh pemimpin (Politikus). Daripada itu, kita harus dapat berhasil mempesuasikan kepada masyarakat dengan memperhatikan tingkat kedewasaan mereka dalam berpolitik. Sebab, kaum intelektual pasti berbeda dengan kaum petani dalam menilai pesan-pesan politik.Pemahaman khalayak dapat menggunakan teori tipe, medan dan fenomenologis. Banyak nilai-nilai yang terkandung dalam teori-teori tersebut. Misalnya saja, dikatakan bahwa teori medan ternyata dapat mempelajari tentang karakter bangsa dalam berpolitik.BAB IIISIKita sudah mengetahui bahwa khalayak komunikasi politik bukanlah wadah yang pasif dan menerima saja apa yang dikatakan para politikus. Khalayak justru akan sangat aktif dengan keadaan sekarang. Mereka akan lebih teliti dalam menerima pesan dan lebih pandai dalam beranalisis dengan membandingkan pesan dan keadaan kenyataan.Misalnya saja pada tahun 2002 di mana Presiden Megawati mengeluarkan kebijakan menaikan harga BBM. Dalam kasus ini sangat jelas bahwa Presiden Megawati tidak paham akan khalayak yang aktif. Terlebih saat Presiden Megawati mengatakan “Kenaikan harga BBM semata-mata hanya agar rakyat lebih mandiri tidak tergantung pada pemerintah, hidup sederhana, dan saatnya mengencangkan ikat pinggang”Bagaimana Presiden Mega bicara soal hidup sederhana sedang dalam satu bulan ia menyelenggarakan dua pesta (ulang tahun Taufiek Kiemas dan PDI-P di Bali) dengan amat megah dan mewah, belum lagi saat memborong 50-an tiket konser F4 yang harganya selangit? Maka pesan komunikasi yang dimaksudkan untuk menyejukkan suasana malah membuat suasana kian panas, karena ketegangan psiko-kognitif khalayak memuncak.Demonstrasi besar-besaran pun akhirnya dilakukan oleh khalayak. Ini cukup membuktikan khalayak tidaklah wadah yang pasif, justru tidak henti memperhatikan keadaan politik. Hanya saja sekarang sudah pada tahap titik jenuh dimana pesan komunikasi politik para politikus sudah kehilangan kepercayaan dari khalayak.Khalayak sudah menganggap pesan yang disampaikan hanyalah janji belaka. Dalam hal ini seperti kata Nimmo, tidak lebih hanya strategi komunikasi politik "pesan sebagai proyek lupa". Terlihat jelas dari peserta yang ikut pemilu maupun pilkada yang makin menurun.Berdasarkan Teori TipeKhalayak komunikasi politik itu dapat berupa individu, kelompok atau masyarakat. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa khalayak sangat menentukan posisi politikus. Sebab dari itu khalayak menjadi sasaran dalam penyampaian pesan komuniksi. Politikus atau pemimpin harus mengetahui siapa khalayak itu, bagaimana sifat dan prilaku khalayak itu, dan kenapa khalayak itu diperlakukan sedemikian rupa?Teori tipe mengklasifikan orang ke dalam kategori-kategori berdasarkan. karakteristik yang dominan atau tema pokok yang timbul berulangkali dalam perilaku politik mereka. Maka seorang politikus harus paham khalayak dari karakteristiknya dalam menanggapi politik. Meskipun kebanyakan upaya untuk menguraikan kepribadian politik telah menerapkan teori tipe berfokus pada karakter dan gaya pemimpin politik, di sini perhatian kita adalah pada mereka yang telah menggunakan teori tipe untuk memperhitungkan bagaimana khalayak komunikasi politik belajar menanggapai dengan berbagai cara.Dalam teori ini berdasarkan perbedaan dalam pengaruh orang tua terhadap kepribadian seseorang terbadi pada beberapa tipe golongan, diantaranya:(1) Golongan Inaktif adalah sesorang yang berpartisipasi dalam organisasi politik atau sosial di suatu tempat, mereka sama memiliki tipe asuhan orang tua yang sama. Orang tua mereka mengkhawatirkan kesehatan, konformitas, dan kepatuhan akan tuntutan orang tua. Di Indonesia para masyarakat masih sangat kental dengan kepatuhan kepada orang tua. Orang tua pun juga demikian ingin anak mereka patuh bukan kemandirian. Maka ada baiknya ini menjadi perhatian. (2) Golongan kovensionalis terdiri dari anggota perkumpulan laki-laki dan perempuan. Orang yang relatif sedikit keterlibatannya dalam politik dan merupakan stereotif “Orang Biasa” yang konvensional, orang tua yang konvensional pada umumnya setia kepada nilai sosial tradisional seperti tanggung jawaban, konformitas, prestasi, dan kepatuhan serta menuntut perilaku yang patut secara sosial dari anak-anak mereka. Orang tua ini menggunakan hukuman fisik fisik dan psikologis dalam mendidik anak-anak mereka.(3) Golongan konstruktivis bekerja pada proyek pelayanan sosial, tetapi jarang menjadi peserta protes yang terorganisasi; orang tua mereka menekankan disiplin, prestasi, dan keandalan, pengungkapan diri yang terbatas, dan menggunakan hukuman nonfisik. Mereka lebih diakrab anak-anak mereka ketimbang orang tua golongan konvensionalis.Indonesia lebih ke arah konvensionalis.(4) Golongan aktivis mengajukan protes atau kekecewaan mereka terhadap kejelekan masyarakat yang dipersepsi dan juga turut dalam proyek pelayanan masyarakat untuk memperbaiki keburukan itu, orang tua mereka mendorong anak-anak merela untuk independen dan bertanggungjawab, mengiring ekspresi diri berupa jenis agresi fisik, dan kurang menekan disiplin jika dibandingkan dengan kelompok yang diuraikan diatas. Namun mereka mengenang hubungan dengan orang tua sebagai hubungan yang kaku. Indonesia tidak ada di area ini.(5) Golongan penyingkin (disenter) adalah yang hanya terlibat dalam protes-protes terorganisasi. Orang tua golongan ini tidak konsisten dalam melaksanakan pendidikan anak. Mereka serba membolehkan (permisif) dalam bidang tertentu,dan sangat ketat (restriktif) dalam bidang lain, mereka kurang menekankan indenpedensi dan kedewasaan yang dini dibandingkan dengan orang tua yang lain, namun menuntut prestasi melalui persaingan. Golongan pengingkar jauh lebih cenderung untuk memprotes sebagai bentuk pemberontakan terhadap orang tua daripada dalam golongan yang lain.Berdasarkan teori tipe, membuat kita merefleksikan diri bagaimana sebenarnya diri kita dalam berpolitik. Memang hal ini sengaja dilakukan para sarjana untuk memahampi karakter khalayak melalui dari diri sendiri.Teori FenomenologisTeori fenomenologis adalah pandangan bahwa peran kepribadian dalam perilaku (termasuk kepribadiandalam politik) paling mudah dipahami dengan melukiskan peranan langsung orang –yaitu proses yang digunakan oleh mereka yang memeprhatikan dan memahami fenomena yang disajikan langsung oleh mereka. Maka banyak individu yang menilai pesan-pesan komunikasi politik dengan memperbandingkan berdasarkan pengalaman yang subjektif, merasakan dampak yang pernah dirasakan, dan membayangkan objek dari komunikasi politik itu.Dua garis utama berpikir merefleksikan pendekatan fenomenalogis yaitu:(1) Teori Gestalt tentang persepsi. Penganut teori ini berargumentasi bahwa aspek utama kepribadian ialah bagaimana orang menyusun pengalaman ke dalam pola atau konsfigurasi. Mereka menekankan prinsip kesederhanaan dalam menyusun persepsi. Untuk para elit politik Indonesia belum menyadari pentingnya menyederhanakan pesan komunikasi politik. Efendi Gazali dosen pasca sarjana Universitas Indonesia menyadari ini sehingga program acara Republik BBM sebagai contoh penyederhanaan pesan politik yang ingin disampaikan.(2) Teori medan. Teori ini berargumentasi bahwa kepribadian (pola perilaku yang kekal dan diperoleh dengan belajar) saja tidak dapat menerangkan bagaimana orang berprilaku. Setiap orang memilki ruang hidup yang tersusun dari medan gaya. Dalam bertindak, individu mendekati atau menghindari gaya dan objek dalam ruang hidupnya sebagaiamana ia memahami gaya itu saat bertindak.Jelas bahwa perilaku tiap individu dalam menilai pesan komunikasi tidak hanya sebatas dari pendidikan yang dia dapat seperti pada teori tipe. Justru semata-mata menjadikan pengalaman untuk menilai suatu keadaan. Pengalaman pasti mengalami pembaharuan sehingga suatu saat dapat saja penilaina akan berbebeda nantinya seiring waktu.Misalnya saja, kenaikan BBM pada tahun 2002 dengan sekarang ditanggapi dengan cara yang berbeda. Jika dulu ditanggapi dengan demonstrasi besar-besaran, justru sekarang dianggap wajar karena melihat toh pemerintah memang masih belum memihak rakyat.Pengalaman sangat menentukan penilaian pesan komuniksai politik. Pengalaman menjadi bagian dari sejarah sehingga banyak para ilmuwan sosial mengacu pada teori medan untuk menilai karakter bangsa. Sebab bangsa terbentuk juga dari pengalaman sejarah.Banyak sebenarnya teori-teori yang hadir mengupas tentang karakter dari khalayak dalam berpolitik. Sebut saja teori psikoanalitik dan lainnya, hanya saja 2 teori yang disebut diatas lebih mempengaruhi keadaan khalayak sekarang meskipun dari satu teori dengan teori lainnya sangat berpengaruh.MassaKita harus paham perbedaan antara massa dengan crowd dalam ilmu sosiologis. Khalayak komunikasi politik adalah massa. Massa menjadi sasaran komunikasi politik maka setelah memahami teori-teori di atas dapat pula kita menginditifikasi dari karakter massa itu sendiri.Massa adalah orang banyak yang tidak perlu berada dalam satu tempat tertentu. Maka ini yang membuat beda dengan crowd yang berada pada tempat tertentu. Meskipun crow dan massa memiliki sifat yang sama yaitu, tentang banyak orang dan tidak ada hubungan timbal balik di antara anggotanya.Massa selalu ada dan tersebar dimana-mana dengan sifat yang heterogen. Meskipun demikan massa memiliki tujuan yang sama dan menanggapi pesan komunikasi politik bersama-sama meskipun tetaplah dari individu-individu massa berdiri sendiri.Misalnya saja saat mulai Parpol mengungumkan tentang calon presiden 2009, massa mulai bersama-sama menilai dan membentuk opini tentang pesan dari parpol itu. Apakah opini yang keluar menganggap terlalu ambisius atau pertimbangan yang belum pada waktunya yang penting massa telah memberi penilaian dari komunikasi dan mempunyai harapan sama yaitu semoga Capres 2009 ada yang lebih baik.Hadirnya teori-teori yang telah dijelaskan di atas (Tipe dan Fenomenologis) sangat membantu para kominkator politik memilih cara penyampaian pesan komunikasi politik kepada massa. Mengingat massa bersifat anonim yaitu individu-individu yang hadir umumnya tidak dikenal secara pribadi oleh komunikator.Menurut McQuail, massa tidak memiliki eksitensi yang berlanjut kecuali hanya diperhitungkan sebagai objek perhatian dari mereka yang ingin memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. Terlihat banyak hadir Ormas-ormas non-politik ini merupakan kegiatan unjuk gigi bahwa mereka meiliki massa dengan tujuan yang berbeda-beda.PublikPublik terbentuk tanpa sengaja karena dari individu-individu massa yang tertarik dengan masalah-masalah sosial terutama yang dilontarkan oleh media massa. Mereka merasa perlu adanya permasalahan yang harus diatasi bersama-sama. Maka publik menjadi khalayak yang sangat mempengaruhi pesan-pesan komunikasi politik.Menurut McQuail, publik menjadi bagian penting dalam khalayak komunikasi politik. Eksitensi publik sangat kuat dengan interaktif, aktif, dan dapat bekerja sama dengan media namun tidak tergantung pada media.Publik menjadi bagian yang penting dalam khalayak komunikasi karena sifatnya yang kritis dan pandai dalam melihat suatu masalah. Maka sekarang banyak parpol mulai mencari pendukung dari publik yang biasa disebut opinion leader.Tidak jarang publik dalam beropini menjadikan opini itu sebagai opini sebagain besar massa. Tidak menutup kemungkinan ada perbedaan namun sangat kecil. Maka opini publik sangat menjadi penting untuk mendapatkan dukungan politik bagi komunikator.Tiap-tiap individu pada massa mempunyai tingkat kepandaian dan pendidikan yang berbeda. Publik yang menjadi bagian dari massa tentu memiliki kepandaian yang berbeda dalam menilai suatu masalah. Terkadang mereka punya cara sendiri. Kepercayaan pada suatu publik berbeda-beda. Dan keberuntungan pada suatu publik pun berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada.Ada publik yang terus berdiskusi terhadap masalah namun belum memiliki jaringan untuk menyampaikan hasil diskusi pada pemerintah. Sehingga mereka tidak memiliki channel distribusi, ini sering terjadi dalam dunia kampus.Leader-shipOpinionPublic AttentiveGeneral PublicNamun tak jarang banyak opini publik yang tersampaikan dalam badan pemerintahan karena sudah memliki hubungan dengan elit politik.Leader-shipOpinionPublic AttentiveGeneral PublicLeader-shipOpinionPublic AttentiveGeneral PublicDari bawah yaitu general public, seperti yang dijelsakan diatas bahwa bagian ini adalah publik yang tidak memiliki kesempatan dalam menyampaikan aspirasi ke kalangan badan pemerintah. Mereka hanya bisa berdiskusi saja dan kurang ada tindak lanjut dari diskusi.Attantive publik adalah publik yang penuh perhatian. Mereka berusaha mencari informasi tentang apa saja pesan daripada kominkator. Buah hasil kerja keras mereka mendapatkan kenalan dan bahakan telah berhubungan dengan elit politik.Bagian ini amatlah penting mengingat mereka telah menjalin hubungan dengan elit politik sehingga mereka dapat dengan mudah menyampaikan opini secara antar-pribadi. Bagi komunikator mereka adalah kunci untuk mendapatkan dukungan khalayak dan mereka mempertimbangkan arus opini yang hadir di khalayak melaui mereka.Persaingan Cagub DKI Jakarta pada waktu itu rajin sekali berkunjung ke komunitas-komunitas untuk mendengar dan mendapatkan saran dari komunitas tersebut. Meski tujuan akhir mendapatkan dukungan.Pada lapisan yang paling atas adalah kategori khalayak yang disebut sebagai pemimpin opini (Opinion Leader). Di sini mereka terlibat langsung dalam pengambilan keputusan karena mereka sudah ada pada bagian dari lembaga pengambilan keputusan. Kalangan publik ini paling aktif hanya saja terkadang keputusan yang diambil suka tidak selaras dengan publik dari sebelumnya.

BAB IIIPENUTUP
Freud berpendapat tentang proses yang menjadi pokok berfungsinya kepribadian:(1) Id, yaitu proses orang yang berusaha memaksakan keinginnanya akan hal yang menyenangkan. Setiap manusia mempunyai tujuan yang hendak dicapai.(2) Ego, alat yang digunakan untuk menliai sekitar orang itu, atau realitas.(3) Superego, yaitu gagasan orang diturunkan (biasanya melalui pengalaman dengan orang tuanya) tentang apa baik dan buruk.Sehingga cara mencapi tujuan berbeda. Dalam pendapat Freud maka jelas setiap orang akan memiliki cara sendiri untuk mencapai tujuan sendiri. Kahlayak yang merupakan kumpulan orang-orang tentu tidak tinggal diam jika tujun yang ingin dicapai ternyata jauh didapat oleh karena elit politik. Maka sangatlah sering terjadi pemberontakan atau justru tindakan apatis rakyat terhadap pemerintah.Perlunya memahami khalayak komunikasi politik agar para komunikator dapat menjalankan pemerintahan dengan mendapatkan dukungan rakyat. Se idealnya menjauh dari tindakan menyimpang seperti politik uang dan korupsi.Khalayak komunikasi politik memiliki perhatian terhadap perkembangan politik yang terjadi sekeliling mereka. Akses untuk medapatkan informasi terkini mat menentukan sikap khalayak dalam menanggapi fenomena politik sekitar. Maka tak jarang ada pemerintah yang menyimpang selalu menutup erat-erat akses informasi ini. Baru-baru ini terjadi di Myanmar dengan kasus Junta-nya atau sering terjadi di negara-negara Afrika karena perang saudara.Kahlayak dapat mempengaruhi arah kebijakan politik jika memiliki rasa peduli yang tinngi dan solid dalam publik. Sebab, kepedulian dan berpartisipasi dalam pemerintahan akan melancarkan proses demokrasi dan memimalisasikan penyimpangan yang dapat saja terjadi. Oleh sebab itu publik dengan tingkat atentif dianggap idela sebab mereka murni memperjuangkan kepentingan rakyat. Sedangkan opinion leader kurang kredibel sebab sudah menjadi bagian pengambilan keputusan sehingga penuh sarat kebohongan.Di Indonesia kita memiliki publik yang atentif seperti komunitas Nurani Dunia milik Bapak Imam Prasodjo seoran sosiolog atau Bapak Efendi Gazali dengan progarm acara televisinya yaitu Republik BBM, dan masih banyak lagi yang terlibat aktif memberikan masukan namun tidak ada pada bagian dari bandan pemerintahan (pengambilan keputusan).Dengan posisi mereka sebagai publik yang atentif sebagai warga negara yang dapat bersikap rasional dan kritis, maka partisipasi poilitik dalam mempengaruhi keputusan pemerintah menjadi jembatan antara kepentingan leadership opinion dan general public.

Daftar Pustaka
Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Jakarta, 1982Dan Nimmo, Komunikasi Politik, Rosda Bandung, 1982Mulyana, Deddy.Dr, M.A.2005 Nuansa-Nuansa Komunikasi.Bandung: PT Remaja Rosda Karya.Dan Nimmo, 2001 Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosda KaryaAdi Suryadi Culla.Dr,msi. 2005 Study Guide Political Communications. Jakarta: STIKOM LSPR.Makalah Romli. Ikhtisar perkuliahan “Komunikasi Politik” Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fisip Universitas Al-Ghiffari (Unfari) Bandungwww.kompas.com/Kampanye Capres dan Budaya Komunikasi Henry Subiakto Direktur Lembaga Konsumen Media, Dosen Pascasarjana Studi Media dan Komunikasi Universitas Airlangga/Jumat,30 April 2004www.kompas.com/ Politik dan Pemilu dalam Perspektif Pemasaran Oleh AB Susanto Konsultan Manajemen Pemasaran dan Managing Partner The Jakarta Consulting Group/ Rabu, 18 Februari 2004www.kompas.com/ Desonansi Komunikasi Politik Mochtar W Oetomo Staf Pengajar Fak Ilmu Komunikasi Universitas Dr Soetomo, Direktur Surabaya Media School/ Rabu, 22 Januari 2003www.suaramerdeka.htm / Memetakan Pemilih dan Positioning Kandidat dosen Ilmu Komunikasi FISIP Undip, peneliti Institute for Media & Local Democracy (Imeld) Semarang./ Senin, 16 April 2007www.suaramerdeka.htm/ Media dalam Komunikasi Politik Muchamad Yuliyanto,dosen komunikasi FISIP Undip, mahasiswa pascasarjana di UNS Surakarta/ Jumat, 18 Mei 2007

Diceritakan kembali oleh Apriyadi blog

Ruangan *intensive care* RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut.Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi.Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa—dan sebab itu banyakdigila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup.Tiada lagi wajah gantengnya.Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwaracun telah menyebar ke mana-mana.Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan.Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan kering.Sebentar-sebentar bibirnya gemetar.Menahan sakit.Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu.Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya.Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata.Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang palingdicintainya ini."Pak, Pak, ini Ega…"Senyap.Ayahnya tak bergerak.Kedua matanya juga tidak membuka.Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu.Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati.Tapi dia tidak mampu membuka matanya.Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puterisulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis.Tangannya kembali terkulai.Soekarno terdiam lagi.Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul.Air matanya yang sedari tadi ditahan kini menitik jatuh.Kian deras.Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan.Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung.Mega segera dipapah keluar.Jarum jam terus bergerak.Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol.Dia coma.Antara hidup dan mati.Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini.Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati.Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasilmembuka matanya.Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah."Hatta.., kau di sini..?"Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih.Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar.Sedikit tersenyum menghibur."Ya, bagaimana keadaanmu, No?"Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu.Tangannya memegang lembut tangan Soekarno.Panasnya menjalari jemarinya.Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa Belanda.Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal."*Hoe gaat het met jou…?*"Bagaimana keadaanmu?Hatta memaksakan diri tersenyum.Tangannya masih memegang lengan Soekarno.Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil.Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan.Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya.Pertahanannya bobol.Airmatanya juga tumpah.Hatta ikut menangis.Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah.Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi.Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini.Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani."No…"Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya.Hatta tidak mampu mengucapkan lebih.Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya.Bahunya terguncang-guncang.Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru (baca: Soeharto) yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini.Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.Jarum jam terus bergerak.Merambati angka demi angka.Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot.Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya.Suhu badannya terus meninggi.Soekarno kini menggigil.Peluh membasahi bantal dan piyamanya.Malamnya Dewi Soekarno dan puterinya yang masih berusia tiga tahun,Karina, hadir di rumah sakit.Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.Minggu pagi, 21 Juni 1970.Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin.Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasienistimewanya ini.Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno.Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangankanannya, memegang lengan dokternya.Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini.Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai.Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya.Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka.Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi.Kini untuk selamanya.Situasi di sekitar ruangan sangat sepi.Udara sesaat terasa berhenti mengalir.Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar.Kehampaan sepersekian detik yang begitu mencekam.Sekaligus menyedihkan.Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi.Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya.Namun semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa.Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad.Manusia itu kini telah tiada.Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokterkepresidenan.Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi:Soekarno telah meninggal.
NB : Bandingkan dengan Soeharto Mantan Presiden RI ke dua!