Jumat, 08 Februari 2008

POEM

Buai hati Bias Cinta
Tabu bicara tentang cinta
Tabu pula bicara tentang bercinta
Banyak bertanya muda
Apa bedanya cinta dengan bercinta
Banyak pula tua tak menjawab pertanyaan
Hanya berkata tabu atau belum saatnya
Saat kepalang muda terlanjur terjatuh
Saat mudi telah mengandung
Tua marah tak tahan emosi
Maka tua tidak salahkan diri
Tua salahkan muda mudi
Muda mudi bingung apa yang salah
Saat muda bertanya apa bedanya cinta dan bercinta
Tua tak menjawab atau belum saatnya
Saat telah tiba bukan dihari yang baik
Mudi mengandung tanpa sebuah ikatan janji si tua
Maka muda mudi dibenci
Maka mereka yang muda menanggung cerca nista
Tua masi menganggap berjasa dan telah mengajar
Apa yang diajarnya?
Hanya berkata belum saatnya
Begitulah, yang muda mudi dianggap sebelah mata
Buai hati terlelap
Bias-bias cinta menjadi kabur







Anyaman Hati Menjadi Luka
Klo disakiti itu biasa
Ditinggal tanpa pesan adalah wajar dalam hidupku
Kesepian yang membuat hidupku ini tidak sepi
Lha setianya adalah sepi tanpa teman cinta
Setiap mulai menganyamkan cinta
Bambu-bambu runcing lukain hati ku
Mana sebenarnya yang baik?
Sahabat timur berkata baiknya kita berpasangan paham akan lainnya nanti
Sahabat barat berkata baiknya kita bebas bagai burung sebab hakikatnya kita tidak suka diikat
Mana yang benar
Aku mau berpasangan namun aku tak mau diikat
Aku mau berpasangan namun akau mau seperti burung
Namun saat hati sudah mantap berpasangan mala menjadi luka
Luka yang mendalam sebab dia yang tak dapat hargai arti cinta


















Hitam Kelabu Putih Senja
Hitam, hitam mana saja kau kemarin?
Aku terlalu girang kemarin
Membutuhkan kau saat itu
Agar tak mabuk aku akan kegirangan ku
Putih,putih mana saja kau lusa kemarin?
Aku terlalu duka lusa kemarin
Membutuhkan kau saat itu
Kini aku makin jatuh terpuruk
Aku terlalu sedih saat itu
Dendam membara pelecehan terhadap aku
Putih penghibur bijakasana mala tak ada saat itu
Kemarin akau tertimpa rejeki
Saat kemarin mabuk suka cita rupanya aku
Namun hitam pengingat segala petaka
Tak ada satu pun lampu kuning untuk ku
Akhirnya kuhancur saat ini
Ku masuk kesuksesan namun ku siap belajar dari duka
Hilang bijaksana akhirnya
Lepas kendali aku di sana
Sungguh saat itu kelabu
Sungguh saat senja itu aku terjatuh










Jembatan Mata Dua
Setan mana yang suka akan kebaikan?
Neraka penuh dengan kejahatan
Semua orang tahu akan hal itu
Setiap kulewat jembatan hidup ini
Selalu ada dua mata yang melihat ku
Mata pertama melihat ku dengan berharap aku ini baik
Mata kedua rupanya tidak suka aku baik
Saat ku ikut mata pertama
Kubantu orang lain pinjamkan rejeki ku
Ditipu rupanya baik ku ini
Kesal kepalang bukan tandingan lagi
Kulewat jembatan bermata dua itu lagi
Ku benci mata pertama sambutlah mata kedua
Ku maki penipu sial itu
Tak pelak aku lihat anak perempuan 7 tahun si sial itu
Kurus kecil lusuh dan menangis
Rupanya sang Ibu telah dipanggil sang Khalik
Rupanya anak perempuan itu menggantung harapan pada si sial itu,Ayahnya
Bangga si perempuan itu hilang sekejap pada Ayahnya
Tak lagi si perempuan kecil dengar nasihat Ayahnya karena ku maki penipu
Liar lah anak perempuan
Lacurlah dia dijalan saat kulewat jembatan bermata dua itu untuk 13 tahun lamanya
Hancurlah aku kenapa si baik dan buruk ada?
Tak berani lagi kutolak si baik dan si buruk
Ku hancurkan diri dan banyak hidup karena menolak mata pertama ataupun kedua

Tidak ada komentar: