Kamis, 18 Maret 2010

Memandang Sebuah Keteduhan

Memandang Sebuah Keteduhan

Waktu sudah menunjukan pukul 2 pagi lewat dan entah mengapa gw belum bisa tidur. Lagu-lagu dari HP kakak gw terus menemani tengah malam ini. Rasanya ingin sekali keluar dan menikmati angin malam yang seakan-akan merasakan kesendirian gw.

Kemelut hati ini terus mencabik setiap rasa sayang yang penuh ini. Seorang wanita memegang perut saya yang gendut dan bertanya “Isinya apa ni Den?”...hahaha gw pun menjawab dengan sedikit menyenggol hati ini “Isinya penuh dengan cinta,namun tiada yang bisa gw bagikan cinta ini jadi buat diri sendiri aja”.

Mengapa gw harus melihat sebuah keliaran dari yang gw kasihi? Atau tepatny mereka yang bisa ambil perasaan ini harus membuat gw terkoyak? Gw rasa percuma sikap manis ini namun saya tidak pernah merasa berusaha bersikap manis. Inilah saya,yang terlalu banyak bicara,berpikir, dan berbicara lagi.

Terlalu naif hidup saya,terlalu tenang dalam jiwa yang terlanjur terkoyak. Entah mengapa saya mengiris dan ingin menangis. Saya bukan lemah namun banyak hal yang membuat saya diam,mengalah akan situasi yang bukan lagi saya pegang.

“Den,kamu bisa memandang saya dengan teduh”
“A boleh lebih muda, B seorang rocker boleh lebih keren, C boleh lebi mapan, dan D boleh lebi kece,namun hanya lo Den yang bisa ngertiin dan sensitif akan maunya gw”
“”Den,kadang tindakan manis lo itu buat gw luluh”
“Den,kamu masi lebih baik”
“Den,lo hebatlah”
Den, Den, Den, dan Den!!!!
Lama muak dengan semua itu. Jika saya demikian ujung-ujungnya saya tampak seperti Gie. Dipuja,kemudian pada akhirnya sepi,tercampakan, dan mati dalam kedinginan hidup. Seperti tentara yang dipujua-puja saat berperang,namun saat perang usai tiada satu pun orang tua wanita ingin memiliki menantu dari tentara. Tidak siap untuk menjadi janda rupanya. Inilah kesepian saya.

Kepulan kebaikan ini pun pada akhirnya harus tetap baik. Ampun kan saya jika lautan apatis ini mulai mendekati sanubari ini membentuk tsunami yang siap menghapus luka-luka lama yang pada akhirnya melupakan bangunan lama di hati. Membentuk kembali fondasi awal yang akan lama sekali terbentuk.

Lagu-lagu dari HP kakak saya masi terdengar dan membuat pagi ini kian dingin,sepi, dan terus membuat saya berpikir. Saya rasa saya harus terbenam dalam bunga-bunga tidur. Memberikan rasa kasih ini pada siapa pun saat mentari mulai berkarya. Saya tidak akan menjadi seorang yang lebih muda,keren seperti rockstar, mapan seperti anak Bakrie, bahkan kece-kece seperti karyawan Bank. Saya adalah Denny Dominicus Savio, penasehat asuransi yang siap ditelan omongan saya sendiri suatu saat.

Tidak ada komentar: