Rabu, 03 Februari 2010

Hidup Di Lingkungan Yang Dipukul Rata-Rata

Suka tidak suka, adil tidak adil, kita hidup di Indonesia yang terbiasa dengan penilaian rata-rata. Maksudnya apa? Begini, apa yang terlintas dalam pikiran anda saat saya menyebutkan narapidana? Apakah anda memikirkan penjahat-penjahat kriminal dengan bermuka sangar, bertato, besar, dan menyeramkan sedang dalam terali besi? Namun apakah penjara hanya berisi orang-orang seperti itu? Tentu saja tidak, ada juga yang enak dilihat, bersih, dan lainnya yang jauh dari bayangan kita. Namun itulah akibat memukul rata-rata suatu keadaan. Bahasa kerennya adalah stereotype.

Terkadang stereotype ini sangat merugikan namun tidak dirasakan secara langsung dampaknya. Baik mungkin saya akan jelaskan secara kehidupan sehari-hari saja.

Saya adalah seorang agen asuransi...Apa yang langsung anda pikirkan?
Tukang tipu, awalnya doang manis-manis, saat dibutuhkan susah dicari, tidak bisa claim, dan sebagainya. Padahal jika memang semua agen asuransi demikian kenapa pemerintah masih membiarkan saya dan teman-teman saya lainnya yang berprofesi masi dapat berkeliaran? Masi bisa menawarkan program proteksi bagai masyarakat?

Pemukulan rata-rata ini karena segelintir orang tertentu saja yang tidak bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan lingkungan. Orang seperti ini terlalu egois dan memikirkan diri sendirinya yang sangat tidak sehat secara rohani.

Banyak juga kok agen asuransi yang melayani nasabahnya dengan baik, gampang dihubungi, mementingkan kepentingan nasabah dan sebaginya. Dan kita yang berusaha menjalani etika profesi sangat sulit sekali bisa memberi edukasi kepada masyarakat masi banyak agen asuransi yang bisa dipercaya karena segelintir agen nakal yang tidak bertanggung jawab itu.

Itu contoh profesi saya, ada lagi yang lain...Misalnya polis lalu lintas
Jika kita bayngkan polantas pasti bayangan kita menjebak pengguna jalan lalu meminta uang suap biar tidak ditilang. Padahal saya pernah lho ditilang dan dia sama sekali tidak minta uang suap langsung kasih saya lembaran tilang dan meminta saya untuk ikut sidang tanpa basa basi...Karena ada beberapa polisi yang tidak bertanggung jawab membuat citra polisi lalu lintas dipukul rata demikian buruk.

Mau contoh lebih ekstrim lagi? ‘Ayam Kampus’ nah yang ini juga sangat tidak adil namun bagaimanapun juga kita tidak bisa menghindari situasi ini...Merugikan namun tidak bisa kita hindari.

Gara-gara ada mahasiswi yang tidak bertanggung jawab sehingga melakukan ‘obral’ badannya, membuat para lelaki menganggap mahasiswi bisa di ‘pake’. Terlbih sialnya lagi misalnya karena hanya ada 2 mahasiswi dari kampus A dengan mudahnya ditiduri rusak de citra kampus A tersebut....Langsung dipukul rata tu klo mau cari mahasiswi yang bisa dipake cari di kampus ini...hufff sial banget kan???

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Menurut saya kalian yang masih mempertahankan nilai-nilai dan jalan kebenaran pertahankan dan tunjukan jika masih ada yang baik dan benar. Sulit memang betul namun setidaknya kalian tidak dari bagian menambah jumlah rata-rata tersebut.

Bagi yang sudah terlanjur ikut merusak citranya, jalankan hidup anda yang menurut anda benar dan kembangkan rasa tanggung jawab anda terhadap diri anda sendiri.

Para agen asuransi jika belum siap jadi agen ya jangan maju, Pak Polisi mari berbenah diri, dan lainnya apa pun bagian anda dalam suatu komunitas, organisasi, dan perusahaan mari jaga integritas masing-masing, sebab bukankah tidak adil dengan pemukulan rata-rata itu?

Saya sendiri bagaimana? Klo pun saya berbuat salah dan menjadi bagian dari penambahan pemukulan rata-rata saya berusaha berdoa sama Tuhan untuk bimbing saya,,,Setidaknya saya tidak akan lari atau menambah kekuatan pada stereotype tersebut.

Tidak ada komentar: