Selasa, 16 Maret 2010

Melampaui Batas Ruang

Melampaui Batas Ruang

Oleh : Denny Dominicus
Saya hadir dalam hidup ini penuh dengan pemikiran yang sejak kecil selalu bertentangan dengan orang tua saya, kakak saya, saudara saya, dan orang-orang disekeliling saya. Saya memang selalu berpikir dengan cara saya, dengan pengetahuan yang saya punya saat itu, dan mencari sumber lain yang bisa menyamakan dengan pemikiran saya.

Saat kelas IV SD saya mulai suka dengan pengetahuan umum dan saya mulai dengan koleksi komik Serial Tokoh Dunia. Kisah-kisah tokoh dunia seperti Thomas Alva Edison, Mahatma Gandhi, Gautama, James Watt, Napoleon, Marie Curie, Gallileo, dan banyak lagi saya mengenalnya melalui komik tersebut. Hingga kelas II SMP, saya mulai melirik buku Gede Prama tentang penjernihan hidup. Pemikiran yang mungkin saat itu sama sekali saya tidak paham namun telan-telan saya baca.

Saya seorang katolik dan saya dibabtis sejak bayi sebagai manusia katolik. Banyak hal yang membuat saya sangat menicntai katolik. Tenang, teduh, tidak berapi-api, kasih, pengertian, tidak pendendam, tidak memandang perbedaan, dan selalu manganalisa yang mendalam dalam berbagai hal.

Saya akui, pengetahuan saya tentang katolik tidak banyak, bahkan membaca injil pun saya jarang sekali. Saya tidak pernah ikut misdinar (pembantu pastor saat memimpin perayaan misa yang dipilih adalah anak-anak) yang merupakan suatu kegiatan pelayanan kebanggaan bagi anak-anak usia 5 tahun ke atas hingga 14 tahun. Namun saya mulai aktif dalam pelayanan di kegiatan kepemudaan gereja.

Ada pengalaman yang luar biasa yang baru saja saya alami baru-baru ini. Membuat saya kagum, terpesona, dan bahkan sangat ingin memeluk dia dan mereka yang memiliki pemikiran seperti dia. Melampaui batas ruang, melampaui lintas kehidupan, kepecayaan, dan keyakinan akan apa yang dia pegang.

Namanya Visa (nama samaran) teman kampus saya. Saya mengenalnya saat semester 3. Wanita cantik ini berdarah cina dan padang. Berjilbab dan rajin sholatnya (setidaknya itu yang saya perhatikan). Setiap saya ngobrol dengannya jika jam menunjukan umat muslim harus sholat dia pasti permisi untuk menuju mushola.

Saya berprinsip apapun keburukan seseroang jika dia masih ingat Tuhannya dan masih ingin berbicara dengan Tuhannya dia lebih besar daripada seorang yang menjaga sikap baiknya demi memegang statusnya sebagai tokoh masyarakat. Saya memliki keburukan, Visa pun saya yakin punya hal-hal keburukannya, dan semua orang di luar sana yang sadar akan dosa-dosanya. Namun akan lebih bahaya jika orang tersebut tidak pernah berbicara dengan Tuhannya meskipun hidupnya suci. Hal ini sama saja dia sombong dan merasa dirinya adalah Tuhannya sendiri.

Visa merupakan seorang wanita muda yang besar dalam lingkungan yang cukup beragam. Ayahnya adalah seorang cina berasal dari Surabaya dan seorang katolik dan Ibunya seorang muslim berdarah padang. Saya saat itu sering mendengar dari saudara-saudara saya yang notabene nya cina mengatakan “Jangan sampai menikah dengan orang cina padang, mereka jahat!”. Hahaha jika mereka melihat ayah dan ibunya Visa, bisa bingung mereka. Cina surabaya menikah dengan padang asli (tanpa keturunan cina) dan berbeda agama pula. Cina padang aja di larang apa lagi bukan cina oleh saudara-saudar saya.

Saya tidak takut dengan pemikiran saudara saya dan keluarga saya,justru saya ingin membuat mereka sadar bahwa agama mereka (yang rata-rata katolik) percuma hadir dalam pengalaman iman mereka. Soal berbeda etnis saja membuat mereka tidak berani mencintai bahkan sudah menutup diri dengan orang yang berbeda etnis.

Beberapa waktu lalu. Visa menulis di status Facebooknya begini ‘Di mana Gereja Katolik yang dekat dengan Kenari Salemba dan sekitarnya,mohon informasinya,terima kasih’.

Saya pun penasaran, apa yang terjadi namun saya tidak seperti temannya yang curiga Visa akan pindah agama sebab ada temannya berkomentar “Vi,lo gak mau pindah agama kan?”. Hahaha saya rasa Visa tidak demikian namun pasti ada hal lainnya yang membuat dia ingin tahu gereja katolik dan ini pasti ada hubungannya dengan Ayahnya.

Saya pun mencoba menghubungi dia, dan bertanya ada perlu apa ke gereja katolik. Saya telepon dia saat itu.
“Vi,kenapa cari gereja Katolik?”
“Buat bokap gw Den, dia usianya kan sudah 70tahun dan kemarin uda sakit-sakitan” jawab dia
“Oh ya? Terus kenapa dengan gereja katolik?”
“Iya,bokap bilang dia gak mau nanti saat dia meninggal merepotkan keluarga,dia minta di dikremasi saja, dan keluarga dia pada di surabaya, tentu jauh sekali jika mereka harus urus bokap gw jika terjadi apa-apa”.
“Ehm,lo mau jika terjadi apa-apa bokap tetap harus secara katolik?’
“Iya Den,tetapi secara di rumah gw gak da yang tauh dan lingkungan rumah gw mayoritas muslim jadinya mungkin gw butuh ke gereja terdekat”
“Oke, di kenari ada gereja katolik dekat kok namanya Gereja Hati Kudus Yesus, nanti gw antar lo de,kapan punya waktu?” saya pun menawarkan diri untuk membantu.
“Ehm Sabtu ini gimana?” tanya dia
“Ehm boleh sich tapi biasanya Sabtu gw ikut misa, ehm lo mau nemenin gw sekalian misa?” tanya saya dengan ragu
‘Oke,gak masalah” jawab Visa dan membuat saya kaget.

Bayangkan saja seorang wanita berjilbab bersedia ke gereja dan bahkan menemani saya ikut misa. Tentu dia bertanya apakah harus melepaskan jilbanya. Saya jawab “Biar gak mencolok sich Vi ya lepas,gimana?”. Dia pun menjawab ‘Oke’.

Hari Sabtu akhirnya saya bersama Visa ke gereja Hati Kudus Yesus. Di sana saya mencari tauh wilayah apa lingkungan Visa tinggal. Di gereja suka membagi wilayah-wilayah sekitarnya dengan nama-nama orang kudus katolik. Setiap wilayah memiliki ketua wilayah yang bertanggung jawab akan kegiatan keimanan di wilayahnya masing-masing termasuk membantu peribadatan prosesi meninggal seseorang secara katolik.

Akhirnya kita mencari tauh dan waktu menujukan pukul 5sore dan ibadat misa pun dimulai. Saya ragu untuk ikut misa karena tidak enak hati dengan Visa. Namun Visa pun memaksa saya untuk ikut misa. Akhirnya saya pun ikut misa bersama dia.

Saya mengamati dia terus, dia tampak canggung namun lucu,manis, dan gemesin (Waduh gawat nanti bisa-bisa saya jatuh cinta ni...^_^’). Dia tetap tenang dan bahkan dengan lancarnya dia mencoba setiap kegiatan dan BAHKAN berusaha ikut bernyanyi. Huffff benar-benar luar biasa wanita muslim ini. Saya ingat dia ikut bernyanyi dengan lirik demikian “Begitu sedapnya Tuhan...Begitu Sedapnya Tuhan”.

Hal yang paling luar biasa adalah saat adanya doa wujud keinginan masing-masing (doa umat). Setelah selesai Visa berbisik pada saya “Tadi Vi berdoa ke Tuhan papa supaya Papa bisa sembuh”...Saya hanya tersenyum saja dan memberikan jempol untuk nya. Jujur saja, saya jika mendoakan untuk teman sya yang muslim saja ya berdoa dengan Tuhan saya dengan cara saya. Namun Visa demi Ayahnya yang katolik dia pun berdoa ke Tuhan Ayahnya. Haha ya mungkin terlihat biasa namun bagi saya ada yang unik dalam pemikiran Visa saat itu.

Momen ini sangat mahal yang pada akhirnya saya pun meminta dia untuk foto bersama di dalam gereja tersebut. Saya hanya tidak ingin melupakan momen yang unik ini dan langkah. Jika suatu saat saya berada dalam perperangan perbedaan saya akan padang foto ini melihat perbedaan hanyalah pemikiran emosi manusia dan apa yang kau bedakan Tuhan tidak pernah minta di bela oleh umatnya.

Tidak ada komentar: